Pernah nggak, Mama melihat anak sulit bilang “tidak” meski merasa tidak nyaman? Atau malah cenderung memaksakan keinginannya tanpa peduli perasaan orang lain? Dua hal ini jadi contoh pentingnya mengajarkan sikap asertif sejak dini supaya anak bisa menyuarakan pendapat dan perasaannya dengan cara yang sehat, tanpa menyakiti diri sendiri maupun orang lain.

Apa Itu Sikap Asertif?

Mengajarkan Sikap Asertif

Sikap asertif adalah kemampuan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara jujur dan sopan—tanpa harus bersikap agresif maupun pasif. Anak yang asertif tahu kapan harus berbicara, kapan harus mendengarkan, dan bagaimana menyampaikan sesuatu dengan hormat tapi tetap tegas.

Di masa kini, di mana anak-anak berhadapan dengan tekanan sosial, perundungan, hingga tantangan komunikasi digital, sikap asertif bukan cuma nice to have, tapi must-have.

Dengan begitu, anak cenderung lebih percaya diri, punya hubungan sosial yang sehat, dan lebih siap menghadapi konflik secara konstruktif.

Baca Juga: Bagaimana Cara Mengatasi Ketika Tahu Anak Dibully? Ini Pendapat Psikolog

7 Cara Mengajarkan Sikap Asertif pada Anak

Mengajarkan sikap asertif tak cukup lewat teori, anak perlu diajak berlatih melalui pengalaman sehari-hari. Berikut ini beberapa cara sederhana yang bisa Mama terapkan agar anak terbiasa bersikap tegas, sopan, dan percaya diri.

1. Ajari Anak Mengenali Emosinya

Mulailah dengan sederhana, yaitu dengan membantu anak menamai perasaan yang mereka rasakan, seperti marah, sedih, kecewa, atau senang. Mengenal emosi adalah langkah pertama untuk bisa mengekspresikannya dengan tepat. Dengan mengenali emosi, anak belajar bahwa semua perasaan valid, tapi perlu disampaikan dengan cara yang baik.

2. Berlatih Mengatakan “Tidak” dengan Sopan

Ajak anak latihan mengatakan “tidak” dalam berbagai situasi. Misalnya saat mereka tidak ingin meminjamkan mainan pada teman atau adiknya. Jelaskan bahwa menolak permintaan orang lain itu boleh, selama dilakukan dengan cara yang sopan. Hal ini membuat anak tahu bahwa menjaga batas diri itu penting.

Baca Juga: Mengajarkan Anak Menghadapi Teman Manipulatif, Jangan Sampai Dimanfaatkan!

3. Jadilah Contoh yang Baik

Anak belajar banyak dari cara orang tua berbicara dan bersikap. Jadi, Mama perlu menunjukkan sikap asertif saat berdiskusi, menyampaikan ketidaksetujuan, atau menegosiasikan sesuatu. Dengan melihat Mama dan Papa, anak akan meniru cara menyampaikan pendapat yang tegas tanpa harus menyakiti orang lain.

4. Berikan Contoh Kalimat-kalimat Asertif sebagai Referensi

Mengajarkan Sikap Asertif

Kadang anak tidak tahu apa yang harus mereka katakan. Jadi, bantu mereka dengan kalimat seperti, “Aku tidak nyaman kalau kamu bicara seperti itu,” atau “Aku ingin main juga, boleh aku ikut?” Kalimat semacam ini jadi bekal anak untuk bersikap tanpa menyudutkan orang lain.

Baca Juga: 7 Tips Menghadapi Anak yang Sulit Beradaptasi, Harus Mulai dari Mana?

5. Latihan Role Play

Nah, supaya lebih memahami situasi di dunia nyata, simulasi melalui bermain peran bisa jadi cara seru untuk melatihnya. Mama bisa bermain sebagai teman yang memaksa dan anak belajar merespons. Aktivitas ini membantu anak bereksperimen menyuarakan keinginannya dalam suasana yang aman.

6. Tunjukkan Bahwa Gagal Komunikasi Itu Boleh

Kadang anak mencoba bersikap asertif tapi tidak berhasil. Tugas kita adalah memberi tahu bahwa itu bukan kegagalan, melainkan bagian dari proses belajar. Semakin sering mencoba, anak akan semakin mahir menyampaikan pikirannya dengan baik.

Baca Juga: Tips supaya Anak Tidak Gampang Ikut-ikutan Tren, Kenalkan Nilai Dirinya!

7. Bahas Bedanya Asertif, Pasif, dan Agresif

Istilah asertif mungkin masih terlalu sulit untuk dipahami anak-anak. Namun, Mama tetap bisa menjelaskannya dengan sederhana. Pasif artinya diam saja, agresif berarti menyakiti orang lain, sementara asertif adalah bersikap tegas tapi tetap hormat. Dengan pemahaman ini, anak jadi lebih mudah mengenali mana sikap yang sehat dalam berkomunikasi.

Mengajarkan sikap asertif pada anak bukan hal instan, tapi bisa dibangun lewat kebiasaan dan contoh sehari-hari. Dengan bekal ini, anak lebih siap menghadapi dunia luar tanpa kehilangan jati dirinya.

Dan supaya anak makin terstimulasi dari sisi sosial dan emosinya, Mama bisa menemukan berbagai pilihan mainan seru di Mamasewa! Pilihannya banyak, tinggal sewa sesuai kebutuhan, tanpa harus beli mahal-mahal. Hemat iya, stimulasi juga jalan terus!

Tinggalkan Balasan