Mama mungkin sudah sering melihat berita perceraian artis yang kemudian jadi ramai karena masalah hak asuh anak. Sebagaimana yang dijelaskan oleh psikiater anak, Richard Gardner, fenomena ini bisa jadi dipicu oleh parental alienation syndrome (PAS). Apa itu dan bagaimana menghadapinya? Berikut informasi selengkapnya!

Apa Itu Parental Alienation Syndrome?

Parental Alienation Syndrome

Tepatnya di tahun 1995, Richard Gardner adalah orang pertama yang membicarakan tentang parental alienation syndrome (PAS) alias keterasingan orangtua. Ini adalah kondisi dimana anak merasa benci atau takut terhadap salah satu orangtuanya (alienated parents) karena terbiasa dimanipulasi oleh orangtua lainnya (alienator).

Hal ini bisa dikategorikan sebagai kekerasan psikologis yang bisa menimbulkan dampak buruk pada anak maupun alienated parent. Namun, Gardner menggunakan istilah ini untuk menggambarkan gejala yang dialami oleh anak—bukan perilaku orangtuanya.

Contohnya, seorang ibu mengatakan pada anaknya bahwa ayah mereka sudah tidak menyayanginya atau seorang ayah yang memberitahu anaknya bahwa ibunya akan meninggalkan mereka jika terjadi perceraian.

Tuduhan bisa saja ringan, tapi bisa juga menjadi sangat parah. Namun, apa pun itu, tuduhan ini sama-sama bisa mendistorsi atau mengacaukan persepsi anak tentang orangtuanya.

Penyebab Parental Alienation Syndrome pada Anak

Pada dasarnya parental alienation syndrome bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:

  • Ketidakharmonisan hubungan orangtua yang menimbulkan konflik pasangan yang tidak sehat.
  • Perceraian orangtua dan perebutan hak asuh anak yang sengit.
  • Membatasi waktu anak untuk bersama alienated parent dan menentang putusan pengadilan.
  • Terus menyalahkan atau memberikan tuduhan palsu serta komentar negatif terhadap alienated parents.
  • Memanipulasi anak untuk tidak menunjukkan atau mengungkapkan kasih sayangnya terhadap alienated parents.

Baca Juga: Bahaya Stonewalling: Pentingnya Menavigasi Percakapan Sulit

Dampak Parental Alienation Syndrome pada Anak

Parental Alienation Syndrome

Bukan hanya menghancurkan hubungan anak dengan orangtuanya, PAS juga merusak hubungan Anda dengan mantan pasangan. Lebih dari itu, ada dampak yang luar biasa jika Mama dan Papanya terus berkonflik dan saling menyudukan. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  • Membuat anak merasa bingung sehingga merasa “kehilangan” keluarganya dan lebih menarik diri.
  • Membuat anak merasa marah bahkan depresi.
  • Membuat anak merasa diabaikan sekaligus terjebak di tengah perselisihan orangtuanya.
  • Membuat anak “mempelajari” pola destruktif yang mungkin akan mereka terapkan pada orang lain.
  • Menjadi lebih agresif dan sulit berkompromi, baginya hanya ada “hitam vs putih”.
  • Menjadikan anak tumbuh sebagai anak yang nirempati.

Cara Menghadapi Parental Alienation Syndrome pada Anak

Mengutip laman Halodoc, PAS sebenarnya tidak termasuk diagnosis medis resmi. Artinya, kondisi ini tidak bisa diobati secara medis.

Kendati demikian, ada beberapa hal yang bisa alienated parent lakukan untuk menghadapi anak dengan kondisi ini. Berikut adalah beberapa caranya.

1. Bersikap Tenang

Kondisi PAS pada anak sering kali membuat alienated parent merasa muak dan ingin menjelaskan segalanya dan sebenar-benarnya pada anak. Namun, coba pikirkan, apakah upaya itu akan berhasil mengingat orangtua lainnya terus berusaha memanipulasi mereka?

Maka, hal pertama yang harus dilakukan adalah bersikap tenang. Ini bisa menjadi proses yang sangat panjang dan sulit, maka tetaplah gigih dan tabah.

2. Mendorong Komunikasi Terbuka

Ini berlaku untuk seluruh anggota keluarga dari masing-masing pihak. Dorong mereka untuk membuka komunikasi dan berkata jujur sehingga anak tidak perlu merasa bingung dengan situasinya.

Bagaimana pun ini tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan.

3. Tetap Terlibat Aktif dalam Kehidupan Anak

Anak bisa jadi terpengaruh dan berbalik badan pada Anda, tapi jangan patah semangat dan “menerimanya”. Anda tetap perlu terlibat aktif dan menunjukkan ketulusan serta kasih sayang Anda sebagai orangtua.

Hal ini bisa Anda lakukan dengan hadir di kegiatan sekolah atau mengatakan bahwa Anda mencintai dan peduli pada mereka ketika menghubunginya.

4. Fokus pada Kebutuhan Anak

Hasutan dan tuduhan bisa jadi meruntuhkan kepercayaan anak terhadap Anda, tapi cobalah untuk tidak terlalu terpengaruh soal ini. Selagi menghabiskan waktu bersama anak, bicarakan hal-hal baik.

Fokus pada kebutuhan anak dan penuhi itu. Dengan berjalannya waktu, anak akan mengerti dan kalian bisa membangun hubungan yang lebih kuat.

5. Menahan Diri untuk Tidak Membalas Pasangan

Wajar jika Anda ingin membalas orang yang menjelek-jelekkan Anda. Namun dalam kasus ini, tahanlah diri untuk membalas (mantan) pasangan Anda.

Ini akan membuat anak semakin bingung dan memperburuk kondisi PAS pada anak. Sebaliknya, Anda bisa mencoba memberi pengertian pada mereka soal apa yang terjadi.

6. Mematuhi Putusan Pengadilan

Jika pengadilan telah mengeluarkan putusan soal hak asuh, maka patuhi itu. Lagi-lagi, cobalah untuk menahan diri dan hindari percobaan memengaruhi anak untuk mengubah keputusan tersebut.

7. Mencari Bantuan Profesional

Jika semua jalan terasa buntu, ada baiknya kalau Anda mulai mempertimbangkan bantuan profesional. Ini bisa jadi psikolog atau psikiater, konsultan hukum, komisi perlindungan anak, atau apa pun itu.

Yang jelas, ini adalah pihak-pihak yang memang memiliki kompetensi untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Istilah dan bahasan soal parental alienation syndrome mungkin masih asing tapi ternyata ini sudah banyak terjadi bukan? Semoga informasi ini bisa membantu atau sekedar memberi wawasan untuk Mama.

Apa pun yang terjadi, Mamasewa selalu bersama Anda dan siap memenuhi kebutuhan si kecil di tiap tahapan usianya. Yuk, temukan segala yang Mama butuhkan hanya di www.mamasewa.com

Tinggalkan Balasan