Saat anak mulai pandai bicara, ada satu fase yang kerap membuat orang tua cemas, yakni ketika anak berbohong. Terkadang, anak bilang sudah gosok gigi padahal belum, atau menyembunyikan mainan yang rusak karena takut dimarahi. Meski terlihat sepele, kebiasaan ini bisa berkembang jika tidak direspons dengan bijak. Untuk mengatasinya, Mama bisa menggunakan dialog sokratik yang mendorong anak untuk berpikir, memahami perbuatannya, dan belajar bertanggung jawab. Yuk, kenali lebih dalam tentang apa itu dialog sokratik dan bagaimana cara menerapkannya!

Apa Itu Dialog Sokratik?

Dialog sokratik adalah metode bertanya yang merangsang seseorang untuk berpikir, merenung, dan menemukan kebenaran melalui proses berpikirnya sendiri. Pendekatan ini dikenalkan oleh filsuf Yunani kuno, Socrates. Itu kenapa metode ini disebut sebagai Socratic questioning atau Socratic dialogue.

Dalam praktiknya, Socrates menggunakan serangkaian pertanyaan terbuka untuk menuntun lawan bicaranya berpikir lebih dalam, menyadari kesalahan logika, dan sampai pada pemahaman yang lebih baik—tanpa merasa dipaksa atau dihakimi.

Dalam konteks parenting, dialog sokratik bisa menjadi pendekatan yang lembut tapi efektif dalam membantu anak menyadari kesalahannya sendiri—termasuk saat mereka berbohong.

Jadi, daripada langsung memarahi anak, Mama bisa mengajukan pertanyaan yang menggugah kesadaran dan tanggung jawab, seperti: “Menurut kamu, apa yang terjadi kalau Mama percaya, tapi kenyataannya berbeda?” atau “Apa yang kamu rasakan setelah bilang begitu? Senang, takut, atau malah bingung?”.

Menurut Dr. Gregory S. Cooperman, psikolog anak dan remaja, dialog sokratik mampu menciptakan hubungan yang penuh empati dan rasa aman antara anak dan orang tua. Anak memahami konsekuensi dari tindakannya, bukan karena takut dihukum, tetapi karena benar-benar mengerti nilai kejujuran.

Maka tak heran jika dialog sokratik kini banyak digunakan dalam pendekatan parenting modern yang lebih menghargai proses belajar emosional anak.

Baca Juga: Cara Menanamkan Kejujuran pada Anak, Bukan Cuma Pas Puasa Aja

Manfaat Dialog Sokratik dalam Menghadapi Anak yang Berbohong

Menghadapi anak yang berbohong sering kali membuat orang tua bereaksi spontan dengan marah atau langsung menghukum. Padahal, respons yang terlalu keras bisa membuat anak justru semakin tertutup. Namun, dialog sokratik menawarkan pendekatan yang lebih reflektif dan membangun. Berikut beberapa manfaat utama dari dialog sokratik dalam situasi ini:

1. Membangun Kepercayaan dan Keterbukaan

Apa Itu Dialog Sokratik

Dengan mengajukan pertanyaan terbuka, anak tidak akan merasa sedang disidang sehingga terciptalah ruang  yang aman bagi mereka untuk bicara jujur dan terbuka. Ketika anak tahu bahwa orang tuanya mendengar dan tidak langsung menyimpulkan, mereka lebih berani bercerita apa adanya.

Baca Juga: Munchausen Syndrome, Sakit Sungguhan atau Cuma Pura-pura?

2. Mendorong Anak Berpikir Kritis dan Reflektif

Alih-alih memberikan nasihat panjang lebar, dialog soratik membuat anak merenung tentang tindakannya sendiri. Dengan pertanyaan yang tepat, anak belajar memproses sebab-akibat dan nilai dari kejujuran. Ini jauh lebih efektif dalam menanamkan pemahaman jangka panjang.

3. Mengembangkan Rasa Tanggung Jawab Anak

Anak belajar bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi. Tapi karena takut dihukum, mereka sering kali menghindari tanggung jawabnya. Namun, dengan pendekatan ini, Mama bisa mendorong pertumbuhan moral yang sehat secara bertahap.

4. Mengurangi Konflik dan Ketegangan

Apa Itu Dialog Sokratik

Dialog sokratik mampu mengubah situasi yang awalnya tegang menjadi lebih tenang dan konstruktif. Ketika orang tua bertanya dengan sabar dan terbuka, anak merasa didampingi, bukan dilawan. Ini membantu meredakan konflik dan memperkuat ikatan emosional.

Baca Juga: 7 Kebiasaan Buruk Anak yang Tidak Boleh Dibiarkan, Awas Terbawa Sampai Dewasa!

5. Membantu Orang Tua Memahami Akar Masalah

Selain untuk anak, manfaat pendekatan ini juga dirasakan orang tua. Lewat proses bertanya, Anda bisa memahami kenapa anak berbohong—apakah karena takut, ingin perhatian, atau karena belum tahu caranya. Ini membuka ruang untuk solusi yang lebih tepat sasaran dan empatik.

Cara Menerapkan Dialog Soratik di Rumah

Dialog sokratik memang terdengar filosofis, tetapi sebenarnya bisa diterapkan dengan sederhana di kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa langkah praktis agar Mama dan Papa bisa mulai membiasakan pendekatan ini di rumah.

1. Mulai dengan Pertanyaan Netral dan Tenang

Ketika anak melakukan sesuatu yang tidak sesuai, tahan dorongan untuk langsung marah. Cobalah mulai dengan pertanyaan seperti, “Menurut kamu, apa yang sedang terjadi?” atau “Kenapa kamu memilih melakukan itu?”. Nada bicara yang tenang akan membantu anak merasa aman untuk menjawab dengan jujur.

Baca Juga: Apa Itu Strict Parents? Begini Ciri-ciri dan Dampaknya Bagi Anak

2. Gunakan Pertanyaan Terbuka

Pertanyaan terbuka seperti “Bagaimana perasaanmu waktu itu?” atau “Apa yang kamu pikirkan saat itu?” membuat anak lebih reflektif dan tidak merasa disudutkan. Hindari pertanyaan ya/tidak yang membuat anak menjawab singkat tanpa berpikir.

3. Dengarkan Tanpa Menyela atau Menghakimi

Setelah bertanya, beri waktu bagi anak untuk merespons. Jangan buru-buru memotong atau memberikan komentar. Tunjukkan bahwa Mama atau Papa benar-benar ingin memahami perasaan dan alasannya, bukan sekadar mencari kesalahan.

4. Dorong Anak Menemukan Jawaban dan Solusi Sendiri

Alih-alih memberi tahu apa yang harus dilakukan, ajak anak memikirkan alternatif: “Kira-kira, lain kali bisa bagaimana?” atau “Apa yang bisa kamu lakukan supaya lebih baik?” Ini mengasah kemampuan problem solving dan rasa tanggung jawab.

Baca Juga: 7 Manfaat Melatih Anak Berpikir Kritis Sedari Kecil

5. Tutup dengan Penguatan Positif

Apa Itu Dialog Sokratik

Apapun hasil percakapannya, berikan apresiasi karena anak sudah mau terbuka. Misalnya, “Mama senang kamu jujur dan mau cerita,” atau “Papa bangga kamu bisa memikirkan cara yang lebih baik.” Penguatan seperti ini penting untuk membangun komunikasi yang sehat.

Melalui dialog sokratik, anak belajar untuk mengenali perasaan, memahami konsekuensi, dan membangun kejujuran dari dalam dirinya sendiri. Pendekatan ini tidak hanya membantu mengatasi kebiasaan berbohong, tetapi juga memperkuat hubungan emosional antara orang tua dan anak. Butuh kesabaran dan konsistensi, tetapi hasilnya akan sangat berarti dalam jangka panjang.

Untuk mendukung proses tumbuh kembang emosional anak, Mama juga bisa menyediakan sarana bermain yang mendukung imajinasi dan ekspresi diri, seperti pretend play. Di Mamasewa, ada berbagai pilihan yang bisa disewa. Yuk, cek koleksinya di sini!

Tinggalkan Balasan