Membesarkan anak di zaman serba cepat seperti sekarang ini mungkin sering bikin Mama khawatir kalau si kecil “ketinggalan” dari teman-temannya. Namun, hal ini tidak berlaku bagi orangtua yang menerapkan slow parenting. Mereka percaya bahwa setiap anak punya pace masing-masing dan ingat bahwa setiap anak adalah unik.

Mau tahu apa itu slow parenting, kekurangan dan kelebihan, serta tips menerapkannya? Yuk, simak informasi selengkapnya di sini!

Apa Itu Slow Parenting?

Gaya parenting ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2009 oleh Carl Honoré melalui bukunya yang berjudul “Under Pressure: Rescuing Our Children from the Culture of Hyper-Parenting”.

Dalam tulisannya, Honoré mengajak orangtua untuk lebih slow dalam membesarkan anak-anak. Maksudnya, dengan tidak membebani anak dengan jadwal belajar atau les yang berlebihan, maupun terlalu fokus pada pencapaian dan prestasi.

Alih-alih begitu, slow parenting lebih menganjurkan orangtua untuk mendahulukan kualitas ketimbang kuantitas. Termasuk ketika mendampingi anak, kualitas waktu yang dihabiskan bersama itu lebih berharga ketimbang lamanya.

Slow parenting juga berarti bahwa orangtua tidak perlu memaksa anak untuk buru-buru mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Kembali lagi, pola asuh ini lebih menekankan pada kualitas, bukan seberapa banyak yang mampu dikerjakan anak.

Itu artinya, slow parenting mendorong anak untuk menggunakan kemampuannya secara alami, menyesuaikan perkembangannya—yang mana perkembangan setiap anak itu berbeda-beda.

Keuntungan Slow Parenting

slow parenting

Sejauh ini memang belum ada teori parenting yang sempurna. Setiap pendekatan tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun, slow parenting menawarkan beberapa kelebihan yang bisa Anda pertimbangkan, yakni:

  1. Menjadikan anak lebih mandiri dan mindful sebab mereka diberi kesempatan untuk belajar mengenali dan memenuhi kebutuhannya sendiri.
  2. Membangun rasa percaya diri karena bisa menyelesaikan sesuatu dengan cara dan kemampuannya.
  3. Mendorong anak menjadi lebih kreatif karena mereka bebas bereksplorasi dan mendekati masalah dengan terbuka.
  4. Memberi kesempatan anak untuk membuat kesalahan dan belajar dari kesalahannya tanpa perlu takut dikritik secara berlebihan.
  5. Mengurai stres dan tekanan pada anak karena mereka boleh menjelajahi dunianya dengan caranya. 
  6. Memungkinkan orangtua membangun bonding yang lebih kuat dengan hangat dengan anak-anaknya.
  7. Membuat orangtua merasa lebih tenang karena memahami bahwa setiap anak memiliki tonggak perkembangan masing-masing, justru orangtua bisa menikmati “keindahan” sambil menyaksikan perkembangan anak seiring berjalannya waktu.

Kekurangan Slow Parenting

Hidup di zaman yang serba cepat sering kali menuntut kita untuk terus bergerak. Sampai-sampai kita lebih sering berada dalam mode autopilot saat beraktivitas. 

Namun, begitulah dunia bekerja. Siapa yang mau bertahan harus tahu caranya beradaptasi. Melihat fakta ini, slow parenting juga menuai beberapa kritik, di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Untuk menerapkan pola asuh ini, Mama butuh ekstra sabar dan perhatian —sementara ini cukup sulit saat Anda merasa stress, lelah, atau dalam situasi yang menuntut Mama harus lebih cepat.
  2. Ada kemungkinan anak lebih sulit beradaptasi dengan lingkungan atau tertinggal dari teman-temannya.
  3. Salah menafsirkan “cara kerja” pola asuh ini dengan cara Anda sendiri bisa mengubahnya menjadi pola asuh yang malas atau tidak memiliki aturan.

BACA JUGA: 5 BAHAYA LAZY MIND PADA ORANGTUA, AWAS GAGAL DALAM MENGASUH ANAK!

Cara Menerapkan Slow Parenting

Kalau Mama tertarik menerapkan pola asuh ini, ada beberapa tips yang bisa Mama lakukan. Berikut di antaranya!

1. Konsisten

Kalau mau menjalankan pola asuh ini, artinya Mama harus siap meluangkan lebih banyak waktu dan kesabaran selagi membersamai anak. Itu karena Mama perlu memberi mereka kesempatan untuk mencoba menyelesaikan sendiri pekerjaannya.

Selain itu, meski tidak mudah, tapi Mama perlu menjaga konsistensi dalam menerapkannya. Misalnya ada hari di mana Mama bisa bersabar menunggu mereka memakai sepatunya sendiri, tapi di hari lain Mama cepat-cepat memakaikannya karena harus bergegas.

2. Penuh Perhatian 

slow parenting

Secara tidak langsung, slow parenting sebenarnya ikut mendorong mindfulness. Di mana Mama perlu hadir dan penuh perhatian pada momen saat ini. Meski kelihatannya ideal, ini cukup menantang.

Mama perlu berlatih menikmati setiap momen sehingga bisa merasakan manfaat dari pola asuh ini. Misalnya ketika anak makan dengan mindful, mengunyah makanannya perlahan dan menikmatinya. Di satu sisi Mama mungkin merasa senang tapi juga berharap mereka segera menyelesaikannya. Itu kenapa, pola asuh ini hanya akan berhasil kalau Mama tahu cara mematikan mode autopilot.

3. Berusaha Menjadi Pendengar yang Baik

Setiap anak butuh waktu yang berbeda-beda untuk mempelajari sesuatu. Ada yang relatif cepat, ada pula yang butuh waktu lebih lama.

Nah, untuk membantu anak memproses apa yang telah mereka pelajari, cobalah menjadi pendengar yang baik dan tidak judgmental. Hanya dengan begitu, Mama tahu kesulitan apa yang dihadapi anak dan bisa membantu mengarahkan mereka menemukan solusinya.

4. Tidak Memaksa Anak

Salah satu karakteristik utama dari pola asuh ini adalah dengan tidak memaksa anak. Misalnya, ketika Mama melihat anak kurang dalam pelajaran matematika dan berencana mendaftarkannya les aritmatika. Sementara si kecil tidak suka.

Nah, karena pola asuh ini mendorong orangtua untuk tidak memaksa anak, maka Mama perlu menemukan cara belajar lainnya supaya si kecil bisa tetap mengikuti pelajaran dengan baik tanpa harus membuatnya merasa terpaksa.

5. Jangan Membebani Anak

Memiliki anak yang berprestasi memang memberikan kebanggaan tersendiri. Namun, pola asuh ini melarang orangtua untuk membebani anak menjadi yang terbaik dalam segala hal. 

Sebaliknya orangtua perlu memberikan ruang agar anak bisa nyaman menjadi dirinya sendiri. Meski begitu, anak tetap perlu diberi pengertian bahwa mereka tidak bisa berbuat sesuka hati, tetap ada aturan dan batasan yang harus dihormati.

Nah, itu tadi adalah ulasan mengenai slow parenting. Salah satu tantangan terbesar dari pola asuh ini adalah bagian yang mengharuskan Mama untuk banyak bersabar dan siap ‘bosan’. 

Ngomongin soal bosan, Mamasewa punya solusinya. Mama hanya perlu merotasi atau menyewa aneka mainan di Mamasewa secara bergilir. Dengan begitu, si kecil bisa banyak bereksplorasi tanpa membuat Mama bosan karena harus menemaninya bermain mainan yang sama. 

Untuk melihat koleksi mainan yang ada, klik di sini dan segera buat pesanan Mama, ya! 

Tinggalkan Balasan