Bagi anak-anak, bermain bukan sekadar cara mengisi waktu luang tapi juga cara mereka memahami dunia. Lewat permainan, anak belajar mengenali bentuk, suara, emosi, hingga membangun koneksi sosial. Itulah kenapa pendekatan play-based learning atau pembelajaran berbasis permainan makin banyak diterapkan, baik di rumah maupun di institusi pendidikan anak usia dini.
Pendekatan ini menggabungkan keseruan bermain dengan tujuan pembelajaran yang bermakna sehingga anak tumbuh dengan rasa ingin tahu yang tinggi, percaya diri, dan keterampilan hidup yang kuat sejak dini. Yuk, pahami apa itu play-based learning lebih lanjut melalui artikel ini!
Apa Itu Play-Based Learning?
Play-based learning adalah metode pembelajaran yang menempatkan aktivitas bermain sebagai inti dari proses belajar anak. Dalam pendekatan ini, anak didorong untuk mengeksplorasi, bereksperimen, dan berinteraksi dengan lingkungan mereka secara aktif, sambil tetap menikmati proses bermain.
Meskipun terlihat seperti sekadar bermain biasa, ada tujuan pendidikan yang terstruktur di baliknya—baik untuk mengembangkan keterampilan kognitif, sosial, bahasa, maupun motorik anak.
Pendekatan ini berakar pada teori perkembangan anak yang menyatakan bahwa belajar akan lebih efektif ketika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan penuh makna.
Nah, dalam praktiknya, guru, orang tua, atau pengasuhnya akan bertindak sebagai fasilitator—bukan pengarah. Anak diberikan kebebasan untuk memilih permainan yang mereka sukai, sementara orang dewasa menyusun lingkungan belajar yang kaya akan stimulasi dan kesempatan eksplorasi.
Baca Juga: Montessori vs Waldorf: 6 Perbedaan Paling Krusial
Manfaat Play-Based Learning
Melalui permainan, anak belajar banyak hal penting untuk tumbuh kembangnya. Dan dalam hal ini, pendekatan play-based learning memungkinkan anak menyerap pengetahuan dan keterampilan secara alami dan menyenangkan. Inilah yang membuat metode ini dianggap efektif dan relevan dalam pendidikan anak usia dini. Berikut beberapa manfaat utamanya.
1. Mengembangkan Keterampilan Sosial dan Emosional
Saat bermain bersama teman, anak belajar berbagi, bergiliran, menyelesaikan konflik, hingga memahami emosi orang lain. Ini membantu mereka membangun empati dan kemampuan komunikasi sejak dini. Lingkungan bermain juga memberi ruang bagi anak untuk mengekspresikan perasaan mereka dengan cara yang sehat.
Baca Juga: 10 Manfaat Bermain bagi Anak Usia Dini, Wajib Tahu!
2. Mendorong Kreativitas dan Imajinasi
Melalui permainan pura-pura atau kegiatan seni, anak mengembangkan daya imajinasi yang kuat. Mereka bebas menciptakan skenario, memecahkan masalah, dan bereksperimen dengan ide-ide baru. Kreativitas ini menjadi fondasi penting untuk berpikir kritis dan inovatif di masa depan.
3. Meningkatkan Keterampilan Bahasa dan Komunikasi
Dalam bermain, anak seringkali bercakap, bertanya, memberi instruksi, atau bercerita. Aktivitas ini memperkaya kosakata, memperkuat struktur kalimat, serta meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam berkomunikasi. Bahkan anak yang cenderung pemalu pun bisa terlibat aktif saat belajar lewat bermain.
Baca Juga: 5 Dampak Jika Anak Jarang Diajak Main Orang Tua, Bahaya untuk Masa Depannya!
4. Membentuk Kemampuan Kognitif dan Problem Solving
Permainan seperti puzzle, balok, atau permainan strategi membantu anak mengasah logika, konsentrasi, dan daya ingat. Mereka belajar membuat keputusan, mencoba-coba solusi, dan mengevaluasi hasilnya. Semua ini terjadi tanpa tekanan, justru karena mereka menikmati prosesnya.
5. Mendukung Perkembangan Motorik Halus dan Kasar
Bermain aktif seperti memanjat, berlari, atau bersepeda membantu motorik kasar, sedangkan mewarnai, meronce, atau bermain pasir memperkuat motorik halus. Aktivitas ini mendukung koordinasi, kekuatan otot, dan keterampilan dasar yang dibutuhkan dalam kegiatan sehari-hari maupun belajar menulis.
Baca Juga: Pola Asuh Anak Usia Dini untuk Tumbuh Kembang Positif
Contoh Kegiatan Play-Based Learning di Rumah
Salah satu kelebihan dari play-based learning adalah fleksibilitasnya. Mama bisa dengan mudah menerapkannya di rumah tanpa perlu alat khusus atau ruang besar. Yang terpenting adalah menghadirkan suasana bermain yang menyenangkan dan memberi anak kebebasan untuk bereksplorasi. Berikut beberapa contoh kegiatan yang bisa dilakukan bersama si kecil:
- Bermain peran. Ajak anak berpura-pura menjadi dokter, koki, guru, atau petualang. Bermain peran membantu anak memahami dunia sekitarnya sekaligus mengembangkan kemampuan sosial dan bahasa.
- Membangun balok atau lego. Aktivitas ini melatih logika, imajinasi, dan koordinasi tangan-mata. Anak belajar mengenal bentuk, ukuran, keseimbangan, dan kesabaran saat membangun sesuatu.
- Eksperimen sains sederhana. Misalnya membuat gunung berapi dari baking soda dan cuka, atau menanam biji kacang di kapas basah. Dari sini, anak bisa belajar konsep sebab-akibat, pengamatan, dan rasa ingin tahu secara menyenangkan.
- Permainan sensorik. Biarkan anak bermain dengan pasir, air, beras warna-warni, atau slime. Ini membantu merangsang indera mereka serta meningkatkan fokus dan ketenangan.
- Membaca dan bercerita bersama. Bacakan buku cerita lalu biarkan anak menebak akhir cerita atau membuat versi mereka sendiri. Ini melatih imajinasi, mendukung perkembangan bahasa, dan mempererat ikatan emosional antara orang tua dan anak.
Baca Juga: 7 Manfaat Bermain di Playground untuk Perkembangan Anak
Peran Orang Tua dalam Mendukung Play-Based Learning
Meski terlihat seperti “sekadar bermain”, peran orang tua sangat penting dalam memastikan proses play-based learning berjalan efektif. Orang tua bukan hanya pengamat, tapi juga fasilitator, penyemangat, dan pendamping belajar anak. Dukungan yang hangat dan tepat akan membuat anak merasa aman dan bebas bereksplorasi.
1. Menyediakan Waktu dan Ruang untuk Bermain
Anak membutuhkan waktu bermain yang cukup setiap harinya. Luangkan waktu khusus tanpa gangguan gawai atau pekerjaan rumah untuk bermain bersama anak. Ini memberi pesan bahwa bermain itu penting dan dihargai.
Baca Juga: 7 Manfaat Bermain Ayunan untuk Anak, Bagus untuk Motorik dan Belajar Berbagi
2. Mengikuti Minat Anak
Setiap anak unik, jadi perhatikan apa yang sedang mereka sukai dan kembangkan kegiatan belajar dari sana. Misalnya, jika anak suka dinosaurus, ajak membaca buku, membuat kerajinan, atau bermain role play bertema dinosaurus.
3. Jangan Terlalu Mengarahkan atau Mengoreksi
Biarkan anak memimpin permainannya. Hindari keinginan untuk terlalu mengatur atau memberi tahu “cara yang benar”. Anak belajar lebih banyak saat ia diberi kesempatan mencoba dan membuat kesalahan sendiri.
Baca Juga: 7 Cara Melatih Keterampilan Memecahkan Masalah, Berguna Sampai Besar Nanti!
4. Memberikan Apresiasi yang Membangun
Fokuskan pujian pada proses, seperti usaha, kreativitas, atau ketekunan, bukan hanya hasil akhir. Ini akan menumbuhkan motivasi intrinsik dan kepercayaan diri anak.
5. Menjadi Contoh dalam Bermain Aktif
Anak banyak belajar dengan melihat, terutama dari orang tuanya. Ketika orang tua juga terlibat aktif dan menikmati permainan, anak akan merasa dihargai dan semakin semangat belajar melalui bermain.
Baca Juga: Bermain Seru dengan 5 Rekomendasi Mainan Bright Starts, Cek Koleksinya!
Play-based learning bukan sekadar tren, tapi sudah terbukti efektif untuk mendukung tumbuh kembang anak secara menyeluruh. Melalui bermain, anak belajar memahami dunia, mengembangkan imajinasi, hingga membangun keterampilan sosial dan emosional.
Kalau Mama sedang mencari media bermain edukatif yang aman dan menyenangkan, Mamasewa punya banyak pilihan mainan berkualitas yang bisa disewa sesuai kebutuhan. Yuk, dukung tumbuh kembang si kecil lewat bermain seru dan hemat bareng Mamasewa!