Menyusui sering kali digambarkan sebagai momen yang hangat dan menyentuh. Namun faktanya tidak semua ibu merasakan hal yang sama—terutama mereka yang mengalami sindrom D-MER. Apa itu dan kenapa bisa membuat Mama merasa sangat buruk? Berikut penjelasannya.

Apa Itu Sindrom (D-MER)?

Sindrom D-MER

Dysphoric Milk Ejection Reflex (D-MER) merupakan kondisi langka yang dialami oleh beberapa ibu menyusui. Sindrom D-MER digambarkan sebagai luapan emosi negatif yang intens dan tiba-tiba muncul ketika menyusui atau memompa asi.

Biasanya, perasaan itu muncul tepat sebelum Anda mengeluarkan air susu dan berlanjut selama beberapa menit setelahnya. Kondisi ini juga dapat terjadi ketika payudara secara tiba-tiba mengeluarkan ASI meski sedang tidak menyusui.

Kondisi ini berlangsung cepat dan hanya satu atau dua menit. Namun, kondisi ini dapat menyebabkan ketidakbahagiaan (disforia) yang intens dan emosi tidak menyenangkan lainnya.

Dan seperti namanya, kondisi ini adalah refleks. Itu artinya, ini bukan sesuatu yang bisa Mama kendalikan.

Para peneliti juga sepakat bahwa sindrom D-MER adalah reaksi fisiologis, bukan reaksi psikologis. Itu artinya  Kondisi ini bersifat fisik dan tidak ada hubungannya perasaan tidak ingin menyusui atau nyeri puting. Sebaliknya, ini adalah reaksi tubuh terhadap penurunan hormon tertentu secara tiba-tiba.

BACA JUGA: Apa Itu Postpartum Psychosis: Gejala, Penyebab, dan Penanganannya

Apa Saja Gejala Sindrom D-MER?

Ada beberapa gejala umum terkait dengan kondisi ini. Namun semuanya berkisar pada pikiran dan perasaan negatif yang datang dan pergi dengan cepat—tapi sangat intens. Berikut adalah beberapa gejala yang paling sering dilaporkan:

  • Sedih, marah, gelisah, dan putus asa.
  • Membenci diri sendiri atau merasa tidak berharga.
  • Perasaan tenggelam atau takut.
  • Mudah cemas dan mudah tersinggung.
  • Merasa homesick dan tiba-tiba melankolis.
  • Panik atau paranoia.
  • Berpikiran untuk bunuh diri.

Gejala-gejala D-MER bisa ringan hingga berat. Sebagaimana yang Mama lihat, gejala D-MER yang sangat kuat (severe) bisa membuat ibu berpikiran untuk bunuh diri. Dan beberapa kondisi ini diklaim bisa memperburuk D-MER:

  • Tidak mendapatkan edukasi tentang D-MER.
  • Merasa terisolasi.
  • Pola makan rendah karbohidrat.
  • Kurangnya perawatan diri yang memadai.
  • Overstimulasi.
  • Kafein.
  • Stres.
  • Waktu jeda yang lama antara waktu menyusui.
  • Menstruasi.
  • Lingkungan yang tidak teratur.

Namun, perlu Mama ketahui bahwa kondisi ini umumnya hanya terjadi sebelum Anda merasakan ASI keluar. Setelah ASI mulai mengalir, emosi negatif pun menghilang.

Gejala D-MER pun dapat berkurang sekitar 3 bulan setelah melahirkan atau lebih lama. Tapi sebagian besar ibu merasa bahwa D-MER menjadi lebih mudah diatasi seiring bertambahnya usia bayi.

BACA JUGA: Ketahui, 5 Pentingnya Me Time Untuk Ibu Agar Tetap Waras dan Bahagia!

Apa Penyebab Sindrom D-MER?

Sindrom D-MER

Sampai hari ini, para peneliti masih mempelajari lebih lanjut tentang D-MER. Namun, sebuah studi telah mengonfirmasi bahwa D-MER tidak berkaitan dengan kecemasan maupun depresi pascapersalinan (PPD).

Sebagian penelitian menunjukkan bahwa kondisi ini berhubungan dengan hormon. Khusus hormon dopamin yang turun tiba-tiba. Dopamin sendiri adalah hormon yang memengaruhi suasana hati dan emosi.

Keitka menyusui, tubuh melepaskan prolaktin dan oksitosin. Prolaktin adalah hormon yang diperlukan untuk produksi ASI, sementara oksitosin adalah hormon yang memicu aliran atau pengeluaran ASI dari payudara saat Mama menyusui atau memompa ASI.

Ketika hormon ini muncul, kedua hormon ini menekan dopamin—dan membuatnya drop. Inilah yang diduga menyebabkan perasaan tidak bahagia dan emosi negatif lainnya secara tiba-tiba.

BACA JUGA: Dear Mam, 4 Tips Mengatasi Baby Blues Ini Bisa Diterapkan Pasca Melahirkan!

Bagaimana Cara Mengatasi Sindrom D-MER?

Tidak ada pengobatan medis untuk mengatasi D-MER. Mama hanya perlu mengelola gejala dan menemukan cara untuk mengatasinya. Berikut ini adalah teknik yang paling umum untuk mengelola gejala D-MER.

1. Tingkatkan Frekuensi Skin-to-Skin

Penelitian menunjukkan bahwa skin-to-skin dapat menurunkan denyut jantung dan kadar kortisol pada ibu dan bayi. Diperkirakan bahwa jika Anda melakukan hal ini saat menyusui, Anda dapat melawan reaksi negatif yang Anda dapatkan selama D-MER.

2. Berlatih Meditasi atau Teknik Pernapasan

Baik dengan mengatur tarikan napas atau sambil melantunkan doa, teknik-teknik ini dapat membantu Mama merasa lebih tenang dan fokus saat dibanjiri perasaan-perasaan negatif. Pada gilirannya, ini dapat menempatkan perasaan tidak nyaman ke dalam perspektif yang tepat, terutama jika Anda sudah menyadari bahwa perasaan itu akan hilang dalam hitungan menit.

3. Temukan Cara-cara untuk Rileks

Mama harus bisa menemukannya. Apakah itu tempat khusus untuk menyusui, kursi yang nyaman, atau makanan ringan dan segelas air putih di meja. Intinya, Mama perlu menemukan hal-hal yang bisa membuat Mama lebih rileks dan tenang.

4. Alihkan Perhatian

Untuk mengalihkan perhatian, Mama bisa menyusui sambil melakukan aktivitas lain. Misalnya berbincang dengan suami, nonton TV, atau membaca. Namun, kalau perasaan ini terlalu intens sehingga sulit dialihkan, Mama bisa memutuskan untuk berhenti menyusui sejenak, dan itu tidak apa-apa.

5. Cari Dukungan

Untuk membantu Mama mengatasinya, Mama perlu menempatkan diri dalam situasi yang membuat Anda merasa aman dan tidak terlalu stres. Ini berarti Anda harus dikelilingi oleh teman dan anggota keluarga yang suportif. Jangan ragu untuk mencari orang-orang yang mau mendengarkan, berbicara, dan peduli pada Anda.

BACA JUGA: 10 Perlengkapan Ibu Menyusui, Tak Semuanya Harus Beli Baru!

Setelah membaca informasi di atas, apakah mungkin Mama pernah mengalaminya? Jika pernah, maka sekarang Mama mengerti kenapa ini bisa terjadi. Tetap tenang dan fokus ya, Mam.

Sungguh perjalanan mengASIhi memang panjang—dan indah pada waktunya. Kalau Mama membutuhkan perlengkapan menyusui yang bisa membuat Mama merasa lebih baik, klik di sini, Mamasewa punya solusinya!

Tinggalkan Balasan