Setiap anak memiliki cara unik dalam menyerap dan memahami informasi. Memahami gaya belajar anak bukan sekadar untuk mendukung prestasi akademiknya, tapi juga untuk membangun rasa percaya diri dan kecintaan mereka terhadap belajar. Di artikel ini, Mamasewa akan mengupas berbagai gaya belajar anak serta cara mengoptimalkannya. Yuk, simak!

7 Macam Gaya Belajar Anak

Setiap anak memiliki cara unik dalam menyerap dan memahami informasi. Memahami gaya belajar mereka dapat membantu orang tua dan guru memberikan dukungan yang lebih efektif. Berikut tujuh macam gaya belajar anak beserta cara mengoptimalkannya.

1. Gaya Belajar Visual

Gaya Belajar Anak

Anak dengan gaya belajar visual memahami informasi lebih baik melalui gambar, warna, diagram, dan video. Mereka cenderung memiliki daya ingat yang kuat terhadap hal-hal yang mereka lihat dibandingkan yang mereka dengar.

Biasanya, anak visual lebih mudah memahami konsep abstrak jika disajikan dalam bentuk grafik atau ilustrasi. Mereka juga cenderung suka mencatat dan membuat sketsa sebagai alat bantu belajar.

Do’s:

  • Gunakan mind map, diagram, atau infografis untuk menjelaskan konsep.
  • Sediakan buku atau materi belajar dengan banyak ilustrasi.
  • Gunakan warna berbeda untuk menandai poin-poin penting dalam catatan.
  • Gunakan video edukatif atau presentasi berbasis visual.

Don’ts:

  • Jangan hanya mengandalkan penjelasan lisan tanpa dukungan visual.
  • Hindari lingkungan belajar yang terlalu monoton dan minim gambar.
  • Jangan memaksa anak menghafal tanpa memberikan representasi visual.

Baca Juga: Taksonomi Bloom: Level Berpikir dan Ranahnya

2. Gaya Belajar Auditori

Anak auditori lebih mudah memahami materi saat mendengarkan penjelasan, berdiskusi, atau mendengarkan musik. Mereka sering mengingat informasi dengan mengulangnya secara verbal atau mendengarkan suara mereka sendiri saat belajar.

Selain itu, anak dengan gaya ini sering kali lebih mudah menangkap intonasi dan emosi dalam suara sehingga lebih responsif terhadap cara penyampaian guru atau orang tua.

Do’s:

  • Gunakan metode bercerita atau diskusi untuk menyampaikan materi.
  • Biarkan anak membaca dengan suara keras atau merekam suara mereka sendiri.
  • Gunakan lagu atau irama untuk membantu mengingat informasi.
  • Berikan audiobook atau rekaman pelajaran sebagai alternatif buku.

Don’ts:

  • Jangan hanya memberikan materi dalam bentuk teks tanpa kesempatan untuk mendengar.
  • Hindari lingkungan belajar yang terlalu berisik yang dapat mengganggu fokus.
  • Jangan memaksa anak menulis panjang tanpa kesempatan mendiskusikan materi terlebih dahulu.

3. Gaya Belajar Kinestetik

Anak kinestetik belajar lebih efektif melalui gerakan, aktivitas fisik, dan praktik langsung. Mereka cenderung sulit fokus jika harus duduk diam dalam waktu lama dan lebih suka belajar sambil bergerak.

Anak dengan gaya ini sering kali menikmati eksperimen, bermain peran, atau aktivitas yang melibatkan tangan mereka, seperti membangun sesuatu atau menyusun puzzle.

Do’s:

  • Gunakan alat peraga atau benda nyata saat belajar.
  • Izinkan anak bergerak, seperti berjalan sambil membaca atau belajar sambil bermain.
  • Berikan tugas berbasis eksperimen atau proyek praktis.
  • Gunakan permainan edukatif yang melibatkan interaksi fisik.

Don’ts:

  • Jangan memaksa anak duduk diam dalam waktu lama tanpa aktivitas fisik.
  • Hindari metode belajar yang hanya berbasis hafalan tanpa keterlibatan tangan atau tubuh.
  • Jangan mengabaikan kebutuhan anak untuk beristirahat atau bergerak di sela-sela belajar.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Mainan untuk Pretend Play Terbaik

4. Gaya Belajar Verbal

Anak dengan gaya belajar ini lebih mudah memahami informasi melalui kata-kata tertulis maupun lisan. Mereka suka membaca, menulis, dan sering kali mengingat informasi dengan mengucapkannya kembali.

Anak verbal juga cenderung suka bermain dengan kata-kata, seperti membuat cerita, puisi, atau menjelaskan sesuatu dengan detail.

Do’s:

  • Ajak anak membuat jurnal atau menulis ringkasan setelah belajar.
  • Gunakan teknik storytelling untuk menjelaskan konsep baru.
  • Dorong anak untuk berbicara atau berdiskusi tentang materi yang mereka pelajari.
  • Berikan tantangan menulis, seperti membuat puisi atau esai singkat.

Don’ts:

  • Jangan hanya mengandalkan gambar atau praktik tanpa penjelasan tertulis atau lisan.
  • Hindari materi belajar yang hanya berbentuk simbol atau angka tanpa konteks kata.
  • Jangan membatasi anak hanya pada metode belajar diam dan pasif.

5. Gaya Belajar Logis-Matematis

Anak dengan gaya belajar ini suka berpikir secara logis, mencari pola dalam informasi, dan memecahkan masalah.

Mereka sering menikmati teka-teki, permainan strategi, dan eksperimen yang melibatkan analisis serta pemecahan masalah. Anak logis-matematis juga cenderung bertanya “mengapa” dan “bagaimana” terhadap berbagai konsep yang mereka pelajari.

Do’s:

  • Gunakan pendekatan berbasis pola, seperti tabel atau diagram.
  • Ajak anak bermain puzzle, catur, atau permainan strategi lainnya.
  • Berikan eksperimen sains atau proyek yang memerlukan pemecahan masalah.
  • Gunakan teknik berpikir kritis untuk memahami konsep.

Don’ts:

  • Jangan memaksa anak menghafal tanpa memahami alasan di baliknya.
  • Hindari metode belajar yang terlalu abstrak tanpa pola atau logika yang jelas.
  • Jangan menyepelekan pertanyaan anak yang bersifat analitis.

Baca Juga: Apa Itu Executive Function dan Kenapa Ini Disebut “CEO” Otak?

6. Gaya Belajar Sosial

Anak dengan gaya belajar sosial lebih nyaman belajar bersama orang lain dibandingkan sendiri.

Mereka lebih mudah memahami konsep saat berdiskusi, bekerja dalam kelompok, atau mengajarkan materi kepada teman. Anak dengan gaya ini juga lebih suka suasana belajar yang dinamis dan interaktif.

Do’s:

  • Ajak anak belajar bersama teman atau berdiskusi dalam kelompok.
  • Gunakan metode role-playing atau debat untuk memahami konsep lebih dalam.
  • Berikan kesempatan anak untuk mengajar kembali materi kepada orang lain.
  • Dorong interaksi sosial yang sehat dalam proses belajar.

Don’ts:

  • Jangan memaksa anak belajar sendirian jika mereka lebih nyaman dalam kelompok.
  • Hindari metode belajar yang terlalu individual tanpa ada unsur kerja sama.
  • Jangan meremehkan kebutuhan anak untuk berbicara dan berinteraksi selama belajar.

7. Gaya Belajar Soliter

Gaya Belajar Anak

Anak dengan gaya ini lebih suka belajar sendiri dalam suasana tenang dan minim gangguan. Mereka cenderung memiliki kontrol diri yang baik dan lebih mandiri dalam mengeksplorasi materi belajar.

Anak soliter biasanya lebih menikmati membaca, menulis, atau mengerjakan tugas tanpa banyak interaksi dengan orang lain.

Do’s:

  • Sediakan ruang belajar yang tenang dan nyaman.
  • Berikan materi belajar yang dapat dipelajari secara mandiri.
  • Dorong anak untuk membuat jadwal belajar sendiri dan mengatur targetnya.
  • Izinkan anak menggunakan teknik refleksi pribadi, seperti menulis ringkasan atau membuat catatan harian.

Don’ts:

  • Jangan memaksa anak belajar dalam kelompok jika mereka lebih nyaman sendiri.
  • Hindari lingkungan belajar yang terlalu ramai atau penuh gangguan.
  • Jangan mengabaikan kebutuhan anak untuk mengatur ritme belajarnya sendiri.

Baca Juga: 7 Cara Menghadapi Anak Slow Learner, Bantu Mereka Belajar Lebih Baik!

Itulah tujuh jenis gaya belajar anak. Kalau sudah tahu si kecil tipe yang mana, Mama bisa menyewakan mainan yang mendukung gaya belajar si kecil di Mamasewa. Ada banyak pilihannya dan kualitasnya dijamin yang terbaik!

Tinggalkan Balasan