Strategi disiplin positif adalah salah satu pendekatan pengasuhan yang semakin populer di kalangan orang tua masa kini. Dibandingkan hukuman atau bentakan, strategi ini menekankan pentingnya komunikasi, pemahaman, dan pembentukan perilaku anak secara jangka panjang. Banyak ahli parenting menyarankan strategi disiplin positif karena mampu membangun relasi yang sehat antara orang tua dan anak tanpa mengorbankan batasan dan aturan yang jelas. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap apa itu strategi disiplin positif serta cara menerapkannya dalam keseharian.
Apa Itu Strategi Disiplin Positif?

Strategi disiplin positif merupakan pendekatan mendidik anak dengan fokus pada penguatan perilaku baik, empati, serta komunikasi yang terbuka. Konsep ini diperkenalkan dan dipopulerkan oleh Dr. Jane Nelsen, seorang psikolog dan edukator asal Amerika Serikat melalui buku Positive Discipline. Strategi ini menolak penggunaan hukuman fisik maupun verbal, dan justru mendorong anak untuk belajar dari konsekuensi logis, bukan dari rasa takut.
Tujuan utama disiplin positif bukan sekadar membuat anak “patuh”, tetapi membentuk karakter dan kemandirian. Strategi ini juga membantu anak belajar mengenali emosi, menyelesaikan masalah secara mandiri, serta memahami dampak dari tindakannya terhadap orang lain.
Baca Juga: Mendidik Anak Disiplin Tidak Harus Keras, Ini Tipsnya!
7 Cara Menerapkan Strategi Disiplin Positif pada Anak
Pendekatan ini bisa dilakukan lewat berbagai cara yang sederhana namun konsisten dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini tujuh cara praktis yang bisa Mama dan Papa terapkan untuk membangun disiplin anak secara sehat, efektif, dan berkelanjutan.
1. Tetapkan Batasan dengan Jelas dan Konsisten
Anak membutuhkan batasan untuk merasa aman. Pastikan aturan yang dibuat sederhana, konsisten, dan sesuai dengan usia anak. Jelaskan alasan di balik aturan tersebut agar anak merasa dihargai dan tidak merasa “diperintah” tanpa penjelasan.
2. Fokus pada Perilaku, Bukan Label Anak
Alih-alih menyebut anak “nakal”, fokuslah pada perilaku spesifik yang perlu diperbaiki. Misalnya, “Mama tidak suka kalau kamu melempar mainan” lebih baik daripada “Kamu anak nakal.” Ini membantu anak memahami kesalahannya tanpa merasa identitasnya diserang.
Baca Juga: Hukuman Time Out untuk Anak, Cara Mendisiplinkan Tanpa Marah-marah
3. Gunakan Konsekuensi Logis, Bukan Hukuman
Jika anak menumpahkan mainan, minta anak ikut membereskannya. Konsekuensi logis membantu anak memahami hubungan antara tindakan dan akibatnya. Hindari hukuman yang tidak relevan atau bernada mengancam karena bisa menimbulkan ketakutan dan membunuh keinginan untuk bereksplorasi—padahal ini sangat penting dalam proses belajarnya.
4. Dengarkan dan Validasi Perasaan Anak
Strategi disiplin positif menekankan pentingnya empati. Ketika anak tantrum atau marah, validasi dulu perasaannya sebelum memberi nasihat. Kalimat seperti “Mama tahu kamu kesal karena mainannya diambil” bisa meredakan emosi dan membuka ruang untuk berdiskusi.
Baca Juga: Apa Itu ADHD? Memahami Perbedaannya dengan Anak Aktif Biasa
5. Libatkan Anak dalam Pembuatan Aturan
Biarkan anak ikut menyusun aturan rumah tangga, terutama jika usianya sudah cukup besar. Ini menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepemilikan terhadap aturan yang dibuat bersama. Anak juga cenderung lebih patuh pada aturan yang mereka ikut tentukan.
6. Beri Pilihan Terbatas
Berikan anak pilihan untuk merasa punya kendali, tapi tetap dalam batas yang Anda tetapkan. Misalnya, “Kamu mau membereskan mainan sekarang atau setelah makan?” Ini membantu anak belajar mengambil keputusan tanpa merasa terpaksa.
Baca Juga: Pengaruh Gaya Parenting terhadap Kepribadian Anak: Pentingnya Pola Asuh yang Tepat
7. Jadilah Contoh yang Baik
Anak belajar dari melihat, bukan hanya dari mendengar. Jika ingin anak bersikap tenang, orang tua juga harus mencontohkan ketenangan saat menghadapi konflik. Disiplin positif dimulai dari cara orang tua merespons situasi sehari-hari.
Menerapkan strategi disiplin positif memang membutuhkan kesabaran dan konsistensi, tetapi hasilnya sepadan dengan hubungan yang lebih hangat dan penuh rasa saling percaya antara orang tua dan anak. Anak pun belajar untuk bertanggung jawab atas tindakannya, bukan karena takut dihukum, tetapi karena memahami nilai di balik aturan.
Salah satu cara sederhana menerapkan disiplin positif adalah dengan melibatkan anak dalam rutinitas rumah, misalnya membereskan mainan setelah bermain. Untuk mendukung aktivitas ini, Mama bisa menyewa berbagai jenis mainan di Mamasewa. Setelah bermain, ajak si kecil ikut bertanggung jawab merapikan mainannya!