Tiger parenting adalah pola asuh yang strict dan otoriter, sangat identik dengan karakter orangtua Asia yang garang seperti macan. Meski memiliki banyak kekurangan dan dianggap tidak relevan lagi untuk membesarkan anak di zaman ini, pola asuh harimau ini sebenarnya punya kelebihan. Yuk, cari tahu dulu informasi selengkapnya di sini!
Apa Itu Tiger Parenting?
Tiger parenting menjadi salah satu pola asuh yang banyak menuai pro dan kontra. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh Amy Chua, seorang penulis dan profesor di Yale Law School, dalam bukunya berjudul yang berjudul “Battle Hymn of the Tiger Mom”.
Amy Chua menjelaskannya sebagai gaya pengasuhan yang sangat berfokus pada prestasi akademik, pencapaian, dan kedisiplinan. Disebutkan juga bahwa tiger parents memiliki harapan yang sangat tinggi pada masa depan anaknya sehingga mereka akan melakukan segala cara untuk mendisiplinkan anaknya agar bisa meraih kesuksesan.
Sayangnya, pola asuh ini cenderung keras, ketat, dan menuntut — membuat anak harus mengikuti dan mencapai harapan orang tuanya. Dan ini bisa membuat anak stres dan tertekan.
Ciri-ciri Tiger Parenting
Tujuan utama tiger parents adalah membesarkan anak-anak yang berprestasi. Bagi mereka, prestasi adalah bekal untuk meraih masa depan yang sukses. Maka dari itu, banyak orangtua harimau membatasi atau bahkan melarang anaknya “bersantai-santai”.
Berikut ini adalah karakteristik khas yang dimiliki oleh tiger parents:
- Membatasi atau bahkan tidak mengizinkan anaknya banyak bergaul dengan teman-temannya.
- Menuntut anak untuk berprestasi dan mendapatkan nilai yang tinggi tinggi dan sering kali memberi hukuman ketika anak gagal melakukannya.
- Mengikutsertakan anak dalam berbagai kursus maupun lomba.
- Memaksakan standarnya untuk diikuti oleh anak, tanpa peduli apakah anaknya menyukainya atau tidak
- Merasa bangga kalau anaknya sukses, sebaliknya mereka akan kecewa atau marah saat anaknya gagal
- Lebih peduli pada pencapaian anak daripada menghargai bagaimana proses anak untuk mencapainya.
- Sulit memercayai anak sehingga mereka akan terus mengingatkan dan meminta anak melakukan sesuatu.
BACA JUGA: DOLPHIN PARENTING, DIKLAIM SEBAGAI GAYA PENGASUHAN PALING SEIMBANG
Kelebihan dan Kekurangan Tiger Parenting
Namun, seperti gaya pengasuhan lainnya, tiger parents hanya mencoba melakukan apa yang terbaik untuk anak-anaknya menurut mereka. Beberapa keuntungan tiger parenting yang bermanfaat bagi anak di antaranya adalah:
- Menjadikan anak sebagai orang yang disiplin dan fokus mempersiapkan masa depan, kebiasaan ini bisa mereka bawa sampai dewasa nanti.
- Memiliki etos kerja yang baik karena sudah terbiasa dengan standar tinggi untuk memenuhi harapan orangtuanya.
- Menjadikan anak sebagai orang yang mau bekerja keras, bertanggung jawab, serta memiliki resiliensi yang baik.
- Meningkatkan produktivitas karena anak terbiasa menggunakan waktunya hanya untuk hal-hal yang berharga atau sesuatu yang berkontribusi untuk mencapai tujuan masa depannya.
- Memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi karena anak mendapatkan dukungan penuh dari orangtuanya.
Di sisi lain, ada beberapa sisi buruk dari gaya pengasuhan ini, seperti:
- Anak lebih rentan merasa stres dan tertekan karena harus memenuhi harapan orangtuanya. Ini bisa berujung pada anxiety, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya.
- Anak sulit membuat keputusan sendiri karena takut membuat kesalahan dan mengecewakan orangtuanya.
- Anak sulit meregulasi emosi dan mengendalikan dirinya karena tidak diizinkan menetapkan batasannya sendiri.
- Anak sulit membangun hubungan dekat dengan orang lain.
- Menghambat kreativitas dan kemandirian anak karena mereka tidak diberikan kesempatan untuk melakukan apa yang mereka suka.
Tips Menerapkan Tiger Parenting dengan Cara yang Lebih Baik
Setelah mempelajari ulasan di atas, Anda masih bisa berusaha menjadi orangtua harimau dengan cara yang lebih baik. Berikut ini adalah beberapa saran bagi para tiger parents yang peduli pada perkembangan anak-anak mereka.
1. Ketahui dan Perjelas Niat Anda
Sebelum Anda memutuskan untuk menerapkan tiger parenting, ketahui dulu kenapa Anda memilih untuk melakukan ini dan apa yang sebenarnya Anda harapkan dari anak-anak Anda.
Kalau jawaban Mama berfokus pada hal-hal yang bersifat transaksional, seperti prestasi akademik, kesehatan, kekayaan, kesuksesan, dan sebagainya, coba periksa lagi niat Anda dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut:
- Kenapa saya perlu mendorong anak saya?
- Kenapa mereka harus menjadi yang teratas?
- Kenapa mereka perlu “akses” untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidup?
- Kenapa mereka tidak cukup dengan keadaan biasa-biasa saja?
2. Luangkan Waktu untuk “Mengenal” Anak
Selanjutnya, Mama perlu meluangkan waktu untuk mengenal anak-anak Anda. Bagaimana karakternya, apa yang mereka inginkan, apa yang membuatnya kewalahan, atau bagaimana perasaan mereka terhadap harapan orangtua.
Memang cukup sulit untuk mengukur bakat alami anak, terlebih kalau mereka masih sangat muda. Maka dari itu, membuka dialog dan berusaha memahami anak akan sangat membantu Mama membuka pikiran dan menemukan dimensi baru dalam dunianya.
3. Tawarkan Pilihan
Mam, cara mendidik anak harus disesuaikan dengan zamannya. Mama tidak bisa memaksa generasi alpha untuk seratus persen mengikuti kemauan Anda. Sementara dunia terbuka begitu lebar dalam genggamannya.
Itu sebabnya, dialog dua arah sangat diperlukan. Beri mereka penawaran dan izinkan anak membuat pilihan bagi dirinya sendiri. Selanjutnya, Mama bisa mengarahkan anak untuk fokus mencapai apa yang mereka inginkan.
4. Pikirkan Masa Depan
Pengalaman hidup kita saat ini dulunya adalah masa depan. Dulu pun kita tak menyangka kalau lapar bisa beli makan lewat ojek online, mau belanja sayur tidak harus pergi ke pasar, atau tidak harus keluar rumah untuk bekerja.
Lantas, bisakah Anda memastikan masa depan akan tetap seperti sekarang? Bagaimana kalau perubahan terjadi lebih signifikan sementara persiapan anak Anda tidak sejalan dengan perubahan itu?
Oleh karena itu, lebih penting untuk memberi paparan yang seimbang pada anak-anak terhadap nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman sebagai fondasi untuk menjadi versi terbaiknya.
5. Tinjau Kembali Pendekatan Anda terhadap Disiplin
Riset telah membuktikan bahwa disiplin yang keras dan menghukum secara terus-menerus bisa membuat anak merasa ditolak, ditinggalkan, dan putus asa.
Padahal supaya anak termotivasi untuk mengejar mimpinya, mereka butuh dukungan, kasih sayang, dan empati dari orang-orang di sekitarnya. Terlebih dari kedua orangtuanya. Maka dari itu, tinjau kembali bagaimana pendekatan yang Anda gunakan dalam mendisiplinkan anak.
6. Izinkan Anak Berbuat Salah
Semua orang bisa gagal dan melakukan kesalahan — termasuk Anda dan anak Anda.
Alih-alih mencecar anak dengan kritik dan rasa malu, bangun dan pertahankan harga diri mereka dengan menunjukkan empati dan semangat. Sehingga mereka paham bahwa kegagalan itu tidak selamanya dan keadaan buruk bisa diperbaiki.
7. Puji Prestasi dan Pencapaian Anak
Terakhir, ingat kembali bahwa tujuan Anda menerapkan tiger parenting adalah untuk mendorong anak menjadi yang terbaik dalam mencapai prestasi dan kesuksesan. Oleh karena itu, jangan ragu untuk memuji anak-anak atas prestasi apa pun yang mereka capai.
Mam, itulah informasi seputar tiger parenting lengkap dengan pro dan kontranya. Semoga informasi ini bermanfaat dan bisa membantu Anda menjadi orangtua yang lebih baik setiap harinya.
Nah, biar Mama dan anak sama-sama lebih rileks dan chill, kita ajak mereka jalan-jalan sebentar. Yuk, temukan berbagai perlengkapan traveling yang bisa Anda sewa di Mamasewa. Ada banyak pilihan kategori dan dijamin semuanya berkualitas!