Mama pasti sudah sering mendengar istilah stunting, tetapi bagaimana dengan wasting? Meskipun sama-sama kondisi anak kekurangan gizi, tetapi ada perbedaan antara stunting dan wasting. Supaya lebih paham, simak penjelasannya di sini!

Apa Saja Perbedaan Stunting dan Wasting?

1. Berdasarkan Pengertiannya

Berdasarkan lama Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, stunting merupakan kondisi tinggi badan anak yang rendah, berdasarkan usia anak.

Ini terjadi karena gangguan tumbuh kembang akibat kekurangan gizi yang parah dan infeksi yang persisten, yang membuat anak menjadi pendek atau sangat pendek untuk seusianya.

Dokter spesialis anak dan pakar tumbuh kembang sosial, Prof. Dr. Dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), juga menyebut bahwa stunting bisa membuat anak memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, kemampuan fisik yang kurang, dan mudah sakit.

Sementara wasting adalah kondisi anak dengan berat badan yang menurun seiring waktu, yang membuat total berat badannya jauh di bawah standar kurva pertumbuhan.

Jika ciri utama anak stunting adalah bertubuh pendek, maka anak wasting bertubuh kurus.

Penyebabnya adalah tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi tubuh.

2. Berdasarkan Sifatnya

Ada perbedaan sifat antara stunting dan wasting. Stunting memiliki sifat kronis, yaitu berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, biasanya beberapa bulan atau lebih.

Seringnya, setelah anak melewati usia dua tahun barulah gejala stunting terlihat nyata. Karena proses terjadinya yang lama atau berulang-ulang inilah, anak stunting sulit kembali ke fase tumbuh kembang normal.

Bagaimana dengan wasting? Kondisi ini sifatnya akut, yang berarti terjadi secara cepat. Misalnya, saat anak terserang penyakit diare, berat badannya turun drastis, tetapi tinggi badannya tidak bermasalah.

Jadi, anak yang mengalami wasting sangat mungkin kembali ke berat badan normal jika ditangani secepatnya. Namun, jika penanganannya terlambat dan sudah berada pada kondisi severe wasting, maka akibatnya bisa fatal. Bahkan bisa menyebabkan kematian.

3. Berdasarkan Penyebabnya

Penyebab terjadinya stunting adalah kekurangan gizi dalam waktu yang lama, bahkan sejak dalam kandungan hingga 1.000 hari awal kehidupan anak.

Jadi, stunting disebabkan karena kebutuhan gizi Mama tidak terpenuhi saat kehamilan. Lalu, kebiasaan buruk itu dilanjutkan dengan pemberian makan bayi yang tidak tepat pada awal kehidupannya.

Sementara penyebab wasting adalah kekurangan gizi dari makanan yang dikonsumsi anak, alias gizi buruk.

Namun, penyebab lain gizi buruk adalah adanya infeksi penyakit tertentu. Misalnya, diare atau penyakit yang dapat mempengaruhi nafsu makan dan kemampuan tubuh menyerap nutrisi.

BACA JUGA: Anak Terlambat Bicara: Ciri, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

4. Berdasarkan Gejalanya

Gejala stunting biasanya mulai terlihat saat anak menginjak usia dua tahun. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, gejala utamanya adalah tubuh yang lebih pendek dibanding anak seusianya.

Selain itu, anak yang menderita stunting juga ditandai dengan pertumbuhan tulang yang tertunda sehingga wajahnya tampak lebih muda untuk anak seusianya.

Nah, sedikit berbeda dengan stunting, anak dengan wasting memiliki gejala seperti tubuh yang kurus atau memiliki berat badan yang rendah untuk seusianya.

Selain itu, kulit anak juga menjadi kering, lemak di bawah kulit berkurang, dan otot mengecil, serta rambutnya menipis. Jika sudah mencapai tahap lanjut, perut anak kemungkinan menjadi buncit dan memiliki imun yang rendah.

5. Berdasarkan Dampaknya

Stunting bisa menyebabkan gangguan metabolisme dan memengaruhi perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Akibatnya, anak mengalami kesulitan dalam menyerap pelajaran. Selain itu,  kekebalan tubuh anak juga menjadi rendah sehingga lebih mudah terkena penyakit. 

Sementara itu, anak dengan gizi buruk atau wasting lebih mudah mengalami infeksi karena kekebalan tubuhnya rendah. Perkembangan otak anak juga akan terdampak sehingga berisiko memiliki IQ atau tingkat kecerdasan rendah.

Pada jangka panjang, pertumbuhan anak juga bisa berhenti sebelum waktunya. UNICEF menyebut bahwa anak penderita wasting memiliki risiko kematian 12 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak gizi baik.

Hal ini dikarenakan sistem imunnya yang rendah sehingga membuat penyakit infeksi yang diderita menjadi lebih parah dan sulit disembuhkan sehingga dapat menyebabkan kematian.

Apa yang Bisa Mama Lakukan untuk Mencegahnya?

Stunting dan wasting harus dicegah sejak bayi dalam kandungan hingga usia dua tahun atau 1.000 hari pertama kehidupannya.

  • Memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia enam bulan dan dilanjutkan hingga anak berusia dua tahun
  • Melengkapi imunisasi sesuai usia anak
  • Memberikan MPASI saat bayi menginjak usia enam bulan atau bahkan sebelumnya jika kebutuhan nutrisi bayi sudah tidak dapat dipenuhi dengan ASI

WHO menganjurkan untuk memberikan MPASI yang mengandung kalori, serta zat gizi makro dan mikro yang dibutuhkan bayi. Selain itu, pastikan proses pembuatannya higienis.

Terakhir, pastikan menu MPASI yang diberikan sesuai dengan usia dan dalam frekuensi yang benar atau sesuaikan dengan keinginan lapar dan kenyang bayi.

Nah, itu tadu perbedaan stunting dan wasting yang harus Mama ketahui. Jadi, pastikan Mama memberikan ASI dan MPASI terbaik untuk anak agar mereka tumbuh sehat, ya.

Jika memerlukan peralatan seperti pompa ASI, food processor, hingga kursi makan bayi, sekarang semuanya bisa disewa di Mamasewa. Selain harga sewanya yang murah, wilayah pengiriman Mamasewa juga sangat luas. Mulai dari Jabodetabek, Cikarang, Karawang, hingga Bandung, Surabaya, dan Semarang.

Tinggalkan Balasan