Selama ini Mama mungkin sudah mengenal diabetes tipe 1 yang disebabkan oleh gangguan autoimun dan dipengaruhi faktor genetik, serta diabetes tipe 2 yang sering dikaitkan dengan pola hidup kurang sehat. Namun, beberapa bulan lalu International Diabetes Federation (IDF) mengumumkan adanya kategori baru, yaitu diabetes tipe 5.
Jenis diabetes ini sebenarnya bukan hal baru. Kondisi ini muncul ketika tubuh mengalami kekurangan gizi dalam jangka panjang, sehingga sulit memproduksi insulin—hormon yang berperan penting dalam mengolah gula darah. Lantas, bagaimana cara mencegahnya, mengingat penyakit ini banyak ditemukan di negara berkembang? Yuk, simak informasi selengkapnya di sini!
Apa Itu Diabetes Tipe 5?
Mengutip Diabetes Voice, diabetes tipe 5 adalah jenis diabetes yang disebabkan oleh kekurangan gizi dalam jangka panjang, sehingga tubuh tidak mampu memproduksi insulin dengan baik. Insulin adalah hormon penting yang berfungsi mengolah gula darah agar tetap normal.
Jenis ini baru saja resmi diakui oleh International Diabetes Federation (IDF) pada April 2025 sebagai kategori kelima dalam klasifikasi diabetes. Sebelumnya, kondisi ini sering disebut Malnutrition-Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan pernah dikenal dengan istilah Maturity-onset diabetes of the young (MODY) pada tahun 1975.
Lalu, mengapa baru diakui sekarang? Meski sudah diketahui sejak puluhan tahun lalu, diabetes tipe 5 kerap disalahartikan sebagai diabetes tipe 1 atau tipe 2 karena gejalanya mirip. Bahkan, pada 1985 WHO sempat mengakui kondisi ini sebagai kategori tersendiri, tetapi dihapus pada 1999 karena kurangnya bukti.
Baru pada Januari 2025, para pakar diabetes dunia kembali mengkaji data dan memutuskan untuk mengklasifikasikannya ulang sebagai tipe baru.
Baca Juga: Makanan yang Harus Dihindari Saat Hamil, Bumil dan Janin Sama-sama Aman!
Siapa yang Berisiko Mengalami Diabetes Tipe 5?
Diabetes tipe 5 banyak ditemukan di negara berkembang, termasuk kawasan Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika Sub-Sahara, di mana masalah kekurangan gizi masih menjadi tantangan besar. Menurut data terbaru, sekitar 20–25 juta orang di dunia diperkirakan mengalami kondisi ini.
Beberapa kelompok yang paling berisiko antara lain, yaitu:
- Anak-anak dan remaja yang mengalami kekurangan gizi berat, khususnya saat masa pertumbuhan. Biasanya terjadi pada usia 12–17 tahun pada anak laki-laki dan 9–15 tahun pada anak perempuan.
- Anak-anak yang tumbuh di lingkungan dengan keterbatasan pangan, sanitasi buruk, dan rentan terkena infeksi saluran pencernaan berulang.
- Remaja dan dewasa muda yang pernah mengalami kekurangan nutrisi kronis sejak kecil.
Selain faktor lingkungan, genetik juga punya peran. Pada beberapa kasus, diabetes tipe 5 berkaitan dengan mutasi gen tertentu seperti HNF1B yang bisa mengganggu perkembangan pankreas dan ginjal. Bahkan, sekitar 50% kasus diturunkan dari orang tua yang membawa gen mutasi ini.
Tak jarang, penderita diabetes tipe 5 juga memiliki gangguan pada organ tubuh lain, misalnya kista ginjal, kelainan saluran kemih, atau pankreas yang kecil (hipoplasia). Kondisi-kondisi ini membuat produksi insulin semakin terganggu sehingga kadar gula darah sulit dikendalikan.
Baca Juga: Pentingnya Mengenalkan Real Food pada Anak, Ini Manfaat dan Caranya!
Gejala Diabetes Tipe 5 dan Bedanya dengan Tipe Lain
Secara umum, gejala diabetes tipe 5 mirip dengan tipe lainnya, seperti:
- Sering merasa haus berlebihan.
- Buang air kecil lebih sering, terutama malam hari.
- Berat badan turun tanpa sebab jelas.
- Cepat lelah dan lemas.
- Luka lebih lama sembuh.
Namun, ada beberapa perbedaan penting dibanding diabetes tipe 1 atau tipe 2:
- Meski bisa dialami sejak usia muda, penderita diabetes tipe 5 tidak selalu butuh suntikan insulin sejak awal. Namun tetap harus mendapat pemantauan ketat.
- Diabetes tipe 5 umumnya ditemukan pada anak, remaja, atau dewasa muda yang mengalami malnutrisi kronis, bukan karena obesitas seperti pada tipe 2.
- Karena ada kaitannya dengan masalah genetik dan gizi, penderita tipe 5 kadang juga mengalami gangguan pada organ lain, seperti ginjal, pankreas kecil, atau kelainan saluran kemih.
Jadi, kalau Mama mendapati si kecil atau anggota keluarga muda punya gejala diabetes tapi tidak sesuai pola umum, misalnya tidak obesitas, tapi juga tidak autoimun, sebaiknya segera periksakan ke dokter untuk pemeriksaan lanjutan.
Baca Juga: Ikut Medical Check Up Gratis saat Ulang Tahun, Yuk! Ini Cara Daftarnya
Cara Mencegah Diabetes Tipe 5
Karena penyakit ini erat kaitannya dengan kekurangan nutrisi jangka panjang, pencegahan utamanya berfokus pada pola makan, kesehatan lingkungan, dan pemantauan kondisi tubuh. Berikut 5 cara yang bisa Mama lakukan:
1. Pastikan Anak Mendapat Gizi Seimbang
Asupan protein, karbohidrat kompleks, lemak sehat, serta vitamin dan mineral sangat penting untuk mendukung pertumbuhan organ, termasuk pankreas. Kurangi makanan rendah nutrisi seperti makanan instan yang hanya mengenyangkan tanpa gizi cukup. Jika perlu, konsultasikan dengan dokter anak untuk rencana menu yang sesuai kebutuhan usia si kecil.
Baca Juga: Bahaya Ultra Processed Food dan Dampaknya untuk Kesehatan
2. Cegah dan Atasi Infeksi Saluran Pencernaan
Infeksi berulang seperti diare dapat mengganggu penyerapan nutrisi sehingga memicu malnutrisi kronis. Pastikan anak mendapat imunisasi sesuai jadwal dan selalu mencuci tangan sebelum makan. Jaga kebersihan air dan makanan untuk mengurangi risiko kuman penyebab infeksi.
3. Pantau Tumbuh Kembang Secara Rutin
Stunting atau berat badan di bawah normal bisa menjadi tanda kekurangan gizi kronis. Periksa berat badan dan tinggi anak setiap bulan agar bisa mendeteksi masalah sejak awal. Jika ada tanda pertumbuhan terhambat, segera konsultasikan ke tenaga kesehatan.
Baca Juga: Apa Saja Perbedaan Stunting dan Wasting? Mama Wajib Tahu!
4. Berikan Edukasi Gizi untuk Keluarga
Orangtua, pengasuh, hingga anggota keluarga lain perlu tahu pentingnya gizi yang cukup. Edukasi ini membantu semua pihak terlibat dalam pemenuhan nutrisi anak. Mulai dari cara memilih bahan makanan, porsi yang tepat, hingga kebiasaan makan sehat di rumah.
5. Perhatikan Faktor Risiko Keluarga
Jika ada riwayat diabetes di keluarga, si kecil lebih rentan mengalami masalah metabolisme. Jangan tunda pemeriksaan kadar gula darah jika ada gejala mencurigakan. Deteksi dini bisa mencegah komplikasi dan membantu pengelolaan kondisi sejak awal.
Baca Juga: Diabetes pada Anak Meningkat Tajam, Lakukan Ini untuk Mencegahnya!
Diabetes tipe 5 memang jarang dibicarakan, tetapi dampaknya sangat serius bila tidak dicegah sejak dini. Kekurangan gizi kronis menjadi akar masalah, sehingga memastikan anak mendapat nutrisi cukup adalah kunci utama. Selain itu, pola hidup bersih dan pemantauan tumbuh kembang juga sangat penting untuk menurunkan risiko penyakit ini.
Kalau ternyata di rumah Mama membutuhkan alat kesehatan untuk keluarga, cek yang bisa Mama temukan di Mamasewa karena yang Mama cari mungkin ada di sini!