Setiap orang tua tentu ingin anaknya tumbuh dengan rasa percaya diri dan merasa dihargai. Maka tak jarang, berbagai pujian dilontarkan untuk menyemangati. Namun, tahukah Mama apa dampak memuji anak berlebihan?
Ternyata, sama seperti hal berlebihan lainnya, pujian yang berlebihan bisa membuat anak lebih fokus pada hasil daripada proses atau bahkan merasa tertekan untuk selalu sempurna. Lalu, bagaimana cara memuji anak dengan bijak? Temukan jawabannya di sini!
Dampak Memuji Anak Berlebihan bagi Perkembangannya
Memberikan pujian pada anak memang penting untuk membangun rasa percaya diri dan mengapresiasi usahanya. Namun, ketika pujian diberikan secara berlebihan atau tidak tepat sasaran, hal ini justru bisa berdampak negatif bagi perkembangan mental dan emosionalnya. Berikut ini tujuh dampak memuji anak berlebihan yang harus Mama waspadai.
1. Haus Validasi dari Orang Lain

Terlalu sering dipuji membuat anak terbiasa mengandalkan pendapat orang lain untuk merasa berharga. Mereka mungkin merasa tidak percaya diri jika tidak mendapat pengakuan atau pujian.
Hal ini bisa menghambat perkembangan kemandirian emosional dan membuat anak sulit mengembangkan motivasi internal serta semangat belajar yang tulus.
Baca Juga: Mengajarkan Anak Menghadapi Kritik: “Nak, Dunia Tak Selalu Ramah”
2. Sulit Menerima Kritik
Karena terbiasa dengan pujian, anak bisa merasa terpukul saat menerima kritik atau umpan balik yang jujur. Mereka mungkin menganggap kritik sebagai tanda bahwa mereka tidak cukup baik.
Anak juga mungkin merasa tersinggung, minder, atau menolak untuk belajar dari kesalahan. Ini semua bisa menghambat perkembangan diri dan kemampuannya dalam beradaptasi.
3. Takut Mengambil Risiko
Jika anak terlalu sering dipuji, mereka bisa takut gagal dan akhirnya enggan mencoba hal baru. Mereka lebih memilih hal-hal yang aman agar tetap terlihat “hebat” sehingga membuatnya jadi kurang eksploratif.
Padahal, menghadapi tantangan adalah bagian penting dari proses belajar dan tumbuh.
Baca Juga: Mengenal Adversity Quotient Anak, Bantu Mereka Tumbuh Tangguh
4. Mengembangkan Sikap Sombong
Pujian yang terlalu sering, terutama yang sifatnya membandingkan, bisa membuat anak merasa dirinya selalu lebih hebat dari teman-temannya.
Alih-alih membangun kepercayaan diri yang sehat, hal ini justru bisa menumbuhkan sikap sombong. Anak juga bisa menjadi kurang empati dan sulit bekerja sama karena merasa dirinya paling benar atau paling unggul.
5. Berpotensi Membangun Citra Diri Palsu
Pujian yang tidak realistis dapat membentuk citra diri yang tidak sesuai kenyataan. Anak mulai melihat dirinya berdasarkan apa yang orang lain katakan, bukan dari pemahaman diri yang sehat.
Ketika realita tidak sesuai dengan citra tersebut, anak bisa merasa kecewa dan kehilangan arah.
Baca Juga: Mengajarkan Anak Menghadapi Teman Manipulatif, Jangan Sampai Dimanfaatkan!
6. Mengembangkan Perilaku Manipulatif
Beberapa anak belajar bahwa dengan bersikap tertentu mereka bisa mendapatkan pujian.
Ini bisa mendorong perilaku manipulatif demi mendapat respons positif dari orang dewasa. Akhirnya, anak tidak lagi bertindak tulus atau jujur terhadap perasaan dan tindakannya sendiri.
7. Sulit Membedakan Ketulusan
Anak yang terbiasa dipuji bisa kesulitan membedakan mana apresiasi yang tulus dan mana yang sekadar basa-basi.
Mereka juga bisa tumbuh menjadi pribadi yang memuji orang lain hanya untuk mendapatkan pujian balik. Ini membuat ketulusan dalam hubungan sosial terganggu.
Baca Juga: Cara Menghadapi Anak Perfeksionis, Jangan Sampai Salah Langkah
Cara Memuji Anak yang Efektif dan Tidak Berlebihan
Memberi pujian pada anak memang penting, tapi cara menyampaikannya juga menentukan dampaknya. Pujian yang tepat bisa membangun kepercayaan diri, sementara pujian yang salah justru bisa menimbulkan dampak-dampak yang sudah disebutkan. Berikut beberapa cara memuji anak yang benar.
1. Fokus pada Usaha, Bukan Hasil Akhir
Anak-anak perlu tahu bahwa proses dan usahanya, serta membuat anak lebih menikmati prosesnya—meski tak selalu mudah. Manfaatnya, anak bisa membangun growth mindset dan semangat untuk terus memperbaiki diri.
Jadi, alih-alih berkata, “Wah, kamu hebat banget bisa dapat nilai 100!”, Mama bisa mengatakan “Mama suka lihat kamu belajar sungguh-sungguh.”
Baca Juga: 9 Penyebab Anak Manja: Niat Baik yang Jadi Bumerang
2. Gunakan Pujian yang Spesifik
Pujian yang terlalu umum seperti “Kamu pintar” bisa kehilangan makna dan tidak membantu anak memahami apa yang sebenarnya mereka lakukan dengan baik. Sementara pujian yang spesifik bakal lebih bermakna dan menjadikan anak lebih sadar akan kontribusinya.
Mulai sekarang, Mama bisa mengganti “Good job!” dengan “Alhamdulillah kamu sudah membereskan mainanmu tanpa disuruh. Itu menunjukkan kamu bertanggung jawab.”
3. Tunjukkan Rasa Bangga Tanpa Overstatement
Pujian yang terlalu berlebihan bisa terdengar tidak tulus atau membuat anak merasa harus selalu sempurna. Jadi, pastikan pujian yang mereka terima bisa membuatnya merasa didukung, bukan dibebani ekspektasi.
Daripada berkata “Kamu anak paling hebat sedunia!”, lebih baik kalau Mama mengatakan “Mama kamu berusaha mencoba sendiri tadi, meskipun awalnya sulit.”
Baca Juga: 7 Cara Melatih Keterampilan Memecahkan Masalah, Berguna Sampai Besar Nanti!
Memuji anak bukan sekadar merapalkan kata-kata manis. Di balik pujian yang tepat, ada kekuatan untuk membentuk rasa percaya diri dan karakter positif anak sejak dini. Jadi, yuk biasakan memberi pujian yang jujur, spesifik, dan membangun!
Masih ingin tahu lebih banyak seputar tumbuh kembang dan pola asuh anak? Kunjungi www.mamasewa.com untuk baca artikel parenting lainnya yang informatif dan aplikatif.