Empty nest syndrome bisa menimpa kedua orang tua, tapi tampaknya para ibu lebih rentang mengalaminya. Setelah anak-anak tumbuh dewasa dan mulai meninggalkan rumah, banyak ibu merasa “kosong”. Meskipun bukan gangguan klinis, nyatanya sindrom ini bisa memengaruhi kesejahteraan emosional ibu. Yuk, simak penjelasan selengkapnya!

Apa Itu Empty Nest Syndrome?

Empty Nest Syndrome

Empty nest syndrome merujuk pada kesedihan yang dirasakan orang tua ketika anak-anaknya pindah dari rumah.

Berbeda dengan perasaan sedih karena ditinggal meninggal orang yang dicintai, kesedihan akibat empty nest syndrome sering kali tidak disadari. Itu karena anak yang sudah dewasa memang lumrah “meninggalkan” rumah.

Meskipun normal, nyatanya perubahan ini cukup sulit bagi orang tua. Terutama jika ini terjadi di sekitar waktu yang sama dengan masa pensiun atau menopause.

Ketika itu terjadi, seorang ibu yang puluhan tahun mendedikasikan hidup untuk membesarkan anak-anaknya merasa peran utamanya sudah buyar. Akibatnya, mereka bisa merasa bingung dan tidak berharga lagi.

Para psikolog meyakini bahwa sebagian besar membutuhkan waktu antara 18 – 24 bulan untuk kembali menemukan dirinya dan berdamai dengan keadaan.

Baca Juga: Tips Membicarakan Kematian dengan Anak, Sulit tapi Mungkin!

Konsekuensi Empty Nest Syndrome

Empty Nest Syndrome

Setiap orang tua bisa memiliki pengalaman yang berbeda saat anak-anaknya mulai meninggalkan rumah. Dan ini sangat dipengaruhi oleh hubungan Anda dan pasangan selagi memebesarkan anak-anak. Beberapa merasakan manfaatnya, sementara yang lain mungkin cukup menderita. Namun, inilah konsekuensinya.

Konsekuensi Positif

  • Kembali menemukan diri karena sekarang memiliki lebih banyak waktu untuk merawat diri.
  • Memiliki lebih banyak waktu untuk merawat dan quality time dengan pasangan.
  • Memberi ruang untuk membangun hubungan dan komunikasi yang lebih positif dengan anak—alih-alih mengomelinya, Anda jadi lebih banyak mendukung keputusannya.
  • Bisa melakukan sesuatu tanpa harus selalu mempertimbangkan kebutuhan anak.
  • Rumah menjadi lebih tenang dan terorganisir.

Konsekuensi Negatif

  • Perasaan sedih dan kesepian karena Anda begitu merindukan anak-anak—sering kali ini sangat menyayat hati.
  • Merasa “tersesat” dan tak tahu harus melakukan apa.
  • Mereka yang tidak hidup harmonis dengan pasangannya, bisa merasa sangat tersiksa karena kehilangan pelipur laranya.
  • Menyesal karena merasa tidak cukup baik sebagai orang tua dan mulai dihantui perasaan “andai saja dulu”.

Baca Juga: Parental Alienation Syndrome: Apa Itu dan Bahayanya bagi Anak

Cara Mengatasi Empty Nest Syndrome

Saat ini Mama mungkin merasa tidak relate dengan situasi ini karena anak-anak masih begitu kecil dan sangat bergantung. Namun, bukankah suatu saat nanti kita pun bisa merasakannya? Atau mungkin orang tua Anda sedang berjuang menghadapinya. Maka dari itu, Mama perlu tahu bagaimana cara mengatasi ini.

1. Terima Kenyataan dan Perasaannya

Baik manis dan pahitnya, perasaan sedih karena anak-anak sudah meninggalkan rumah dan memulai hidupnya harus diterima dan dirasakan. Gunakan momen ini sebagai refleksi dan nikmati semua kenangan indah yang bisa Anda simpan.

Baca Juga: Core Memory Anak: Apa Itu dan Bagaimana Menciptakannya

2. Pahami bahwa Ini Bukan Akhirnya

Yang perlu Anda ingat, yang berubah “berakhir” hanyalah pengaturan tempat tinggalnya—bukan hubungannya. Meski tidak tinggal serumah, Anda masih dapat menghubungi anak-anak Anda melalui telepon, pesan teks, video call, atau sesekali berkunjung. 

3. Temukan “Mainan Baru”

Kalau dulu Anda bingung mau sewa mainan apa lagi di Mamasewa untuk menstimulasi tumbuh kembang anak, maka ini giliran Anda untuk menemukan “mainan baru”.

Mulailah dengan memikirkan apa yang Anda inginkan tapi belum tercapai. Mungkin kah Anda masih menyimpan mimpi lama, melakoni hobi yang tertunda, atau memulai pelajaran baru. Karena sekarang Anda punya waktu, maka tidak ada kata terlambat untuk memulai.

4. Jalin Kembali Hubungan dengan Pasangan atau Teman Lama

Selain berinvestasi dengan “mainan baru”, Anda juga bisa menggunakan waktu ini untuk kembali menjalin silaturahmi dengan kawan-kawan lama Anda. Kalau pasangan Anda masih hidup, pusatkan perhatian Anda pada mereka. Lihat pasangan Anda seperti awal kalian memulai—tapi dengan versi yang lebih matang dan sedikit guncangan.

Baca Juga: Pillow Talk dengan Pasangan: Manfaat, Contoh, dan Tipsnya

5. Temukan “Cahaya” Anda

Deb Dana menciptakan istilah glimmer (cahaya) untuk menemukan momen-momen kecil yang membuat hati Anda merasa hangat, aman, dan terhubung. Ini bisa tentang apa pun, apakah dengan mendengarkan lagu lawas, berjalan-jalan di luar sambil menyapa tetangga, atau mengunjungi teman Anda.

6. Mencari Dukungan

Ketahuilah bahwa Anda bukan satu-satunya. Banyak orang tua lain yang  mungkin juga menghadapi hal yang sama. Maka, mari saling mendukung dan mengisi kekosongan ini dengan canda tawa dan doa-doa baik.

7. Lihat Gambar Besarnya

Empty Nest Syndrome

Pada akhirnya, setiap kita akan menyadari bahwa menjadi orang tua adalah tentang melepaskan. Ketika mereka lahir dan berada di dekapan Anda, momen ini cuma sebentar. Sekarang mereka tumbuh dan memulai kehidupan dengan membawa bekal-bekal yang Anda tanamkan sejak mereka masih sangat kecil.

Cara Mencegah Empty Nest Syndrome

Setelah memahami bahwa ini juga bisa terjadi pada Anda atau mungkin sedang dialami orang tua Anda, maka tak ada salahnya kalau Mama dan Papa mempersiapkan diri menghadapinya. Berikut beberapa upaya pencegahannya.

1. Kelola Ekspektasi

Menyadari bahwa anak-anak akan tumbuh dan menjadi lebih mandiri adalah langkah pertama dalam upaya pencegahan. Mempersiapkan diri dengan perasaan bahwa perubahan tersebut adalah bagian alami dari perkembangan akan membantu Mama dan Papa mengurangi potensi rasa kehilangan.

2. Bangun Hubungan yang Kuat dengan Anak Sejak Dini

Empty Nest Syndrome

Supaya tidak dihantui perasaan menyesal karena merasa tidak cukup baik, mulai sekarang fokuslah untuk membangun hubungan emosional yang positif dengan anak-anak. Ciptakan komunikasi yang sehat dan saling memahami agar hubungan ini tetap kuat meskipun anak sudah dewasa dan mandiri.

3. Rencanakan Masa Depan Bersama Pasangan

Selain berfokus pada anak, penting untuk merencanakan dan membangun masa depan bersama pasangan. Saat anak-anak mulai mandiri, Anda dan pasangan bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama untuk menikmati aktivitas yang mungkin harus ditunda karena prioritas sebelumnya adalah anak-anak.

Baca Juga: Bahaya Stonewalling: Pentingnya Menavigasi Percakapan Sulit

4. Jaga Kehidupan Pribadi, Sosial, dan Karier

Meskipun menjadi orang tua adalah peran yang sangat penting, menjaga keseimbangan kehidupan pribadi dengan tetap aktif dalam kegiatan sosial, memiliki teman, serta mengejar hobi atau karier yang memberi kepuasan diri akan membantu Anda merasa terpenuhi secara emosional dan intelektual. Ini akan meminimalkan rasa kesepian atau kekosongan saat anak-anak mulai mandiri.

5. Pupuk Kemandirian Anak Sejak Dini

Mengetahui bahwa anak-anak tumbuh sebagai sosok yang mandiri dan bertanggung jawab akan membuat Mama merasa lebih mudah ketika harus melepaskan mereka. Hal ini juga membuat peralihan menuju fase empty nest lebih mulus.

Ternyata setelah melalui lika-liku mendampingi tumbuh kembang anak, di masa senja kita juga harus bersiap menghadapi rasa sepi. Namun, Mama tak perlu terlalu khawatir karena Mamasewa akan selalu membersamai perjalanan Anda.

Tinggalkan Balasan