Setiap orang tua tentu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, termasuk dalam hal pola asuh. Tapi, tahukah Mama, bahwa gaya parenting di berbagai negara bisa sangat berbeda dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial hingga kebijakan pemerintah setempat. 

Menariknya, beberapa negara berikut ini dikenal memiliki pendekatan pengasuhan yang inspiratif dan bisa kita adaptasi sesuai kebutuhan keluarga di Indonesia. Simak, yuk! 

Gaya Parenting Panutan dari Berbagai Negara di Dunia

Berikut adalah tujuh negara yang terkenal dengan gaya parenting panutan, lengkap dengan penjelasan mengenai karakteristik, pengaruh budaya, dan hal-hal menarik dari masing-masing gaya pengasuhannya. 

1. Swedia

Gaya Parenting di Berbagai Negara

Swedia dikenal sebagai salah satu negara dengan kebijakan keluarga terbaik di dunia. Di Swedia, anak-anak didorong untuk berekspresi dan membuat keputusan secara mandiri, tapi tetap memberikan dukungan emosional yang kuat.

Rupanya, gaya pengasuhan ini tak lepas dari peran kebijakan pemerintah yang pro-keluarga. Misalnya dengan memberikan cuti orang tua (parental leave) hingga 480 hari serta fasilitas daycare berkualitas.

Ini membuat orang tua di sana bisa lebih terlibat dan tenang dalam mendampingi tumbuh kembang anak.

Baca Juga: Tradisi Liburan Sekolah di Berbagai Negara, Pergi ke Rumah Nenek sampai Kursus Tambahan

2. Finlandia

Gaya Parenting di Berbagai Negara

Di Finlandia, pengasuhan anak sangat dekat dengan alam dan gaya pendidikannya menyenangkan.

Mereka tidak memaksakan prestasi akademis pada anak usia dini. Anak-anak dibebaskan bermain di luar, bahkan di musim dingin, karena mereka percaya bahwa alam membentuk daya tahan, kreativitas, dan empati.

Pendekatan ini selaras dengan sistem pendidikan mereka yang dikenal santai namun efektif, dengan filosofi bahwa anak akan belajar lebih baik saat merasa aman dan bebas dari tekanan.

3. Jepang

Gaya Parenting di Berbagai Negara

Anak-anak Jepang diajarkan sejak kecil untuk disiplin, mandiri, dan bertanggung jawab. Jadi, jangan terlalu heran kalau anak-anak TK di Jepang sudah terbiasa naik transportasi umum sendiri atau membersihkan kelasnya.

Orang tua Jepang pun sangat jarang memarahi secara keras. Mereka lebih banyak menggunakan pendekatan shitsuke, yaitu pembentukan karakter melalui kebiasaan, keteladanan, dan isyarat lembut.

Hal ini mencerminkan budaya kolektif yang menekankan keselarasan sosial, tanggung jawab bersama, serta nilai hormat pada orang lain.

Baca Juga: Fenomena Stay-at-Home Dad: Pilihan Keluarga Modern Melawan Stigma

4. Korea Selatan

Bagi orang tua di Korea Selatan, pendidikan adalah investasi utama dalam masa depan anak. Sejak kecil, anak-anak didorong untuk meraih prestasi akademis melalui pendampingan yang intensif.

Namun, dorongan ini umumnya juga disertai dengan kedekatan emosional yang hangat, di mana nilai-nilai keluarga tetap dijaga dan orang tua terlibat aktif dalam proses belajar anak.

Rupaya ini adalah pengaruh budaya Konfusianisme yang menekankan pentingnya pendidikan, hormat kepada orang tua, serta peran keluarga dalam membentuk karakter anak—meski dipengaruhi tekanan sosial juga sih, Mam.

5. Denmark

Gaya Parenting di Berbagai Negara

Pengasuhan di Denmark berakar pada nilai hygge, yaitu menciptakan suasana rumah yang nyaman, hangat, dan penuh keakraban. Orang tua lebih mengutamakan kedekatan emosional dan kebahagiaan anak dibandingkan pencapaian formal.

Budaya yang menjunjung keseimbangan hidup ini juga didukung oleh pemerintah melalui akses yang merata terhadap layanan kesehatan dan pendidikan.

Ini membuat para orang tua bisa lebih fokus membangun hubungan yang sehat dan suportif dengan anak-anak mereka. Pada ujungnya, ini bisa meningkatkan kualitas hidup keluarga Denmark sepenuhnya.

Baca Juga: Anak Sering Sakit Setelah Sekolah? Ini Penjelasan dan Cara Menyikapinya!

6. Norwegia

Bagi keluarga di Norwegia, alam adalah guru terbaik bagi anak-anak. Itu kenapa, sejak kecil, anak-anak dibiarkan mengeksplorasi alam—bermain di luar, menjelajah hutan atau salju, bahkan dalam cuaca dingin.

Mereka percaya bahwa anak-anak bisa belajar banyak hal dari risiko kecil yang terkendali, bukan dari larangan berlebihan.

Ini juga didorong oleh filosofi friluftsliv atau hidup di alam bebas yang diyakini dapat membentuk anak yang tangguh, mandiri, dan berani mengambil risiko. Pendekatan ini pun menciptakan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab yang tumbuh secara alami dalam diri anak.

7. Selandia Baru

Di Selandia Baru, pengasuhan anak sangat lekat dengan nilai kebebasan, keseimbangan, dan kedekatan dengan alam. Anak-anak didorong untuk menjelajah lingkungan sekitar, belajar dari pengalaman nyata, dan membangun rasa percaya diri melalui interaksi langsung dengan dunia luar.

Orang tua juga dikenal memiliki pendekatan yang tenang, suportif, dan penuh pengertian terhadap kebutuhan emosional anak.

Ternyata ini dipengaruhi oleh filosofi hidup masyarakat Maori yang terkenal menghormati alam dan hubungan antarindividu. Ditambah dengan dukungan sosial dan akses layanan kesehatan yang baik sehingga orang tua di Selandia Baru punya ruang untuk fokus pada pengasuhan secara holistik.

Baca Juga: 7 Gaya Belajar Anak Menurut Teori Pendidikan, Setiap Anak Unik!

Nah, itulah tujuh gaya parenting di berbagai negara yang unik dan juga inspiratif. Seperti yang Mama baca, setiap negara memiliki pendekatan sedikit banyak dipengaruhi oleh nilai budaya, sistem pendidikan, dan kebijakan sosial masing-masing negara.

Meski berbeda-beda, benang merah dari gaya pengasuhan di atas adalah komitmen orang tua untuk hadir, mendampingi, dan memahami kebutuhan anak. Dari informasi di atas, kita belajar banyak dan menyesuaikannya dengan nilai dan konteks keluarga kita.

Sama seperti orang tua di sana, Mama juga tentu ingin memberikan yang terbaik untuk buah hati. Untungnya, ada Mamasewa yang senantiasa hadir menyediakan perlengkapan yang mendukung perjalanan si kecil mulai dari dalam kandungan sampai usia sekolah. Yuk, kunjungi www.mamasewa.com dan temukan berbagai perlengkapan yang Mama butuhkan!

Tinggalkan Balasan