Kementerian Kesehatan RI menyatakan temuan kasus polio di Klaten dan Madura sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Akibat kejadian ini, Pemerintah segera ambil langkah dengan melaksanakan Sub-PIN (Pekan Imunisasi Nasional) polio untuk anak berusia 0-7 tahun pada 15 Januari – 19 Februari 2024 di seluruh wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kabupaten Sleman, DIY. Melihat gawatnya kasus polio ini, yuk cari tahu cara penularan, bahaya, dan cara pencegahan polio! 

Mengenal Penularan dan Bahaya Polio

Poliomyelitis (polio) adalah penyakit sangat menular yang disebabkan oleh virus dan paling banyak menyerang balita.

Virus ini masuk ke tubuh melalui mulut, lewat air atau makanan yang telah terkontaminasi dengan bahan feses dari orang yang terinfeksi, lalu berkembang biak di usus dan diekskresikan oleh orang yang terinfeksi sehingga menularkannya ke orang lain. 

Selain itu, kemungkinan penularan juga bisa semakin besar jika kondisi lingkungan dan perilaku masyarakatnya tidak memperhatikan kebersihan. 

Penyakit ini sangat mengkhawatirkan sebab gejalanya tidak spesifik, seperti demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, dan nyeri. Padahal virus ini bisa menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian.

Upaya Pencegahan Polio

Hingga saat ini belum ditemukan obat untuk mengatasi polio. Polio  hanya dapat dicegah dengan imunisasi dan beberapa upaya preventif berikut ini. 

1. Vaksinasi

Cara paling efektif untuk mencegah polio adalah dengan vaksinasi. Ada dua jenis vaksin polio yang diberikan, yaitu inactivated polio vaccine (IPV) dan oral polio vaccine (OPV).

Vaksin polio perlu diberikan sebanyak 4 kali, yaitu saat bayi baru lahir dan ketika bayi berusia 2, 3, dan 4 bulan.

Jenis imunisasi polio pertama yang dianjurkan untuk bayi baru lahir adalah OPV. Selanjutnya, boleh diberikan OPV atau IPV. Hanya saja, setiap anak disarankan setidaknya memperoleh 2 dosis IPV sebelum berusia 1 tahun.

Kemudian, bayi berusia 18 bulan disarankan mendapatkan imunisasi booster untuk memperkuat dan menjaga kekebalan tubuh terhadap virus polio.

2. Hindari Kontak dengan Orang yang Sakit

Kebanyakan penderita polio tidak menunjukkan gejala spesifik sehingga tidak menyadari jika mereka terinfeksi. Itu sebabnya, penting untuk menjaga jarak dan mengenakan masker saat sedang sakit atau kontak dengan orang sakit.

Selain itu, jangan berciuman, berpelukan, atau berbagi peralatan makan dengan orang sakit untuk mencegah masuknya droplet dari orang yang terinfeksi.  

3. Masak Makanan Hingga Matang

Virus dapat hidup dalam air maupun bahan makanan. Oleh karena itu, pastikan Mama memasak air dan makanan sampai benar-benar matang agar virus mati dan gagal menginfeksi tubuh.

4. Perhatikan Asupan Nutrisi

Asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh adalah kunci untuk membentuk daya tahan tubuh yang kuat. 

Oleh karena itu, pastikan si kecil mengonsumsi makanan bernutrisi dan bergizi seimbang serta mencukupi kebutuhan cairannya. Bahkan kalau perlu, dukung dengan suplementasi vitamin. Dengan begitu tubuh siap memerangi virus dari dalam.

5. Jangan Jajan Sembarangan

Virus polio bisa ditularkan lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kotoran orang yang terinfeksi.

Oleh karena itu, hindari membeli makanan atau minuman di penjual yang tidak memperhatikan praktik kebersihan. Bahkan lebih baik lagi kalau  si kecil hanya mengonsumsi makanan yang diolah di rumah.

6. Menjaga Kebersihan Diri

Upaya pencegahan selanjutnya adalah dengan memperhatikan kebersihan diri. Caranya dengan rajin-rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Atau jika tidak memungkinkan, gunakan hand sanitizer yang mengandung alkohol.

7. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Terakhir, kunci penting agar terhindar dari virus polio ataupun penyakit lainnya adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan menerapkan gaya hidup bersih.

Salah satu caranya adalah dengan rajin-rajin membersihkan ruangan rumah. Bahkan kalau perlu gunakan air purifier untuk menyaring debu, bakteri, dan virus yang ada di udara. Di Mamasewa, Mama bisa menyewa air purifier sesuai kebutuhan tanpa harus menguras kantong. Harganya mulai dari Rp 6.000 per hari!

Tinggalkan Balasan