Belum lama ini, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengimbau para orang tua untuk tidak lagi mengantar dan menunggu anaknya di sekolah. Tak cuma itu, menurutnya, anak sebaiknya berjalan kaki ke sekolah agar lebih sehat dan mandiri. Pernyataan ini pun menuai pro dan kontra di kalangan orang tua.

Sebagian mendukung karena ingin anaknya lebih bertanggung jawab. Namun, banyak juga yang khawatir jika harus membiarkan anak pergi sendiri ke sekolah, mengingat kondisi zaman sekarang yang sudah banyak berbeda dibanding dulu.

Lantas, bagaimana sikap Mama menanggapi pro kontra mengantar anak sekolah? Apakah Mama akan tetap mengantar atau membiarkan anak pergi sendiri?

Pro Kontra Larangan Mengantar Antar Anak ke Sekolah

pro kontra mengantar anak ke sekolah

Kebijakan mengenai larangan anak diantar ke sekolah oleh orang tuanya ini diambil Dedi dengan alasan untuk membentuk karakter dan mental yang kuat pada anak-anak, khususnya yang berada di Jabar.

Ia ingin anak-anak tak lagi diberikan fasilitas berlebihan padahal jarak antara rumah ke sekolah terbilang dekat. Dalam kondisi ini, Dedi mengimbau orang tua untuk membiasakan anak bangun pagi lebih pagi dan pergi berjalan kaki ke sekolah.

“Jika lingkungan sekolahnya aman dan jarak (dari rumah ke sekolah) satu kilometer masih memungkinkan ditempuh dengan berjalan kaki, maka anak-anak harus berjalan kaki. Tidak ada kompromi,” tegasnya.

Selain tak perlu lagi mengantar ke sekolah, Dedi juga meminta orang tua untuk tidak menunggu anaknya di pagar sekolah. Ia menyatakan bahwa sekolah harus bebas dari intervensi berlebihan orang tua sehingga bisa menjadi tempat yang mandiri bagi anak-anak.

“Saya tidak ingin melihat ibu dan bapak menunggu di depan sekolah. Pagar sekolah harus tertutup dan dijaga oleh petugas keamanan. Tidak boleh ada tumpukan motor di depan sekolah. Kenapa? Mengganggu”, pungkasnya.

BACA JUGA: Tanda-tanda Stres pada Anak karena Sekolah, Orang Tua Bisa Apa?

Pro: Manfaat Mengantar Anak ke Sekolah

Apa yang dikatakan Dedi Mulyadi memang ada benarnya. Pun sebagai orang tua, tentu Mama ingin anak memiliki fisik yang kuat dan mental yang tangguh. Namun, apakah pernyataan tersebut sepenuhnya benar?

Jawabannya, belum tentu. Mengingat sebenarnya ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan jika orang tua mengantar anaknya ke sekolah.

1. Memperkuat Bonding antara Orang Tua dan Anak

Kegiatan mengantarkan anak ke sekolah bisa menjadi waktu berharga bagi orang tua untuk memperkuat bonding dengan anak. Khususnya bagi orang tua bekerja yang tak bisa selalu bertemu dengan anaknya.

Perjalanan ke sekolah bisa menjadi quality time untuk saling berbicara, bertukar cerita, atau memberi motivasi sebelum memulai hari. Perhatian semacam ini bisa membuat anak merasa lebih diperhatikan dan dicintai.

2. Lebih Mengenal Sekolah Anak

pro kontra mengantar anak ke sekolah

Kasus perundungan, kekerasan, atau pelecehan seksual di lingkungan sekolah lebih sering terdengar beberapa tahun belakang. Maka, mengantar anak ke sekolah memberi kesempatan bagi orang tua untuk mengenal lingkungan sekolah si kecil dengan lebih baik.

Ini menjadi penting sehingga orang tua bisa memastikan kenyamanan dan keamanan anaknya saat berada di sekolah. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena orang tua tak mengenal sekolah anaknya.

3. Memastikan Keamanan Anak

Mengantar anak sampai ke depan sekolah bisa memberikan perasaan aman, baik bagi anak maupun orang tua. Mama jadi tidak khawatir akan keamanan dan keselamatan anak selama berada di jalan.

Memang benar jika imbauan ini ditujukan secara khusus bagi mereka yang jarak antara rumah dan sekolahnya dekat. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua anak memiliki kondisi serupa. Bahkan infrastruktur maupun fasilitas transportasi umum di Indonesia saat ini pun belum cukup mumpuni untuk menjamin keselamatan anak.

Kontra: Sisi Negatif Mengantar Anak ke Sekolah

Mengantar anak ke sekolah memang memiliki manfaat, tetapi juga ada dampak negatif yang perlu dipertimbangkan. Berikut beberapa di antaranya.

1. Menghambat Kemandirian Anak

Mama pasti sudah sering mendengar kritikan tentang generasi saat ini yang kurang tangguh dan berdaya juang rendah. More or less, apa yang dikatakan Dedi Mulyadi ada benarnya.

Terbiasa meladeni anak, termasuk mengantar jemputnya dari sekolah, bisa membuat anak kehilangan kesempatan untuk belajar mengelola waktu dan mengambil keputusan secara mandiri. Ini juga bisa membuat anak merasa kurang percaya diri atau takut saat harus menghadapi dunia luar sendirian.

2. Membatasi Ruang Gerak Guru dan Sekolah

Selain masalah pengantaran, Dedi juga meminta agar orang tua tidak menunggu anaknya di sekolah. Selain bisa mengganggu aktivitas belajar-mengajar, hal ini juga bisa membatasi ruang gerak guru dan sekolah dalam menegakkan disiplin.

Pihak sekolah mungkin kesulitan memberikan konsekuensi kepada siswa yang melanggar aturan karena orang tua terlalu membela atau merasa keberatan. Akibatnya, anak jadi kurang memahami batasan dan tanggung jawab atas tindakannya. Padahal, lingkungan belajar harusnya bisa mendukung kedisiplinan dan kemandirian siswa.

BACA JUGA: 7 Tanda Anak Siap Sekolah, Tak Diukur Lewat Usia

3. Membuat Lingkungan Sekolah Tidak Kondusif

pro kontra mengantar anak ke sekolah

Seperti yang disebutkan Dedi, jika banyak orang tua yang mengantar anaknya ke sekolah, maka lingkungan di sekolah menjadi tidak kondusif dan terlalu ramai dengan wali murid yang berkumpul. Padahal, sekolah seharusnya menjadi lingkungan yang tenang.

Selain itu, banyaknya orang tua yang menunggu anak bisa menyebabkan kemacetan di sekitar sekolah, membuat lalu lintas lebih padat, dan berpotensi membahayakan keselamatan anak-anak lainnya.

Tips Mengantar Anak Sekolah

Dengan alasan di atas, sebenarnya tak aneh jika kebijakan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi yang melarang orang tua mengantar anak ke sekolah ini menimbulkan pro dan kontra.

Namun, kalau Mama memilih untuk tetap mengantar anak ke sekolah karena beberapa pertimbangan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar pengalaman ini tetap bermanfaat dan tidak berdampak negatif, seperti:

  1. Segera pulang setelah memastikan anak sampai di sekolah dengan selamat. Biarkan anak mandiri sejak tiba di sekolah agar tidak terlalu bergantung dengan keberadaan orang tuanya.
  2. Sambil mengantarnya, Mama bisa mengenalkan rute dan alternatif transportasi umum untuk menuju ke sekolah supaya anak tahu jika suatu hari harus pergi sendiri ketika Mama tidak bisa mengantarnya.
  3. Jika memungkinkan, parkir di tempat yang agak jauh dan biarkan anak berjalan kaki sedikit agar tidak menambah kemacetan dan anak lebih terlatih mandiri.
  4. Manfaatkan waktu perjalanan ke sekolah untuk berbicara atau berdiskusi tentang rencana harinya, tantangan yang dihadapi, atau sekadar berbagi cerita ringan.
  5. Sesekali, jangan antar jemput anak menggunakan kendaraan pribadi, tapi menggunakan tranportasi umum.

Jadi, itulah pro kontra mengantar anak ke sekolah beserta saran dari Mamasewa untuk menyikapinya. Semoga ini bisa membantu Mama melatih kemandirian anak tanpa mengabaikan keselamatan dan keamanannya, ya!

Tinggalkan Balasan