Membandingkan anak dengan teman atau saudaranya merupakan salah satu kesalahan yang masih banyak dilakukan orang tua. Sering kali niatnya adalah untuk memotivasi atau mendorong kemampuan anak. Namun, konsekuensi yang tidak diinginkan lebih besar dampaknya. Berikut ini adalah 10 bahaya membandingkan anak yang harus Mama tahu!
Bahaya Membandingkan Anak: untuk Anak dan Orang Tua
Bahaya membandingkan anak tidak hanya berdampak pada perkembangan anak, tapi juga memengaruhi orang tuanya. Berikut ini adalah rangkumannya untuk Mama.
1. Menurunkan Rasa Percaya Diri
Ketika anak-anak terus-menerus “diukur” dengan teman atau saudaranya, anak mungkin menginternalisasi pesan bahwa mereka tidak “cukup baik” sehingga bisa melampaui orang lain.
Lambat laun, ini bisa mengikis harga diri dan kepercayaan dirinya. Membuat anak merasa tidak berharga dan terbawa sampai dewasa kelak.
Jadi, alih-alih mencari kekurangan dan terus membandingkan anak dengan anak lainnya, Mama bisa lebih fokus pada kemampuan spesifik yang dimiliki anak dan motivasi usahanya—bukan hasilnya.
BACA JUGA: SIBLING RIVALRY: BAGAIMANA MENGATASI PERSAINGAN ANTARA SAUDARA KANDUNG?
2. Menciptakan Kompetisi yang Tidak Sehat
Membandingkan anak dengan saudara atau teman-temannya dapat menciptakan perasaan iri hingga benci. Ini bisa memengaruhi hubungan sosial mereka dan menciptakan persaingan yang tidak sehat.
Anak bisa membenci atau memusuhi saudara atau teman yang sering dijadikan standar pembandingnya. Namun ada yang lebih buruk, anak merasa tidak memiliki tempat aman untuk menjadi dirinya!
Maka, kalau maksud Anda adalah untuk memotivasi anak, berhentilah membandingkan. Dorong mereka untuk bekerja sama dan menciptakan suasana yang saling mendukung.
3. Membuat Anak Merasa Tidak Mampu
Perbandingan lebih banyak menyoroti kekurangan daripada potensi anak. Kalau menurut psikolog Carol Dweck yang terkenal dengan konsep growth mindset–nya, bukannya mendorong pertumbuhan, kebiasaan ini justru menimbulkan perasaan tidak mampu, takut gagal, dan enggan mengambil risiko.
Anak-anak mungkin ragu mencoba hal baru atau menantang dirinya sendiri karena takut tidak akan memenuhi standar yang ditetapkan oleh orang lain. Pada akhirnya, ini memengaruhi daya juang anak.
Untuk menghindari ini, Mama bisa lebih mengapresiasi proses bukan hasil dan dorong anak untuk melihat kegagalan sebagai pembelajaran.
4. Menimbulkan Miskonsepsi tentang Identitas Diri
Anak yang sering dibanding-bandingkan akan terus melihat orang lain sebagai standar. Jika diteruskan, anak bisa mengalami krisis identitas bahkan kehilangan dirinya yang sebenarnya.
Kalau menurut Erik Erikson dalam teorinya tentang tahapan psikososial, setiap anak membutuhkan waktu untuk mengeksplorasi identitasnya tanpa membuat mereka merasa harus “meniru” orang lain agar diterima.
Untuk mengatasi ini, bantu anak mengenali kelebihan uniknya dan hargai itu. Biarkan mereka menjalani minatnya dan tetap merasa dicintai tanpa syarat.
BACA JUGA: BIG SIBLING BLUES, KETIKA KAKAK CEMBURU DENGAN ADIKNYA
5. Memupuk Kebencian
Perbandingan yang berulang dapat memicu perasaan benci. Anak bisa menyimpan dendam terhadap teman atau saudara yang dianggap sebagai tolok ukur. Juga pada orang tua yang sering memaksakan harapan yang tidak realistis.
Hal ini membuat hubungan orang tua-anak menjadi tegang dan menciptakan suasana yang tidak bersahabat di dalam keluarga. Akibatnya, anak merasa jauh dari orang tua, sulit bicara terbuka apalagi memercayai orang tuanya.
Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk menunjukkan perhatian dan cinta yang tak bersyarat.
6. Memicu Gangguan Emosional
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Family Psychology menemukan bahwa anak-anak yang sering dibandingkan lebih cenderung mengalami kecemasan, depresi, dan rasa bersalah berlebihan.
Akibatnya, anak merasa tertekan, kehilangan kestabilan emosional, dan memiliki risiko gangguan mental di masa dewasa.
Cara menghindarinya adalah memastikan bahwa anak merasa dihargai apa adanya dan jangan pernah menggunakan perbandingan sebagai cara untuk menghukum anak atas kegagalannya.
BACA JUGA: 10 TIPS AGAR KAKAK ADIK AKUR, ORANGTUA DILARANG IKUT NGEGAS
7. Mengurangi Motivasi Belajar
Dr. Thomas Gordon, pencetus Parent Effectiveness Training (PET), menyatakan bahwa perbandingan sering kali membuat anak merasa tertekan alih-alih termotivasi. Hal ini justru membuat mereka menyerah lebih cepat.
Dampaknya, anak menjadi pasif atau bahkan kehilangan motivasi untuk mencoba hal-hal baru karena merasa usahanya bakal sia-sia.
Maka, kalau Mama ingin anak lebih termotivasi, dorong mereka untuk fokus mengejar tujuannya tanpa mengambil pusing tekanan dari luar.
8. Mengganggu Keharmonisan Keluarga
Pakar hubungan keluarga, Dr. John Gottman, menyebutkan bahwa konflik dalam keluarga sering kali dipicu oleh perasaan tidak adil. termasuk perasaan anak yang sering dibandingkan-bandingkan.
Ini dapat menimbulkan pertengkaran antar saudara atau bahkan jarak emosional antara orang tua dan anak.
Untuk mencegahnya, hindari menunjukkan sikap pilih kasih, bangun komunikasi terbuka dengan setiap anak, dan fokus pada cara-cara yang bisa memperkuat hubungan antar anggota keluarga.
9. Meningkatkan Tekanan pada Orang Tua Sendiri
Bahaya lain jika terus-menerus membandingkan anak adalah menciptakan stres yang sebenarnya tidak diperlukan bagi orang tua itu sendiri. Antara membuat Anda sombong atau merasa kalah—tidak ada yang baik dari keduanya.
Lagipula Mama sudah punya cukup banyak hal yang harus dilakukan. Mulai dari pekerjaan rumah, memilih mainan di Mamasewa yang cocok untuk menstimulasi perkembangan anak, jadwal makan dan tidur, dan banyak lainnya.
Sama sekali tidak bermanfaat untuk menambah lebih banyak stres dan hal lain untuk dipikirkan. Sebaliknya, Mama bisa fokus untuk menjaga suasana rumah tetap hangat, anak-anak berperilaku baik, dan menerima fakta bahwa setiap anak memiliki pace yang berbeda.
BACA JUGA: PARENTAL MENTAL LOAD: APA ITU DAN BAGAIMANA CARA MENGATASINYA
10. Mengalihkan Perhatian dari Apa yang Benar-benar Penting
Sibuk membandingkan anak-anak kita dengan anak orang lain bisa mengalihkan Anda dari apa yang benar-benar penting.
Mama bisa merasa stres, kecewa, tidak puas, atau frustrasi karena menganggap bahwa anak-anak tidak cukup baik. Padahal setiap anak unik dan istimewa dengan caranya.
Jadi berhentilah melakukan ini setelah mengenal bahaya membandingkan anak ya, Mam!
-
Baby Einstein Around We Grow 4in1 Baby Walker & Activity TableRp11.667 / Hari
-
Baby Einstein Discovering Music Activity TableRp4.500 / Hari
-
BKids Senso Activity Elephant 3 in 1Rp3.666 / Hari
-
Brakiasi The Minigym with Bridge – ColorfulRp21.555 / Hari
-
Bright Starts Around We Go 2in1 Walk-Around Activity Table – Tropic Cool HijauRp11.666 / Hari
-
Bright Starts Hide n Spin MonkeyRp3.666 / Hari
-
ELC Keyboard Key-Boom-Board – RedRp6.000 / Hari
-
ELC Keyboard Key-Boom-Board – Red Diskon KondisiRp5.500 / Hari
-
ELC Little Cook’s Kitchen – PinkRp7.333 / Hari
-
ELC Little Senses Sensory Push WalkerRp4.333 / Hari
-
ELC Sand and Water Activity Table – PinkRp5.000 / Hari
-
ELC Whizz World Lights and Sounds GarageRp4.666 / Hari
-
ELC Whizz World Lights and Sounds Mountain SetRp4.666 / Hari
-
Fisher Price Infant A to Z OtterRp3.928 / Hari
-
Fisher Price Linkimals Infant Smooth Moves SlothRp3.928 / Har1
-
Fisher Price Pull & Play Learning WagonRp3.928 / Hari
-
Fisher-Price Deluxe Kick & Play Piano GymRp5.416 / Hari
-
Grow N Up Qwikfold Fun Slide PinkRp5.000 / Hari