Mama mungkin sudah sering mendengar baby blues atau depresi pasca melahirkan, tapi bagaimana dengan postpartum psychosis (PPP)? Kalau ini terdengar sangat awam, PPP dikategorikan sebagai kondisi kesehatan mental darurat yang membutuhkan penanganan segera. Mari simak informasi selengkapnya di sini!

Apa Itu Postpartum Psychosis?

Postpartum Psychosis

Mengutip laman Cleveland Clinic, postpartum psychosis (PPP) adalah kondisi yang memengaruhi kesadaran seseorang sehingga menyebabkan halusinasi, delusi, paranoia, atau perubahan perilaku lainnya. Dalam kasus yang parah, orang dengan PPP mungkin mencoba menyakiti diri sendiri atau bayinya. Meski begitu, kondisi ini bersifat reversibel dan dapat diobati.

Meskipun jarang terjadi, tapi kasus ini tergolong kondisi mental darurat yang parah dan berbahaya sehingga membutuhkan pertolongan segera.

PPP bisa terjadi beberapa hari setelah melahirkan hingga enam minggu setelahnya. Ini bisa terjadi pada siapa saja yang melahirkan, tetapi kemungkinannya bakal lebih tinggi pada mereka yang memiliki kondisi kesehatan mental tertentu.

BACA JUGA: 7 ASI BOOSTER ALAMI UNTUK IBU MENYUSUI, BUKAN CUMA SOAL MAKANAN

Gejala Postpartum Psychosis

Dua gejala utama postpartum psychosis adalah halusinasi dan delusi.

  • Halusinasi terjadi ketika otak bertindak seolah-olah menerima rangsangan dari indra padahal sebenarnya tidak. Ini membuat seseorang tidak dapat membedakan mana yang benar-benar terjadi dan mana yang tidak.
  • Delusi adalah keyakinan salah yang dipegang teguh. Sekali pun ada bukti nyata yang menyatakan bahwa itu salah, mereka tetap meyakini itu benar terjadi.

Sementara itu, ada juga gejala umum lainnya yang mungkin dirasakan ibu melahirkan dengan PPP, yakni:

  • Perubahan suasana hati yang drastis—mania, hipomania, atau depresi.
  • Merasa terpisah dari tubuhnya (depersonalisasi).
  • Pikiran atau perilaku yang tidak teratur (random).
  • Insomnia.
  • Marah, gelisah, jengkel, atau gugup.
  • Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau menyakiti orang lain (terutama bayi yang baru dilahirkan).

BACA JUGA: MENGENAL REVENGE BEDTIME PROCRASTINATION, KEBIASAAN BURUK PARA IBU

Penyebab Postpartum Psychosis

Postpartum Psychosis

Belum ditemukan penyebab pasti apa yang mendorong ibu baru melahirkan memiliki kondisi ini. Namun, para ahli menduga ini melibatkan kombinasi beberapa faktor-faktor berikut ini.

1. Riwayat Kondisi Kesehatan Mental

Sekitar sepertiga orang dengan PPP memiliki riwayat kondisi kesehatan mental yang sudah terdiagnosis sebelumnya, contohnya bipolar dan skizofrenia. Atau bisa juga memiliki anggota keluarga dengan riwayat PPP atau kesehatan mental terkait. Karena itu, para peneliti menduga bahwa kondisi ini mungkin dipengaruhi genetik.

2. Jumlah Kehamilan

PPP lebih banyak terjadi pada wanita yang baru saja melahirkan anak pertama mereka. Namun, orang dengan riwayat PPP, memiliki kemungkinan 30-50 persen akan kembali mengalaminya pasca kelahiran selanjutnya.

3. Kurang Tidur

Para ahli menemukan fakta bahwa kurang tidur dapat memicu mania pada orang dengan gangguan bipolar. Mereka juga menduga bahwa kurang tidur dapat menjadi bagian dari mengapa seseorang mengembangkan PPP.

4. Perubahan Hormon

Tubuh mengalami perubahan hormon yang signifikan selama kehamilan, menjelang persalinan, dan pasca persalinan. Beberapa hormon meningkat, sementara lainnya menurun drastis.

5. Kondisi Medis Lainnya

Psikosis juga dapat terjadi karena alasan medis lainnya. Misalnya eklampsia, preeklampsia, gangguan tiroid, autoimun, kekurangan vitamin, atau ketidakseimbangan elektrolit.

BACA JUGA: BERDAMAI DENGAN MENTAL LOAD, INI CARA MENGATASINYA!

Penanganan Postpartum Psychosis

Psikosis pascapersalinan adalah penyakit yang sangat serius. Untungnya, kondisi psikotik ini hanya bersifat sementara dan bisa diobati. Berikut adalah beberapa yang bisa dilakukan:

1. Perawatan Mandiri di Rumah

Bisa dilakukan dengan cara-cara seperti:

  • Meminta pasangan atau anggota keluarga lainnya untuk membantu mengawasi perilaku dan gejala PPP serta mengurus pekerjaan rumah tangga lainnya.
  • Mengusahakan waktu tidur yang cukup.
  • Mengelola perasaan negatif, seperti merasa bersalah atau tertekan ketika sulit untuk menyusui. Untuk mengatasi masalah ini, Mama bisa memanfaatkan lactation massager atau pompa ASI handsfree yang bisa Anda temukan di Mamasewa.
  • Membatasi kunjungan, terutama selama beberapa hari pertama.

2. Rawat Inap

Pada kondisi yanga lebih gawat, pasien PPP sebaiknya dirawat di fasilitas kesehatan mental untuk mendapatkan tingkat perawatan yang tepat. Sering kali pasien maupun anggota keluarganya tidak menyadari seberapa serius kondisi itu atau bagaimana cara terbaik untuk mengatasinya.

3. Obat dan Terapi

Ada beberapa jenis obat yang dapat membantu mengatasi psikosis pascapersalinan, seperti obat antipsikotik, obat antikejang, dan penstabil suasana hati. Ini semua harus mengikuti petunjuk dokter. Jika diperlukan, dokter mungkin juga akan menyarankan terapi elektrokonvulsif atau ECT.

BACA JUGA: MENGENAL TOUCHED OUT PADA IBU: ALASAN DAN EFEKNYA

Perbedaannya dengan Postpartum Anxiety, Baby Blues, dan Depresi Pasca Melahirkan

Postpartum Psychosis

Perubahan suasana hati pascapersalinan memang sangat umum terjadi. Namun, setelah membaca artikel ini, Mama mungkin jadi berpikir apa perbedaan PPP dengan kondisi lainnya.

  • Postpartum anxiety. Perasaan gugup, cemas, atau khawatir setelah melahirkan adalah perasaan yang sangat umum dan normal. Namun, postpartum anxiety terjadi jika kecemasan tersebut terjadi secara berlebihan sehingga mengganggu aktivitas.
  • Postpartum blues atau baby blues. Terjadi pada sekitar 85 persen ibu yang baru melahirkan, membuat mereka sulit mengendalikan emosi, mudah merasa frustrasi dan marah, serta perubahan suasana hati yang cepat. Untungnya, ini hanya sementara dan tidak memerlukan pengobatan khusus.
  • Postpartum depression. Gejalanya mirip dengan baby blues tapi meninggalkan efek yang lebih kuat dan berlangsung lama. Sampai memengaruhi kemampuan seorang ibu untuk merawat dan mengasuh anaknya.
  • Postpartum psychosis. Bisa disebut sebagai kondisi yang paling parah daripada kondisi lainnya. Ini lebih dari sekedar perubahan suasana hari karena bisa menyebabkan halusinasi dan delusi.

Dengan memahami kondisi ini, semoga Mama dan keluarga bisa lebih aware dan bisa menemukan penanganan yang paling tepat, ya!

Tinggalkan Balasan