Mama pasti pernah mendengar istilah overstimulasi pada anak bukan? Istilah ini digunakan untuk menjelaskan kondisi dimana anak-anak mendapatkan stimulus atau aktivitas melebihi batas yang bisa diterimanya. Namun tahukah Anda kalau ternyata ini juga bisa dialami orangtua, terutama ibu? Berikut adalah informasi seputar overstimulasi pada ibu lengkap dengan penyebab dan cara mengatasinya!

Mengenal Overstimulasi pada Orang Dewasa

Overstimulasi pada Ibu

Dalam ilmu medis, overstimulasi pada orang dewasa biasa disebut sebagai mental load atau cognitive labor. Mengutip laman Healthline, mental load adalah beban kognitif maupun emosional yang tak terlihat tapi terus dipikirkan. 

Kondisi sering dialami oleh para ibu karena mereka merasa bertanggung jawab penuh terhadap segala macam kebutuhan keluarga dan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, membersihkan rumah, mengurus anak, hingga membayar tagihan.

Karena tidak berwujud, kondisi ini sering luput dari perhatian. Maka tak heran kalau ibu sering merasa kewalahan dan mudah stres. Pasalnya, meskipun terlihat baik-baik saja dari luar, sebenarnya ada banyak hal di kepala ibu yang sedang dipikirkan atau dicemaskan.

Penyebab Overstimulasi pada Ibu

Overstimulasi pada Ibu

Meskipun normal, stres yang tidak dikelola dengan baik dan tepat bisa berisiko menciptakan masalah kesehatan mental di kemudian hari. Oleh karena itu, Mama perlu mengetahui hal-hal apa saja yang bisa menyebabkan Mama mengalami overstimulasi atau mental load.

1. Rumah yang Berantakan

Isi lemari yang berantakan, tumpukan piring kotor, hingga mainan si kecil yang berserakan bisa membuat Mama capek duluan sebelum mulai membersihkannya. Tapi membiarkannya berantakan justru membuat mood Mama kacau dan semakin stres. Maka dari itu, setiap pasangan —terutama yang tidak memiliki ART harus siap saling membantu dan tidak menganggap bahwa pekerjaan rumah sebagai hal yang remeh.

2. Selalu Berada di Sekitar Orang Lain

Niat hati keluar rumah sebentar untuk menyegarkan pikiran. Tapi baru saja keluar rumah sudah terjebak dengan obrolan bareng tetangga. Maunya sih diabaikan, tapi ada saja satu dua hal yang nyangkut di pikiran dan membuat Mama kepikiran seharian. Belum lagi kalau itu menyangkut soal anak dan keluarga.

3. Terlalu Banyak Aktivitas yang Dikerjakan

Memiliki daftar panjang aktivitas yang harus dilakukan hari ini bisa membuat Mama kewalahan dan stres. Belum lagi kalau Mama harus bekerja (WFH maupun WFO) atau beraktivitas di luar rumah. Setelah seharian sibuk menyelesaikan ini itu, sampai rumah Mama masih harus menyiapkan makan malam, membantu anak mengerjakan PR, dan sebagainya.

4. Terlalu Cepat Berpindah dari Satu Aktivitas ke Aktivitas Lainnya

Bagi para ibu, menjadi single-tasker rasanya hampir mustahil. Sambil memasak, seorang ibu bisa nyambi menggendong anak, membuat kopi, atau bahkan mengirim email. Coba bayangkan kalau Mama harus melakukan semuanya sekaligus, tentu saja fokus Mama bisa berantakan dan lebih rentan stres.

5. Tidak Bisa Menghindari Suasana Bising

Anak-anak yang mendapatkan overstimulasi bisa menyebabkan mereka rewel, menangis, bahkan berteriak. Hal serupa pun bisa terjadi pada orang dewasa. Setelah seharian mengerjakan banyak hal, mendengar rengekan, teriakan, atau tangisan si kecil bisa membuat kepala Mama rasanya mau pecah. Belum lagi kalau mereka berlarian kesana kesini.

6. Terus Menerus Mendapat Sentuhan

Seharian ‘ditempeli’ si kecil kemanapun Anda pergi juga bisa membuat Mama overstimulasi dan merasa touched out. Alhasil Mama jadi mudah kesal dan tidak ingin disentuh siapapun lagi karena mendapatkan kontak fisik berlebihan sepanjang hari.

Mengatasi Overstimulasi pada Ibu

Overstimulasi pada Ibu

Ibu yang terus-terusan mengalami overstimulasi, lebih berisiko marah dan meledak di hadapan anak serta lebih rentan mengalami parental burnout. Parental burnout sendiri adalah kondisi yang timbul akibat stres dan kelelahan berlebihan sehingga membuat ibu merasa berat saat harus mengasuh anak. Bahkan muncul perasaan ingin menjauh dari mereka.

Meski begitu, seorang ibu tidak akan bisa melakukannya. Selain karena alasan kasih sayang, ibu juga tidak bisa ‘resign’ dari peran dan tugasnya sebagai orangtua. Oleh karena itu, beberapa hal berikut ini bisa Mama lakukan untuk mengatasi overstimulasi.

1. Kenali Stimulus yang Bisa Memicu Ledakan Emosi

Menghindari faktor pencetus sensory overload, seperti suara bising, tempat yang terlalu ramai, atau cahaya yang terlalu terang bisa menyelamatkan Anda dari overstimulasi. Oleh karena itu, mengenali hal-hal yang bisa memicu ledakan emosi sangat diperlukan. Dengan begitu, Mama bisa sedikit menarik diri dan memberi jeda agar lebih tenang dan waras.

2. Ambil Waktu untuk Istirahat

Beristirahat sejenak di tengah-tengah aktivitas bisa memberikan Mama waktu untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri. Sekalipun hanya untuk makan atau buang air. Bahkan kalau memungkinkan, Mama sebaiknya juga ikut tidur saat si kecil sedang tidur siang atau sesekali lakukan hal-hal yang membuat Mama happy di luar rutinitas Mama sebagai orangtua. Anda juga bisa melakukan meditasi atau teknik pernapasan saat stres mulai muncul.

3. Lakukan Pembagian Tugas

Sebuah survei mengungkapkan bahwa wanita masih menanggung mental load sekalipun sudah mendapatkan bantuan dari suami atau ART. Lalu bayangkan bagaimana dengan para ibu yang little to no help. Beban ini bisa jadi berkali-kali lipat lebih besar. Oleh karena itu, harus ada pembagian tugas antara Mama dan Papa baik untuk urusan anak, rumah, maupun pekerjaan lainnya.

Itulah informasi seputar masalah overstimulasi pada ibu yang perlu Anda ketahui. Setelah membaca seluruh isinya, Mama pasti setuju kalau istirahat bisa menjadi obat terbaik saat sedang merasa lelah dan kewalahan.Nah, selagi beristirahat, Mama bisa membiarkan si kecil sibuk bermain dengan beragam mainan yang bisa Anda sewa di Mamasewa. Mulai dari baby gym, playhouse, activity toys, dan masih banyak lagi lainnya. Untuk melihat koleksi lengkapnya, klik di sini!

Tinggalkan Balasan