Kecerdasan pada anak tidak hanya Intelligence Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ). Masih banyak jenis kecerdasan lainnya. Salah satunya adalah Adversity Quotient (AQ) yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh anak mampu memecahkan masalah dan mencari solusinya demi mempertahankan dirinya. Untuk lebih jelasnya, simak informasi berikut yuk, Mam!

Apa Itu Adversity Quotient?

adversity quotient anak
Sumber: Pexels

Adversity quotient pertama kali diperkenalkan pada tahun 2000 oleh Paul G. Stoltz dalam bukunya yang berjudul Adversity Quotient. Stoltz mendefinisikan adversity quotient sebagai kemampuan seseorang untuk mengubah hambatan menjadi peluang untuk mencapai tujuan. 

Kemampuan ini juga mengungkap seberapa jauh seseorang mampu bertahan menghadapi dan mengatasi kesulitan yang dialaminya.

Masih dalam bukunya, Stoltz mengelompokkan manusia menjadi tiga kategori berdasarkan AQ yang dimiliki, yaitu:

  • Quitters, yaitu mereka yang lebih suka melarikan diri dari masalah.
  • Campers, yaitu mereka yang berusaha menyelesaikan masalahnya tapi sering berhenti di tengah jalan.
  • Climbers, yaitu mereka yang selalu menghadapi masalah.

Pada prinsipnya, AQ mendorong anak bersikap lebih gigih, sabar, mandiri, dan tetap tenang dalam mencari alternatif solusi dan menghadapi masalah. Perlu Mama ketahui, AQ perlu dilatih sejak dini sehingga anak bisa lebih siap menghadapi tantangan dan masalah ketika sudah dewasa nanti.

Aspek-aspek dalam Adversity Quotient

Menurut Stoltz, adversity quotient memiliki empat dimensi utama yang disebut dengan CO2RE. Berikut adalah penjelasannya.

1. Control (C)

Sumber: Pexels

Control merujuk pada kemampuan anak untuk mengendalikan pikiran dan emosinya ketika menghadapi situasi sulit. Mereka yang memiliki tingkat kontrol yang baik lebih mampu tetap tenang dan fokus meskipun merasa tertekan.

2. Origin dan Ownership (O2)

Origin mengacu pada kemampuan anak untuk menemukan siapa atau apa yang menjadi penyebab masalah dan situasi sulit ini. Sementara ownership adalah memahami bahwa seseorang bertanggung jawab untuk menyelesaikan situasi ini. Dengan mengenali akar masalahnya, anak jadi memiliki kekuatan untuk mengatasinya.

3. Reach (R)

Sumber: Pexels

Reach adalah kemampuan untuk melihat dan menilai sejauh mana situasi sulit ini memengaruhi kehidupannya maupun orang lain sehingga mereka akan belajar untuk membatasi penyebarannya. Hal ini mampu mendorong anak mengeksplorasi berbagai opsi untuk mencegah masalahnya semakin menyebar.

4. Endurance (E)

Endurance menekankan pada daya tahan fisik maupun mental anak dalam menghadapi kesulitan. Mereka yang memiliki endurance yang baik akan bertahan dan tetap menunjukkan kinerja yang baik. Mereka optimis bahwa situasi sulit ini pasti akan terselesaikan.

Baca Juga: Cara Melatih Kecerdasan Anak Usia 2 Tahun, Apa saja?

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adversity Quotient

Sebagaimana yang disebutkan, kecerdasan dalam menghadapi kesulitan ini perlu dilatih. Berikut ini adalah lima faktor yang bisa mendukung dan memengaruhi adversity quotient anak.

1. Pengalaman Hidup

adversity quotient anak
Sumber: Pexels

Pengalaman hidup bisa membentuk tingkat adversity quotient. Mereka yang telah menghadapi berbagai tantangan akan memiliki tingkat AQ yang lebih baik. Maka dari itu, dorong anak untuk menciptakan pengalaman berharga sehingga mereka bisa belajar dari pengalaman tersebut.

2. Dukungan Sekitar

Dukungan dari orangtua, keluarga, teman, dan lingkungan sekitar juga memainkan peran penting dalam meningkatkan adversity quotient anak. Dukungan ini seperti kekuatan tambahan sehingga anak mampu dan percaya bisa menghadapi masalahnya.

3. Sikap Mental Positif

adversity quotient anak
Sumber: Pexels

Sikap mental positif juga bisa membantu anak menghadapi situasi sulit dengan lebih baik. Maka dari itu, penting bagi orangtua untuk membantu anak mengembangkan sikap optimis dan resiliensi.

4. Motivasi

Mereka yang memiliki motivasi yang kuat memiliki daya tahan yang lebih tinggi. Situasi sulit, tantangan, dan masalah tidak akan membuatnya mudah tumbang sebab mereka paham apa tujuan yang ingin dicapai.

5. Pelatihan Pengembangan Diri

Sumber: Pexels

Terakhir, Mama bisa meningkatkan adversity quotient anak melalui pelatihan pengembangan diri. Cara ini adalah bentuk dukungan eksternal untuk mendorong anak mengembangkan kemampuannya dalam menghadapi situasi sulit.

Cara Meningkatkan Adversity Quotient Anak

Jangan kira anak-anak tidak bisa stres dan tertekan. Sama seperti orang dewasa, anak-anak memiliki masalahnya sendiri. Maka dari itu, Mama bisa melatih mereka untuk meningkatkan adversity quotient dengan cara berikut ini.

1. Listening (Mendengarkan)

Pertama, latih kemampuan anak untuk mendengarkan. Dengan mendengarkan, mereka bisa memperoleh informasi untuk dikelola — bukan ditelan mentah-mentah. Dengan begitu, anak mulai menyadari dan menanyakan pada dirinya sendiri bagaimana cara menghadapi situasi sulit ini. 

2. Exploring (Menggali)

Sumber: Pexels

Cara selanjutnya adalah dengan menggali penyebab masalah. Di tahap ini, akan akan mempertanyakan apa penyebab dan sumber masalahnya, apa yang mereka lakukan sudah benar, hingga mengukur seberapa besar masalah tersebut. Dengan begitu, anak akan terdorong untuk mencari alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

3. Analyzing (Menganalisis)

Tahap analyzing mungkin mirip dengan exploring. Namun, di sini anak bisa membuktikan penyebab permasalahan itu terjadi. Dengan mengantongi fakta-fakta ini, anak bisa menjadikannya sebagai pembelajaran.

4. Doing (Melakukan)

adversity quotient anak
Sumber: Pexels

Terakhir adalah dengan mengambil tindakan nyata setelah melalui cara-cara di atas. Pasalnya cara-cara di atas tidak akan mengubah apa-apa kalau anak tidak terdorong untuk melakukan aksi nyata untuk mengatasi masalahnya.

Mam, itulah penjelasan tentang adversity quotient pada anak. Semoga Mama bisa mengadopsi informasi ini untuk mengembangkan kecerdasan anak dalam menghadapi masalah dengan cara-cara yang menyenangkan. Salah satunya lewat permainan.

Syukurlah sekarang ada Mamasewa yang menyediakan berbagai macam mainan untuk mendukung tiap tahapan usia anak, mulai dari bayi baru lahir, toddler, preschool, hingga usia sekolah. Klik di sini untuk melihat koleksi selengkapnya!

Tinggalkan Balasan