Ada kalanya orang tua berpikir mereka perlu mempersiapkan anak-anaknya menghadapi “dunia nyata” dan membiarkan anaknya kecewa atau menerima konsekuensi atas perbuatannya—orang-orang menyebut ini tough love parenting. Apa itu dan apa hal-hal yang perlu diperhatikan? Cek selengkapnya di sini!

Apa Itu Tough Love Parenting?

Menurut kamus Merriam-Webster, tough love atau cinta yang tegas adalah bahasa kasih sayang yang diungkapkan dengan cara yang tegas atau tidak sentimental untuk mendorong perilaku yang bertanggung jawab.

Istilah ini sendiri dikenalkan oleh Bill Milliken dalam bukunya yang terbit tahun 1968 dengan judul yang sama. Sejak saat itu, frasa ini banyak digunakan dan dilihat dari berbagai sudut pandang.

Yang perlu Mama tahu, tough love parenting bukan berarti bersikap kasar atau mengasingkan anak-anak. Namun, ketika mereka terlibat dalam kebiasaan yang buruk, tough love parents akan mengadopsi pendekatan yang lebih serius untuk menangani anak-anaknya.

Dengan kata lain, tough love parenting adalah pendekatan pengasuhan yang menggabungkan kasih sayang dan disiplin tegas untuk membantu anak-anak belajar bertanggung jawab, mandiri, dan menghormati batasan.

BACA JUGA: RAGAM POLA ASUH ANAK YANG WAJIB DIPAHAMI ORANG TUA

Ciri-ciri Tough Love Parenting

Apa Itu Tough Love

Dalam tough love parenting, orang tua tidak hanya memberikan cinta dan dukungan emosional, tetapi juga menetapkan aturan dan konsekuensi yang jelas untuk perilaku anak. Meski tak jarang polah asuh ini dianggap membatasi ruang gerak anak. 

Namun, jika Mama mencermati karakteristiknya, Mama akan memahami jika pola asuh ini berbeda dengan strict parenting, authoritative parenting, maupun tiger parenting. Berikut ciri-cirinya.

  • Menetapkan batasan. Tough love parents mendefinisikan dengan jelas tentang perilaku apa yang dapat diterima dan tidak. Ini membuat anak memahami batasan dan meningkatkan akuntabilitas personal.
  • Memberikan konsekuensi. Tough love parents akan memberikan konsekuensi jika anaknya melanggar atau melampaui batas yang sudah disepakati.
  • Menunjukkan empati. Meski tampak “keras” di permukaan, tough love parents mampu menunjukkan empati dan perhatian di saat yang sama. Mereka tidak bermaksud menjadi kejam atau tidak berperasaan, tetapi untuk mendorong perubahan positif.
  • Mendorong pertumbuhan. Tujuan utama tough love parenting adalah untuk mendorong anak-anak tumbuh sebagai pribadi yang berperilaku sehat.
  • Menjaga keseimbangan. Tough love parents tahu bagaimana caranya menjaga keseimbangan antara disiplin dan empati. Ini penting untuk membentuk karakter anak, sekaligus menjaga hubungan yang sehat.

BACA JUGA: GENTLE VS PERMISSIVE PARENTING: 5 PERBEDAAN PALING MENDASAR

Manfaat Tough Love Parenting

Salah satu tantangan terbesar dalam mengasuh anak adalah menemukan keseimbangan antara keinginan orang tua dan kebutuhan anak. Di satu sisi, kita memiliki visi dan harapan untuk masa depan anak. Di sisi lain, kita perlu menghormati individualitas dan memberikan ruang bagi mereka untuk berkembang dengan cara mereka sendiri. Dalam hal ini, tough love parenting mungkin membantu.

1. Membentuk Karakter yang Kuat

Apa Itu Tough Love

Anak-anak yang terbiasa diajarkan nilai-nilai seperti kerja keras, disiplin, dan resiliensi cenderung tumbuh sebagai individu yang “utuh”. Mereka umumnya mengembangkan karakter yang lebih baik—sudah terbukti melalui riset.

Itu karena tough love parents memadukan kehangatan dan disiplin. Ini membuat anak mampu lebih berempati, mengendalikan emosi, bangkit dari kekecewaan, serta berkonsentrasi menyelesaikan tugasnya.

2. Mengajarkan Pengendalian Diri

Tough love tidak hanya bertujuan untuk mendisiplinkan, tapi juga mengajarkan anak caranya menahan diri dan bersikap hormat. Itu karena mereka terbiasa didorong untuk memahami konsekuensi, mematuhi aturan, dan menghormati batasan.

3. Memupuk Etika Kerja yang Baik

Bagian “keras” dari pola asuh ini membuat anak menyadari bahwa kita tidak bisa selalu mendapatkan apa yang kita inginkan dengan segera saat kita menginginkannya. Namun, pendekatan ini membuat anak-anak memahami nilai kerja keras dan pentingnya berusaha untuk mencapai tujuan.

Anak-anak juga jadi terbiasa untuk mencari solusi atas masalah mereka sendiri dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis.

BACA JUGA: 10 CARA MELATIH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANAK USIA DINI

4. Mengurangi Risiko Perilaku Menyimpang

Ketika aturan dan struktur diterapkan secara konsisten, rumah bisa menjadi contoh lingkungan yang tertib sekaligus memberikan rasa aman dan stabilitas bagi seluruh keluarga.

Rupanya, ini juga bisa membantu mengurangi kemungkinan anak terlibat dalam perilaku destruktif, seperti menjadi pelaku bullying, penyalahgunaan obat, penyimpangan seksual, atau tindakan berisiko lainnya.

5. Menjaga Hubungan yang Sehat

Meskipun pendekatan ini terlihat keras, anak-anak akan merasa dihargai karena orang tuanya mampu menunjukkan perhatian yang nyata terhadap kesejahteraan mereka.

Seiring dengan berjalannya waktu, anak akan memiliki hubungan yang sehat dengan orang tua maupun orang lain. Itu karena mereka memahami pentingnya keseimbangan antara cinta dan tanggung jawab.

BACA JUGA: MENGELOLA STRES ANAK KARENA TEKANAN AKADEMIK: SOLUSI UNTUK ORANG TUA DI ERA MODERN

Konsekuensi Tough Love Parenting

Di samping manfaat yang sudah disebutkan, ada beberapa konsekuensi yang harus orang tua pahami tentang tough love parenting. Berikut di antaranya.

1. Potensi Penolakan dari Anak

Apa Itu Tough Love

Anak-anak yang masih kecil atau belum matang secara emosional mungkin bisa salah mengartikan sikap tegas orang tuanya dan menganggap itu sebagai sikap yang kurang perhatian.

Anak-anak juga mungkin memberontak atau bersikap defensif ketika berhadapan dengan aturan dan konsekuensi yang tegas dari orang tuanya. Ini bisa memengaruhi hubungan orang tua dan anak dalam jangka pendek—tapi akan berangsur membaik setelahnya.

2. Perilaku Menghindar

Aturan yang terlalu ketat dan harapan yang tinggi bisa memberikan tekanan emosional yang besar, terutama jika anak merasa sulit memenuhi ekspektasi itu.

Beberapa anak mungkin mencoba menghindari aturan dengan berbohong atau menyembunyikan perilaku mereka, alih-alih berusaha memahami sikap orang tua atau pentingnya aturan tersebut.

BACA JUGA: TANDA-TANDA STRES PADA ANAK KARENA SEKOLAH, ORANG TUA BISA APA?

3. Menciptakan Tekanan Emosional untuk Orang Tua

Bukan hanya pada anak, orang tua mungkin juga merasa kesulitan ketika harus mengambil sikap tegas dan menegakkan konsekuensi. Terutama jika anak bereaksi negatif atau terlihat kesulitan.

Ini bisa membuat orang tua merasa bersalah, bimbang, atau tidak konsisten. Padahal untuk mendapatkan manfaat yang sudah disebutkan, orang tua perlu menunjukkan sikap empati dan disiplin secara berimbang.

4. Mengembangkan Risiko Gaya Pengasuhan Otoriter

Jika kasih sayang dan konsekuensi tidak diterapkan secara seimbang, pola pengasuhan ini bisa berubah menjadi pengasuhan otoriter yang justru merugikan. Membuat anak merasa tertekan dan tidak dihargai.

Dalam beberapa kasus, hubungan antara orang tua dan anak mungkin segera membaik, tapi ada juga yang membutuhkan waktu cukup lama untuk kembali harmonis setelah konflik yang diakibatkan oleh penerapan tough love.

5. Membuat Anak Ketergantungan pada Aturan Eksternal

Jika tidak disertai pemahaman mendalam, anak mungkin hanya patuh karena takut pada konsekuensi, bukan karena memahami alasan di balik aturan tersebut.

Akibatnya anak mungkin tumbuh dengan pola pikir bahwa mereka hanya dihargai ketika mematuhi aturan. Ini dapat menyebabkan ketergantungan pada validasi eksternal dan membuat anak cenderung tidak inisiatif.

BACA JUGA: 7 KEBIASAAN BURUK ANAK YANG TIDAK BOLEH DIBIARKAN, AWAS TERBAWA SAMPAI DEWASA!

Hal-hal yang Perlu Dilakukan

Setelah memahami manfaat dan konsekuensinya, mungkin muncul perasaan dilema sebagai orangtua terutama perihal mendisiplinkan anak. Haruskah orangtua menggunakan pendekatan yang lembut dan pengertian, atau tegas dan berwibawa? Jawabannya, tentu saja, ada di antara keduanya.

1. Tetapkan Aturan dan Konsekuensi yang Jelas

Apa Itu Tough Love

Dr. James Dobson, psikolog keluarga dan penulis “Dare to Discipline”, mengatakan bahwa disiplin adalah bagian penting dari membesarkan anak, tetapi harus disertai kasih sayang agar anak merasa aman dan dihargai.

Ia juga menekankan penting bagi orang tua untuk memberikan penjelasan yang jelas tentang alasan di balik aturan. Pastikan anak memahami aturan dan konsekuensi sebelum mereka melanggar.

2. Jaga Keseimbangan

Agar manfaat ini tercapai, orang tua harus selalu menyeimbangkan disiplin dengan kasih sayang. Selalu tunjukkan cinta melalui komunikasi, perhatian, dan dukungan emosional, bahkan saat Anda bersikap tegas.

Ketika diterapkan dengan benar, tough love parenting dapat menciptakan anak-anak yang mandiri, bertanggung jawab, dan siap menghadapi berbagai tantangan dalam hidup.

3. Fokus pada Perilaku, Bukan Anak

Orang tua perlu mengingat bahwa tujuan utama pola asuh ini adalah membantu anak tumbuh menjadi individu yang mandiri, percaya diri, dan mampu berpikir kritis, bukan hanya mematuhi aturan.

Maka, ketika anak membuat kesalahan, jangan menyalahkan anak secara pribadi. Beri tahu mereka bahwa Anda menentang perilaku buruknya, bukan menolak mereka sebagai individu.

4. Komunikasi Terbuka

Dorong anak untuk berbicara tentang perasaan mereka. Dengarkan dengan empati untuk membangun rasa saling percaya. Dengan begitu anak mengerti bahwa orang tuanya tetap menyayangi mereka sekalipun bersikap tegas.

Jangan lupa, selipkan apresiasi atas usaha yang mereka lakukan, tapi tidak melulu pada hasilnya—process praise, not people praise.

5. Evaluasi dan Sesuaikan Pendekatan

Perlu Mama ingat bahwa tidak ada satu pendekatan parenting yang sempurna, Mama mungkin perlu mengombinasikan dengan gaya parenting lainnya. Maka, pantau efektivitas metode ini dan sesuaikan dengan usia, tempramen, dan kebutuhan anak.

Jadi, itulah informasi tentang apa itu tough love dan hal-hal yang perlu Mama perhatikan. Untuk mendapatkan referensi menarik seputar dunia parenting, kunjungi terus lama Mamasewa. Selain info berharga, banyak juga kebutuhan si kecil yang bisa Mama sewa di sini!

Tinggalkan Balasan