Beberapa bulan terakhir, linimasa media sosial agaknya ramai dengan berbagai berita negatif. Mulai dari kebijakan pemerintah yang menuai kontroversi, isu sosial yang menguras emosi, hingga perceraian selebriti. Tanpa disadari, derasnya arus informasi ini memberi tekanan tersendiri bagi pikiran. Dan semakin sering kita scroll berita-berita semacam itu, semakin sulit pula otak kita beristirahat dari rasa cemas dan lelah. Fenomena ini dikenal dengan istilah news fatigue. Apa itu dan apa dampaknya? Simak jawabannya di sini!

Apa Itu News Fatigue?

News fatigue adalah kondisi ketika seseorang merasa lelah, jenuh, atau kewalahan karena terlalu sering mengonsumsi berita—terutama berita dengan muatan negatif atau menegangkan. Kondisi ini tidak hanya membuat seseorang ingin “menjauh” dari berita, tapi juga bisa menimbulkan stres emosional yang nyata. Dalam dunia digital saat ini, di mana informasi datang tanpa henti, news fatigue semakin umum dialami banyak orang tanpa disadari.

Baca Juga: Kecemasan pada Anak: Kenali Tanda sampai Cara Mengatasinya

Dampak News Fatigue

Saat otak terus dibanjiri berita negatif, ia kehilangan kemampuan untuk menyeimbangkan emosi dan fokus. Jadi, meski tampak sepele, news fatigue bisa memengaruhi cara kita berpikir, merasa, bahkan berinteraksi dengan orang lain. Berikut lima dampak utama yang perlu Mama waspadai.

1. Kelelahan Emosional

Paparan berita negatif secara terus-menerus membuat otak dan emosi bekerja tanpa henti. Lama-kelamaan, tubuh kehilangan energi untuk memproses setiap emosi yang muncul, dan hal-hal kecil pun bisa terasa melelahkan. Kondisi ini sering membuat seseorang menjadi lebih sensitif, mudah marah, atau justru mati rasa terhadap hal-hal yang biasanya menarik perhatian.

Baca Juga: Apa Itu Executive Function dan Kenapa Ini Disebut “CEO” Otak?

2. Meningkatnya Kecemasan dan Stres

Berita yang menegangkan, seperti konflik sosial atau bencana alam, dapat memicu rasa takut dan cemas berlebih. Tubuh akan  meresponsnya dengan meningkatkan produksi hormon stres seperti kortisol. Jika berlangsung terus-menerus, hal ini bisa menurunkan imunitas tubuh, mengganggu kesehatan jantung, dan menimbulkan gejala psikosomatik seperti sakit kepala atau sulit tidur.

3. Menurunnya Empati Sosial

Terlalu sering melihat berita buruk dapat membuat seseorang menjadi “kebal” terhadap penderitaan orang lain. Otak membangun semacam tembok emosional untuk melindungi diri dari stres, tapi dampaknya, kita jadi lebih sulit berempati atau peduli. Dalam jangka panjang, ini bisa membuat seseorang cenderung apatis terhadap isu sosial atau kehilangan semangat untuk membantu sesama.

Baca Juga: Mengenal Apa Itu Latte Dad: Simbol Ayah Kekinian yang Hadir dalam Pengasuhan

4. Gangguan Tidur dan Konsentrasi

Kebiasaan membaca berita sebelum tidur, terutama yang memicu emosi, dapat membuat pikiran terus aktif bahkan setelah layar ponsel dimatikan. Akibatnya, tubuh kesulitan memasuki fase istirahat yang dalam sehingga tidur jadi tidak berkualitas. Kondisi ini berimbas pada menurunnya fokus di siang hari, kelelahan kronis, dan penurunan produktivitas.

5. Menurunnya Kepercayaan terhadap Media

Ketika lelah dengan arus berita yang terasa berat atau sensasional, banyak orang mulai skeptis terhadap media. Mereka merasa semua berita hanya mencari sensasi atau memiliki agenda tersembunyi. Rasa tidak percaya ini dapat berujung pada penolakan informasi yang valid, membuat seseorang rentan terhadap misinformasi dan hoaks karena kehilangan kepekaan dalam memilah sumber berita yang kredibel.

Baca Juga: Tips Sederhana Menjaga Kesehatan Keluarga, Tetap Produktif di Situasi yang Penuh Tantangan

Cara Mengatasi News Fatigue dengan Bijak

Hanya karena fenomena news fatigue terasa begitu dekat, bukan berarti Anda harus berhenti mengikuti berita sama sekali. Kuncinya adalah menemukan keseimbangan antara tetap terinformasi dan menjaga kesehatan mental. Berikut beberapa cara efektif untuk mengatasinya.

1. Batasi Konsumsi Berita Harian

Tentukan waktu khusus untuk membaca atau menonton berita, misalnya hanya 30 menit di pagi atau sore hari. Hindari kebiasaan mengecek update setiap jam karena ini bisa memperburuk rasa cemas. Dengan membatasi paparan, Anda sedang memberi ruang bagi otak untuk beristirahat dan memproses informasi dengan lebih sehat.

Baca Juga: Anak Kecanduan YouTube Shorts: Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya

2. Pilih Sumber Berita yang Kredibel dan Seimbang

Alih-alih mengikuti akun gosip atau portal yang menonjolkan sensasi, carilah media yang menyajikan informasi faktual dan berimbang. Membaca berita dari sumber terpercaya membantu Mama memahami konteks dengan lebih baik tanpa terseret emosi. Langkah ini juga melatih kemampuan berpikir kritis agar tidak mudah terjebak dalam bias atau provokasi.

3. Lakukan Digital Detox

Beristirahat sejenak dari media sosial bisa sangat membantu meredakan kelelahan mental. Gunakan waktu itu untuk berjalan di luar rumah, membaca buku, atau bermain bersama anak yang membuat Anda merasa lebih tenang. Bahkan jeda 24 jam tanpa berita bisa memberi efek signifikan dalam menurunkan stres dan memperbaiki suasana hati.

Baca Juga: Manfaat Digital Detox untuk Keluarga: Ciptakan Keharmonisan sampai Dukung Tumbuh Kembang

4. Fokus pada Hal-hal yang Bisa Dikendalikan

Daripada terus memikirkan hal-hal besar yang di luar kendali, alihkan perhatian ke tindakan kecil yang bisa Anda lakukan. Misalnya, berkontribusi lewat donasi, ikut kegiatan sosial, atau sekadar menyebarkan informasi positif. Pendekatan ini membantu mengubah rasa tidak berdaya menjadi rasa bermakna dan berdaya.

5. Bangun Rutinitas yang Menenangkan

Jaga keseimbangan hidup dengan aktivitas yang menyehatkan jiwa, seperti olahraga ringan, meditasi, journaling, atau berdoa. Saat tubuh dan pikiran lebih tenang, Anda akan lebih mampu memilah berita mana yang penting untuk disimak dan mana yang bisa dilewatkan. Rutinitas sederhana ini juga membantu memulihkan energi mental yang terkuras karena paparan berita negatif.

Baca Juga: Mau Olahraga Tapi Sibuk Urus Anak? Sewa Treadmill di Mamasewa Aja!

Terbukti bahwa mengonsumsi terlalu banyak berita negatif dapat membuat kita lelah secara emosional dan kehilangan perspektif terhadap hal-hal yang sebenarnya penting. Jadi, mulailah memilah informasi, membatasi paparan media, dan fokus pada hal-hal positif. Nah, daripada sibuk scroll media sosial, main bareng anak aja yuk, Mam. Supaya lebih seru, sewa aja beragam mainan yang tersedia di Mamasewa. Dijamin hemat dan higienis!

Tinggalkan Balasan