Memang, anak-anak secara alami suka mencoba hal baru dan ingin diterima oleh teman-temannya. Tapi kalau anak terbiasa mengikuti tren tanpa tahu alasan atau dampaknya, mereka bisa menjadi sangat mudah dipengaruhi. Bukan berarti kita harus melarang anak sepenuhnya, ya, Ma. Justru tantangannya ada pada bagaimana membantu mereka tetap jadi diri sendiri sekaligus menjaga nilai-nilai yang baik di tengah derasnya arus tren. Yuk, simak beberapa tips supaya anak tidak gampang ikut-ikutan tren!
Baca Juga: Brain Rot, 7 Alasan Kenapa Mama Harus Mewaspadainya!
Kenapa Anak Mudah Ikut-ikutan Tren?
Mulai dari Labubu dan sampai joget Velocity, pernah nggak Mama bertanya-tanya kenapa anak-anak dan remaja mudah sekali dipengaruhi oleh sesuatu yang sedang jadi tren. Berikut ini adalah beberapa alasan utama yang perlu Mama pahami supaya bisa mencegah atau mengatasi dampaknya:
- Keinginan untuk diterima oleh teman sebaya. Anak-anak ingin merasa “diterima” oleh kelompoknya. Ketika teman-temannya menyukai atau memiliki sesuatu, ia pun terdorong untuk ikut agar tidak merasa berbeda atau tersisih.
- Rasa penasaran yang tinggi. Dunia anak penuh rasa ingin tahu. Ketika melihat tren baru, mereka merasa tertarik untuk mencoba atau memiliki, tanpa benar-benar mempertimbangkan manfaat atau dampaknya.
- Pengaruh media sosial dan konten digital. Video viral, influencer favorit, hingga konten iklan terselubung di media sosial membuat anak terekspos pada tren dan ingin mengikutinya.
- Proses pencarian identitas diri. Anak yang belum memahami siapa dirinya dan apa yang penting bagi dirinya, cenderung mengadopsi “identitas” dari luar.
- Minimnya kontrol atau arahan dari orang tua. Jika anak terbiasa mendapatkan apa pun yang mereka inginkan tanpa diskusi, tren bisa dengan mudah menguasai gaya hidup dan pola pikir mereka.
Baca Juga: Labubu Mulai Meresahkan, Ini Cara Mencegah FOMO pada Anak
Tips supaya Anak Tidak Gampang Ikut-ikutan Tren
Jujur saja, baru setelah menjadi orang tua kita sadar bahwa tidak semua tren itu layak diikuti. Banyak tren yang sifatnya hanya sesaat, nggak ada nilainya, atau bahkan berdampak buruk bagi perkembangan anak. Maka dari itu, penting untuk membekali anak agar tidak mudah terbawa arus dengan menerapkan tips berikut ini.
1. Bangun Komunikasi Terbuka Soal Tren Tersebut
Ajak anak ngobrol santai tentang tren yang mereka lihat atau ikuti. Tanyakan pendapat mereka, lalu bantu anak melihat sisi baik dan buruk dari tren tersebut tanpa menggurui. Dari sini, Mama bisa sekaligus belajar memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh anak.
2. Biasakan Anak Berpikir Kritis dan Logis
Ajarkan anak untuk tidak langsung percaya pada apa yang viral. Latih mereka bertanya: “Apa manfaat tren ini?”, “Siapa yang membuat tren ini?”, atau “Apa dampaknya buatku?”. Anak yang terbiasa berpikir kritis akan lebih tahan terhadap tren yang hanya seru sesaat tapi tidak bermakna.
Baca Juga: 7 Cara Melatih Logical Thinking Anak, Manfaatnya Luar Biasa!
3. Ajarkan Nilai-nilai yang Kuat Sejak Dini
Ketika anak punya fondasi nilai yang jelas—seperti nilai-nilai agama, kesederhanaan, dan tanggung jawab—mereka cenderung lebih selektif dalam memilih hal yang ingin diikuti. Nilai ini akan jadi kompas di tengah arus tren yang cepat berubah.
4. Dorong Anak untuk Menemukan Nilai Dirinya
Beri anak ruang untuk mengenal minat dan keunikan dirinya. Puji kelebihan mereka, dukung hobi yang positif, dan tanamkan rasa bangga atas apa yang dimiliki. Anak yang percaya diri biasanya lebih tahan terhadap tekanan sosial untuk ikut-ikutan.
Baca Juga: Mengajari Anak Nilai Persahabatan: Tips Membangun Hubungan yang Sehat Sejak Dini
5. Batasi dan Dampingi Penggunaan Media Sosial
Media sosial adalah tempat utama tren menyebar. Bukan berarti harus dilarang total, tapi penting bagi orang tua untuk mendampingi dan memberi pemahaman—misalnya, tentang tren berbahaya, iklan tersembunyi, atau standar hidup palsu yang sering ditampilkan online.
6. Berikan Contoh dari Keseharian Orang Tua
Anak belajar banyak dari sikap kita. Kalau Mama dan Papa juga suka ikut-ikutan tren tanpa filter, anak akan menirunya. Tapi kalau orang tua bijak memilih mana yang bermanfaat dan mana yang tidak, anak pun akan belajar melakukan hal yang sama.
Baca Juga: Pentingnya Memilih Circle Pertemanan yang Tepat untuk Anak, Efeknya Nggak Main-main!
7. Bangun Lingkungan Sosial yang Sehat
Lingkungan juga punya pengaruh besar. Arahkan anak untuk berteman dengan orang-orang yang punya pengaruh positif, seperti teman yang punya minat sama atau keluarga yang mendukung tumbuh kembang mereka. Ketika anak merasa diterima dan nyaman, mereka nggak akan merasa perlu ikut-ikutan hanya demi pengakuan.
Mengikuti tren memang seru, tapi nggak semua yang viral itu baik untuk diikuti—apalagi oleh anak-anak yang masih belajar membentuk identitas diri.
Di sinilah peran kita sebagai orang tua untuk jadi kompas mereka: bukan sekadar melarang, tapi membimbing agar anak bisa memilah mana yang layak diikuti dan mana yang cukup ditonton saja.
Yuk, terus dampingi anak tumbuh jadi pribadi yang kritis, mandiri, dan nggak mudah terbawa arus! Kalau anak butuh aktivitas seru di rumah, coba intip beragam pilihan mainan yang bisa Mama temukan di Mamasewa—pastinya bikin anak tetap happy tanpa harus ikut-ikutan tren yang belum tentu bermanfaat!