Warisan budaya suatu bangsa seringkali tercermin dalam permainan tradisional yang turun-menurun. Begitu juga dengan suku Melayu, yang kaya akan permainan tradisional Melayu yang memegang peranan penting dalam membentuk identitas.

Meskipun demikian, banyak anak-anak yang saat ini mulai lupa dengan permainan tersebut. Hal ini karena kemajuan zaman yang membuat permainan ini teralihkan. Artikel ini akan membantu membahas permainan tradisional dari suku Melayu.

Permainan Tradisional Melayu

Permainan tradisional adalah bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya dan warisan sejarah permainan tradisional Melayu. Banyak unsur yang melekat pada permainan tersebut menjadikannya sebagai sejarah yang harus dipertahankan.

Belum lagi perbedaan geografis dan culture budaya sehingga beberapa permainan ini mendapatkan modifikasi dari awalnya. Meski demikian, permainan ini tetap menjadi ciri khas dari suku Melayu.

Terdapat banyak permainan tradisional Melayu yang sampai saat ini masih anak-anak mainkan untuk beberapa daerah perkampungan. Permainan ini tetap memberikan keseruan tersendiri bagi anak-anak.

Berikut ini 10 permainan tradisi Melayu yang Mama perlu tahu dalam menjaga warisan budaya untuk anak-anak.

1. Adu Buah Para

Daftar pertama adalah Adu buah para merupakan salah satu permainan yang melibatkan buah karet sebagai alat utamanya. Istilah “buah para” merujuk pada buah karet sehingga esensi permainan ini adalah mengadu buah karet.

Cara bermain adu buah para dengan melakukan undian. Pemenang undian akan menjadi pemain pertama yang melangkah. Sementara, yang kalah harus meletakkan biji karet miliknya dalam bagian bawah dari pemenang undian.

Kemudian, biji karet yang tersusun dalam dua tingkat yang akan pemain pukul menggunakan ujung tangan bagian bawah. Jika tidak ada biji yang pecah setelah pukulan, maka bergantian para pemain sesuai urutan undian.

2. Benteng

Benteng adalah suatu permainan tradisional yang melibatkan dua kelompok, di mana setiap kelompok terdiri dari 4 hingga 8 orang. 

Setiap kelompok memilih suatu lokasi sebagai markas, yang umumnya berupa tiang, batu, atau pilar sebagai benteng.

Tujuan utama dari permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil kendali atas benteng yang dimiliki oleh kelompok lawan. Cara mencapai tujuan ini adalah dengan menyentuh tiang atau pilar yang menjadi milik lawan,

Sembari berseru kata “benteng” setelah berhasil menyentuhnya. Selain itu, kemenangan juga dapat dicapai dengan menawan seluruh anggota kelompok lawan melalui sentuhan pada anggota tubuhnya.

3. Bakiak

Bakiak Beregu adalah alat berjalan panjang yang terbuat dari kayu dengan tali terompahnya menggunakan karet ban berderet sepanjang 3 hingga 5 kaki. Alat berjalan ini harus tersusun atas dua bagian atau satu pasang.

Permainan ini melibatkan beberapa orang yang membentuk satu kelompok yang kemudian akan bersaing dengan kelompok lainnya. Peserta harus memakai bakiak dan berjalan bersama-sama, sejajar dari garis start hingga mencapai garis finish.

4. Congkak

congklak permainan tradisional jawa tengah dan jawa timur serta melayu

Congkak merupakan permainan tradisional Melayu yang terkenal dengan berbagai nama di seluruh Indonesia. Dalam permainan ini, biasanya menggunakan jenis cangkang kerang sebagai biji congkak.

Papan permainan terbuat dari kayu dengan bentuk panjang dengan 14 lubang sebagai lubang anak dan 2 lubang sebagai lubang induk. Cara bermainnya cukup sederhana yang mana saling meletakkan biji di lubang induk masing-masing.

5. Boi-Boian

Boi Boian atau Boi Boinan adalah permainan tradisional yang dimainkan oleh lima hingga sepuluh pemain. Cara bermainnya melibatkan penyusunan lempengan batu, pecahan genting, atau porselen yang berukuran relatif kecil.

Dalam permainan ini, salah satu pemain bertugas sebagai penjaga lempengan. Sementara, pemain lainnya bergantian melempar bola ke tumpukan lempengan tersebut hingga semuanya roboh.

Setelah roboh, penjaga harus segera mengambil bola dan melemparkannya kepada pemain lain yang sebelumnya melemparkan bola.

6. Gasing

ini permainan tradisional melayu
Source: Tribun Pekanbaru

Gasing merupakan permainan yang memanfaatkan tali dan kayu sebagai peralatan utama permainannya. Cara bermainnya melibatkan pemukulan dengan menggunakan teknik tertentu agar gasing dapat berputar dalam landasan.

Gasing yang terbuat dari kayu ini biasanya berbentuk lancip ke bawah. Kayu tersebut kemudian diukir untuk menciptakan bentuk yang sesuai keinginan. Tali gasing berasal dari kulit kayu dan biasanya memiliki panjang sekitar 1 meter.

7. Gatrik

Gatrik atau tak kadal merupakan permainan yang menggunakan alat dari dua potongan bamboo. Salah satunya berbentuk tongkat dengan panjang sekitar 30 cm dan yang lainnya berukuran lebih kecil.

Posisikan bambu kecil antara dua batu, lalu hempaskan dengan tongkat bambu. Proses ini berlanjut dengan memukul bambu kecil sejauh mungkin. Pemukul akan terus melanjutkan pukulannya beberapa kali.

Apabila gagal, maka orang berikutnya dari kelompok tersebut akan melanjutkan. Proses ini berlanjut sampai giliran orang terakhir. Setelah selesai, kelompok lawan memberikan gendongan dengan mengacu pada jarak dari bambu kecil yang terakhir.

8. Ligu

Ligu adalah jenis permainan tradisional Melayu Riau dan menggunakan bambu sebagai pemukul. Selain itu, tempurung kelapa yang menyerupai wajik dan hati. Pemain bisa memainkan permainan ini dengan minimal dua regu atau kelompok.

Dalam permainan ligu, tanah yang lapang akan terpasang garis sekitar 1 meter dan ligu ditempatkan secara berjajar di sepanjang garis tersebut. Pemain, baik dua orang atau dua kelompok berkumpul untuk melakukan amplong dengan telapak tangan.

9. Layang-layang

permainan tradisional melayu layang-layang

Layang-layang terbentuk dari bilah bambu sebagai strukturnya yang selanjutnya menggunakan tali atau benang untuk mengikat rangkanya. Rangka layang-layang tersebut, kemudian akan pemain lekatkan kertas mengikuti pola rangka.

Pada suku Melayu, kiasan yang terselip di kertas sangat beragam dan menjadi ciri khas. Hal ini bertujuan agar layang-layang terlihat semakin menarik dari segi visual.

10. Lulu Cina Buta

Lu Lu Cina buta merupakan permainan tradisional yang sering dimainkan oleh anak-anak Tembilahan. Asal-usul kata “Cina Buta” berasal dari cerita seorang Tionghoa yang hendak menikahi perempuan Muslim yang telah bercerai tiga kali.

Permainan ini merujuk pada kata dasar “buta,” yang mengindikasikan ketidakmampuan melihat. Gambar permainan tradisi Melayu Riau ini melibatkan alat sederhana, yakni sapu tangan dan melibatkan pembuatan lingkaran di tanah.

Dengan garis tengah sekitar 2 setengah meter sebagai lapangan bermain. Si buta akan berusaha menangkap pemain dalam lingkar tersebut dan menebak namanya. Apabila berhasil, maka pemain yang tertangkap akan menjadi si buta.

10 permainan tradisional Riau atau suku Melayu ini memang cukup populer bagi kalangan anak-anak. Bahkan sampai saat ini terdapat beberapa festival Melayu yang memang secara khusus untuk melestarikan permainan tersebut.

Hal ini tentunya tidak lepas dari manfaat yang bisa anak-anak rasakan ketika memainkan permainan tersebut. Mulai dari melatih kemampuan kognitif, keberanian hingga perilaku sosial terhadap berteman.

Mama sebagai parents juga bisa memberikan alternatif lain untuk permainan tradisional Melayu. Salah satunya adalah dengan memberikan mainan yang bisa membangun cara berpikir hingga kemampuan lainnya.

Permainan ini bisa Mama dapatkan secara lengkap di Mamasewa.com. Terdapat berbagai permainan yang sangat baik untuk pertumbuhan masa kembang anak. Cek Katalog Produk Mamasewa untuk selengkapnya!

Tinggalkan Balasan