Mama mungkin berpikir “bukankah bagus kalau produksi ASI melimpah?”. Ya, Mama benar soal ini. Namun pada kondisi hiperlaktasi, jumlah ASI yang diproduksi terlampau banyak melebihi apa yang dibutuhkan. Mau tahu apa itu hiperlaktasi dan kenapa ini berbahaya? Yuk, simak penjelasannya di sini!

Apa Itu Hiperlaktasi?

Sindrom hiperlaktasi atau biasa disebut over supply adalah kondisi yang terjadi ketika Mama memproduksi lebih banyak ASI daripada yang dibutuhkan bayi.

Sebenarnya, proses pembentukan ASI sudah dimulai sejak kehamilan. Itu akibat perubahan hormon yang mendorong kelenjar susu untuk memproduksi dan melepaskan ASI.

Namun, proses ini baru meningkat signifikan setelah bayi lahir dan mulai menyusu secara teratur. Ketika itu, tubuh Mama akan menyesuaikan produksi ASI agar bisa memenuhi kebutuhan bayi.

Pada sebagian kondisi, ada Mama yang memproduksi ASI sangat banyak melebihi apa yang dibutuhkan bayi. Kondisi ini kemudian kita kenal sebagai hiperlaktasi.

Gejala Hiperlaktasi

Perlu diketahui, bahwa segala sesuatu yang “berlebihan” tentu bukan hal baik. Begitu pula dengan produksi ASI. Berikut ini adalah gejala hiperlaktasi yang perlu Mama ketahui, baik pada diri Mama sendiri maupun pada si kecil.

1. Gejala yang Dirasakan Mama

Selain produksi ASI yang berlebihan, Mama dengan kondisi hiperlaktasi mungkin akan mengalami beberapa gejala berikut ini:

  • Kesulitan mempertahankan jadwal menyusui
  • Payudara bengkak, nyeri, dan terasa tidak nyaman (mastalgia)
  • Penyumbatan saluran ASI
  • Pengeluaran ASI terlalu cepat dan menyebabkan let down reflex
  • Lecet pada puting atau terjadi retakan pada puting yang kering
  • Lepuh susu atau luka melepuh di area sekitar puting
  • Kontraksi di area puting akibat saraf yang menegang

2. Gejala yang Dirasakan Bayi

Selain Mama, bayi juga dapat mengalami gejala yang berhubungan dengan hiperlaktasi. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  • Kesulitan mengunci mulut ke puting
  • Sering tersedak saat menyusui
  • Rewel selama atau setelah menyusui
  • Meludah atau muntah berlebihan setelah menyusui
  • Kembung atau perut terasa tidak nyaman
  • Kotoran berwarna hijau, berbusa, dan eksplosif
  • Penambahan berat badan yang cepat tapi sulit mempertahankannya secara konsisten

Lantas Apa Penyebab Hiperlaktasi?

Ada sebagian Mama yang memang secara alami menghasilkan ASI dalam jumlah besar. Biasanya jumlah tersebut akan meningkat seiring dengan pertambahan usia bayi. Namun, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap terjadinya hiperlaktasi, yaitu:

  • Menyusui sesuai jadwal yang ditentukan, bukan setiap bayi lapar
  • Merangsang payudara secara berlebihan, seperti terlalu banyak atau terlalu sering memompa ASI
  • Bayi kesulitan mengunci puting atau latch on sehingga menyebabkan bayi menyusu lebih sering untuk memastikannya mendapatkan jumlah ASI yang tepat
  • Konsumsi obat-obatan atau booster yang bisa meningkatkan produksi ASI
  • Kondisi medis, seperti kecenderungan genetik atau hiperprolaktinemia (kelebihan hormon prolaktin dalam darah)

BACA JUGA: 5 Manfaat ASI Selain Diminum, Ternyata Seluar Biasa Itu!

Cara Mengatasi Hiperlaktasi

1. Pijat dan Kompres Payudara sebelum Menyusui

Cara ini bisa mengurangi rasa sakit dan pembengkakan pada payudara sehingga melancarkan saluran susu dan mengontrol aliran ASI yang keluar. Namun, pastikan Mama melakukan pijat dengan lembut ya, Mam.

2. Susui Bayi sebelum Merasa Lapar

Mama sebaiknya tidak menyusui hanya berdasarkan jadwal tetapi juga saat bayi merasa lapar. Meski begitu, Mama tidak perlu menunggu hingga bayi benar-benar lapar dan mulai rewel.

Ketika terlalu lapar, isapan bayi bisa menjadi lebih kuat dan intens. Hal ini bisa menyebabkan produksi dan pengeluaran ASI jadi berlebihan.

3. Pompa ASI Sesuai Kebutuhan

Karena ASI diproduksi sesuai kebutuhan bayi, maka jika Mama terus–menerus merangsang produksi dan mengeluarkannya dengan pompa ASI secara berlebihan, risikonya adalah produksi ASI meningkat.

Jadi, pompalah ASI sesuai kebutuhan bayi. Jika Mama membutuhkan pompa ASI tetapi belum menemukan produk yang pas, coba deh sewa aja dulu Mamasewa.

Ada berbagai jenis yang bisa dipilih sesuai kebutuhan. Harganya juga sangat terjangkau, mulai dari 5 ribuan per hari! 

4. Atur Posisi Menyusui

Saat mengalami hiperlaktasi, lebih baik Mama menyusui dalam posisi berbaring atau bersandar. Kedua posisi tersebut dipercaya dapat mengontrol aliran ASI yang keluar. Posisi berbaring atau bersandar ini juga membuat bayi tidak mudah tersedak dan batuk ketika menyusu.

5. Kurangi atau Hentikan Konsumsi Booster ASI

Booster ASI memang baik untuk menambah produksi ASI. Namun, jika Mama mengalami hiperlaktasi, sebaiknya kurangi atau justru hentikan konsumsinya. Tanpa booster ASI, diharapkan proses produksi ASI yang berlebihan bisa ditekan dan akhirnya berkurang.

Jika setelah melakukan cara–cara untuk mengatasi hiperlaktasi di atas, produksi ASI berlebih tak juga berhenti, Mama sebaiknya segera periksakan diri ke dokter atau konsultan laktasi agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat untuk mengatasi hiperlaktasi. 

Sekian informasi mengenai hiperlaktasi dan semoga bermanfaat ya, Mam!

Tinggalkan Balasan