Seperti mobil penyapu salju, snowplow parenting berusaha menyingkirkan semua rintangan yang menghalangi anak-anaknya. Mereka ini adalah orangtua yang tidak anaknya kesulitan sehingga langsung turun tangan untuk mengatasi masalah. Sayang, pola asuh ini menciptakan banyak dampak negatif. Apa saja itu? Simak ulasan selengkapnya di sini!

Apa Itu Snowplow Parenting?

snowplow parenting

Snowplow parenting juga dikenal dengan sebutan lawnmower parenting dan bulldozer parenting. Istilah ini pertama kali dipopulerkan melalui sebuah artikel bertajuk “Operation Varsity Blues” dalam surat kabar The New York Times pada tahun 2019 lalu.

Ini adalah gaya pengasuhan di amna orangtua berusaha menyingkirkan semua rintangan dari anaknya sehingga mereka tidak perlu mengalami rasa sakit, kegagalan, atau ketidaknyamanan. Sayangnya, maksud baik ini justru membunuh kemampuan anak.

Sekilas pola asuh ini mirip dengan helicopter parenting, tapi sebenarnya ini lebih parah!

Kalau helicopter parents terkenal sebagai orangtua yang terlalu fokus (hyper focused) memperhatikan anak-anaknya, snowplow parents lebih jauh lagi. Mereka tak hanya hyper focused, tapi juga overprotective.

Ciri-ciri Snowplow Parents

Banyak orangtua tidak sadar bahwa mereka adalah snowplow parents karena kebiasaan ini sering kali dimulai dari hal yang tampak kecil dan tidak penting. Namun, jika ini dinormalkan, tanpa disadari mereka bisa berubah menjadi snowplow parents yang memiliki ciri-ciri seperti berikut ini.

1. Terlalu Banyak Melakukan Pembenaran

Orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan ini akan melakukan segalanya untuk anak, alih-alih membiarkannya belajar mandiri. Kemudian, mereka akan menggunakan berbagai alasan untuk membenarkan tindakannya.

Misalnya supaya lebih cepat, lebih baik, dan sebagainya—ketimbang mengajari anaknya bagaimana cara melakukannya dengan benar. 

Mungkin ada kalanya itu benar, tetapi jika sering diulang, tindakan kecil semacam ini bisa mengubah Anda snowplow parents.

2. Terlalu Terlibat 

Ciri lain dari orangtua snowplow adalah mereka terlalu terlibat dan ikut campur dalam urusan anak. Baik untuk urusan sekolah, pertemanan, hingga kehidupan pribadinya.

Bahkan tak jarang mereka membuat semua keputusan untuk anaknya, tanpa memberi anak kesempatan untuk melakukan atau memutuskan sesuatu untuk dirinya sendiri.

3. Mengatur Kehidupan Anak secara Mendetail

Kalau Mama berpikir micromanaging hanya terjadi di dunia kerja, rupanya ini juga bisa terjadi pada hubungan orangtua dan anak.

Orangtua ini mungkin akan mengendalikan dan mengatur jadwal anak secara mendetail. Sangat bertolak belakang dengan orangtua yang menerapkan slow parenting. 

4. Terlalu Protektif terhadap Anak

snowplow parenting

Nah, seperti yang disebutkan di atas. Orangtua penyapu salju ini bisa bersikap over protektif. Mereka mungkin tidak akan mengizinkan anaknya mencoba banyak hal karena takut itu membahayakannya.

Padahal ini bisa merenggut kesempatan anak untuk belajar dan menyelesaikan masalahnya.

5. Menyingkirkan Semua Rintangan

Alih-alih memberikan contoh yang benar, orangtua snowplow akan melakukan segala hal agar anaknya tidak kesulitan. Mereka “melindungi” anaknya dari konsekuensi dengan membuat alasan atau pembenaran atas perilakunya.

BACA JUGA: 10 DAMPAK HELICOPTER PARENTING PADA ANAK, AWAS GANGGU PERKEMBANGANNYA!

Dampak Snowplow Parenting terhadap Anak

Pola asuh snowplow mungkin memberikan kelegaan jangka pendek bagi orangtua yang “berniat baik”. Namun, kalau ini dilakukan secara berulang konstan, kebiasaan ini menciptakan banyak dampak negatif pada perkembangan anak. Berikut di antaranya.

1. Menghambat Perkembangan dan Proses Belajar

snowplow parenting

Dengan menyingkirkan segala macam rintangan, anak tidak akan pernah belajar dan tahu bagaimana caranya menghadapi situasi yang menantang. 

Secara tidak langsung, orangtua snowplow sebenarnya sedang membunuh kesempatan anak untuk belajar mengelola stres, mengatasi kegagalan, dan membuat keputusan.

2. Membuat Anak Merasa Tidak Mampu

Snowplow parenting bisa menurunkan self-efficacy. Anak akan berpikir bahwa mereka tidak mampu mengatasi masalah dan membuat keputusan sendiri karena selama ini orangtuanya selalu ikut campur menyelesaikan urusannya.

Mereka berpikir bahwa tindakannya tidak akan menghasilkan perubahan sehingga anak lebih rentan untuk menjadi individu yang apatis dan merasa tidak berdaya.

3. Kesulitan Menghadapi Frustasi

Akibatnya, ketika dihadapkan pada situasi yang membuatnya harus mandiri, anak merasa tidak nyaman. Mereka tidak tahu bagaimana cara mengendalikan situasinya dan berujung pada frustasi.

Padahal apa yang orangtua sebut sebagai “kesulitan”, sebenarnya adalah media belajar bagi anak untuk menemukan solusi, mengatasi perasaan, dan melatih daya juangnya.

4. Keterampilan Problem Solving yang Buruk

snowplow parenting

Karena keberhasilan mereka datang tanpa banyak rintangan, anak dari orangtua snowplow cenderung memiliki problem solving skill kurang berkembang.

Akibatnya, mereka mungkin akan mengalami banyak kesulitan dalam bersosialisasi ketika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya. Padahal kemampuan memecahkan masalah termasuk salah satu practical life skill yang harus dikuasai anak.

5. Meningkatnya Kecemasan

Pada gilirannya, pola asuh ini bisa menciptakan berbagai masalah psikologis bagi anak ketika mereka dewasa. Salah satunya adalah gangguan kecemasan.

Anak akan terus dihantui perasaan takut salah karena tidak tahu bagaimana mengelola situasi. Hasilnya, mereka membuat keputusan berdasarkan kecemasannya.

Cara Menghindari Snowplow Parenting

Setelah mengetahui apa dampaknya, Mama tentu tidak ingin menjadi orangtua yang seperti itu bukan? Maka, ini adalah beberapa hal yang bisa Mama lakukan untuk menghindari snowplow parenting:

  1. Mengendalikan kecemasan Anda terhadap sesuatu yang belum atau tidak terjadi dan biarkan pikiran jernih membimbing Anda.
  2. Fokus pada tujuan jangka panjang, bahwa suatu hari anak harus mandiri dan tidak bisa sepenuhnya bergantung lagi pada orangtuanya sehingga Mama perlu membekali mereka dengan keterampilan dan pengalaman.
  3. Izinkan anak untuk membuat kesalahan sehingga mereka memiliki ruang untuk tumbuh dan belajar. Caranya, tahan keinginan Anda untuk ikut campur dalam setiap aspek kehidupan anak.
  4. Daripada menyingkirkan semua hambatan, tunjukkan melalui contoh dan beri mereka kepercayaan bahwa mereka mampu.
  5. Dorong anak untuk mampu membela diri sendiri sehingga Mama tidak perlu terlalu khawatir anak akan “disakiti”. 
  6. Kenalkan apa itu konsekuensi dan dorong mereka untuk memperbaiki dan bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan.
  7. Buat batasan yang sehat dan tidak ikut campur atas hal-hal tertentu, tapi pastikan anak selalu mendapatkan dukungan orangtuanya.

Mam, itulah penjelasan tentang snowplow parenting. Sungguh berat perjalanan orangtua membesarkan anak-anaknya.

Selain perlu menanamkan nilai-nilai baik, Mama juga perlu memberikan stimulasi yang tepat di setiap tahapan usianya. Mulai dari baru lahir, toddler, pra-sekolah, hingga usia sekolah. Yuk, temukan semua yang Mama butuhkan hanya di Mamasewa!

Tinggalkan Balasan