Selain menyediakan makanan dan mengusahakan lingkungan yang sehat, salah satu cara melindungi anak dari penyakit berbahaya adalah dengan imunisasi. Namun, sayangnya, banyak informasi keliru beredar di masyarakat dan membuat sebagian orang tua ragu atau bahkan takut memberikan imunisasi pada anak-anaknya. Maka dari itu, di artikel ini Mamasewa akan membahas beberapa mitos dan fakta imunisasi supaya tidak ada lagi salah kaprah yang membahayakan kesehatan si kecil.

Mitos dan Fakta Seputar Imunisasi

Ada banyak informasi keliru tentang imunisasi yang beredar di masyarakat. Agar tidak salah kaprah, berikut 10 mitos populer seputar imunisasi beserta fakta ilmiahnya:

#1 Mitos: Imunisasi Bisa Menyebabkan Autisme

Mitos dan Fakta Imunisasi

Fakta: Sampai saat ini tidak ada bukti ilmiah yang valid dalam menunjukkan hubungan antara vaksin dan autisme. Terlebih vaksin yang digunakan dalam program imunisasi dipastikan telah melalui uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), lulus prakualifikasi World Health Organization (WHO), dan mendapatkan rekomendasi National Immunization Technical Advisory Groups (NITAG).

#2 Mitos: Imunisasi Mengandung Bahan Berbahaya

Fakta: Vaksin terdiri dari 2 komponen, yaitu komponen utama dan komponen tambahan. Komponen utamanya adalah antigen, yaitu bakteri/virus yang telah dilemahkan atau dimatikan untuk merangsang pembentukan antibodi dan mendukung imunitas.

Sementara, komponen tambahannya bisa berupa zat penstabil, antibiotik, ajuvan, dan bahan pengawet. Memang benar jika beberapa vaksin memang mengandung thimerosal—pengawet berbasis etilmerkuri, bukan metilmerkuri—dengan jumlah sangat kecil, tapi ini dipastikan tidak berbahaya bagi tubuh.

Baca Juga: Awas Penyalahgunaan Antibiotik: Bentuk dan Bahayanya bagi Anak

#3 Mitos: Imunisasi Bisa Melemahkan Sistem Kekebalan Tubuh

Fakta: Seperti yang sudah disebutkan, vaksin memang terbuat dari kuman yang sudah dilemahkan/dimatikan, tapi ini tidak berarti akan ikut melemahkan sistem kekebalan tubuh. Sebaliknya imunisasi mampu mendukung sistem kekebalan karena tubuh mampu mengenali dan melawan penyakit/infeksi lebih cepat.

#4 Mitos: Imunisasi Tidak Diperlukan Jika Anak Jarang Sakit

Fakta: Sistem kekebalan tubuh anak usia 0-2 tahun belum berkembang dengan sempurna, walaupun kondisinya sehat dan pertumbuhannya sesuai grafik. Namun, yang perlu dipahami, anak yang tampak sehat sekali pun tetap berisiko terinfeksi penyakit menular yang tidak bisa diprediksi kapan terjadinya. Padahal banyak penyakit bisa dicegah dengan vaksinasi.

#5 Mitos: Imunisasi Justru Menyebabkan Penyakit

Fakta: Ada kalanya, pemberian vaksin diikuti dengan efek simpang—atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)—seperti demam, nyeri, dan bengkak di sekitar area suntikan yang membuat anak jadi lebih rewel. Meski begitu, Mama tidak perlu terlalu khawatir karena ini normal dan akan membaik dengan sendirinya dalam  3-4 hari. 

Baca Juga: Immunity Debt: Penyebab Anak Gampang Sakit Setelah Pandemi Usai?

#6 Mitos: Imunisasi Hanya Perlu Sekali Seumur Hidup

Mitos dan Fakta Imunisasi

Fakta: Beberapa vaksin memerlukan dosis lanjutan atau kita kenal sebagai booster untuk mempertahankan dan meningkatkan perlindungannya. Contohnya adalah vaksin DPT yang diberikan 5 kali, yaitu:

  • Dosis 1 yang diberikan saat anak berusia 2 bulan
  • Dosis 2 yang diberikan saat anak berusia 3 atau 4 bulan
  • Dosis 3 yang diberikan saat anak berusia 4 atau 6 bulan
  • Booster 1 yang diberikan saat anak berusia 18 bulan
  • Booster 2 yang diberikan saat anak berusia 5-7 tahun

#7 Mitos: Kekebalan Tubuh Lebih Baik Dibangun Secara Alami

Faktanya: Banyak penyakit yang seringkali dianggap ringan tapi sesungguhnya bisa menyebabkan komplikasi kesehatan yang berat bahkan mematikan jika hanya dengan mengandalkan kekebalan tubuh alami. Selain itu, kekebalan alami tidak selalu memberikan perlindungan jangka panjang. Misalnya dalam kasus batuk rejan (pertusis).

#8 Mitos: Imunisasi Bisa Ditunda Sampai Anak Lebih Besar

Fakta: Menunda imunisasi justru berisiko membuat anak lebih rentan terhadap penyakit berbahaya pada usia dini. Jadi, sebaiknya imunisasi diberikan sesuai jadwal untuk memastikan anak terlindungi di saat mereka paling rentan terhadap komplikasi serius.

Lantas bagaimana jika anak terlambat imunisasi? Umumnya, dokter akan menyarankan imunisasi susulan. Namun, perlu dipahami bahwa tidak semua imunisasi susulan dapat langsung diberikan atau bahkan tidak bisa diberikan sama sekali.

Baca Juga: Apa Saja Perbedaan Stunting dan Wasting? Mama Wajib Tahu!

#9 Mitos: Imunisasi Tidak Penting karena Penyakit Itu Sudah Jarang Terjadi

Faktanya: Beberapa penyakit seperti COVID-19 dan polio memang sudah jarang ditemukan. Ini kemudian membuat banyak orang berpikir bahwa mereka tidak perlu diimunisasi. Padahal penyakit ini tidak hilang sepenuhnya. Jika imunisasi dihentikan, penyakit-penyakit berbahaya yang mestinya bisa dicegah oleh vaksin, bisa muncul kembali dan menyebabkan wabah lagi.

#10 Mitos: Imunisasi Hanya Menguntungkan Perusahaan Farmasi

Mitos dan Fakta Imunisasi

Fakta: Vaksinasi adalah salah satu intervensi kesehatan yang paling cost-effective. Biayanya jauh lebih murah dibandingkan biaya pengobatan dan perawatan jika anak terkena penyakit yang seharusnya bisa dicegah. Terlepas dari keuntungan yang didapatkan perusahaan farmasi, tujuan utama imunisasi adalah melindungi kesehatan masyarakat.

#11 Mitos: Bayi yang Minum ASI Tidak Perlu Imunisasi

Fakta: ASI memang mengandung semua nutrisi baik yang dibutuhkan si kecil, termasuk antibodi yang dapat membantu melindungi bayi dari beberapa infeksi. Namun, perlindungan ini bersifat sementara dan tidak spesifik sehingga imunisasi tetap diperlukan untuk memberikan perlindungan jangka panjang pada anak-anak.

#12 Mitos: Jika Anak-anak Lain Sudah Divaksin, Anak Saya Tidak Perlu Ikut

Fakta: Ini adalah kesalahan berpikir yang bisa membahayakan masyarakat. Konsep herd immunity bisa bekerja jika sebagian besar populasinya telah mendapatkan vaksin. Namun, jika terlalu banyak orang menolak imunisasi karena berpikir demikian, perlindungan kolektif akan melemah dan ini bisa meningkatkan risiko penyebaran penyakit.

Baca Juga: Virus HMPV Masuk Indonesia, Akankah Mengulang COVID-19?

#13. Mitos: Vaksin Buatan Luar Negeri Tidak Cocok untuk Anak Indonesia

Fakta: Vaksin yang digunakan di Indonesia sudah diuji dan disetujui oleh BPOM dan WHO. Lagipula, sebenarnya banyak juga vaksin yang diproduksi oleh perusahaan dalam negeri yang sudah berstandar internasional.

#14 Mitos: Vaksin Tidak Efektif karena Anak Masih Bisa Tertular

Fakta: Memang benar bahwa vaksin tidak bisa memastikan 100% anak tidak akan tertular penyakit tertentu. Namun, perlu diketahui bahwa vaksin bisa mengurangi angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat suatu penyakit. Sederhananya, ini bisa mengurangi gejalanya jika anak tertular penyakit tersebut.

#15 Mitos: Anak yang Sudah Pernah Sakit Tidak Perlu Diimunisasi

Fakta: Beberapa penyakit memang memberikan kekebalan alami setelah sembuh. Namun tingkat kekebalannya bisa bervariasi dan tidak selalu kuat. Oleh karena itu, imunisasi tetap diperlukan untuk memberikan perlindungan yang optimal dan lebih aman daripada harus sakit terlebih dahulu.

Baca Juga: 5 Manfaat Memiliki Asuransi Kesehatan Swasta, Tak Cukup Hanya BPJS Kesehatan

Mengapa Orang Tua Perlu Bijak dalam Menyikapi Mitos?

Sebagai orang tua, kita tentu ingin memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil untuk anak didasarkan pada informasi yang benar. Sayangnya, banyak mitos tentang imunisasi yang beredar luas, terutama di media sosial, membuat kita ragu untuk memberikan vaksin pada anak. Berikut ini adalah alasan kenapa Mama harus bijak menyikapinya.

1. Banyak Mitos Justru Membahayakan Kesehatan Anak

Mitos yang salah dan tidak bisa dibuktikan justru bisa menghilangkan kesempatan anak untuk terlindung dari berbagai penyakit berbahaya yang bisa menyebabkan komplikasi serius—bahkan kematian.

2. Hoaks Bisa Melemahkan Herd Immunity

Herd immunity atau kekebalan kolektif adalah kondisi ketika sebagian besar populasi telah memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit menular sehingga penyebaran penyakit tersebut bisa diperlambat atau bahkan dihentikan.

Namun, jika banyak orang menolak imunisasi karena percaya mitos, tingkat cakupan vaksinasinya bisa menurun. Akibatnya, herd immunity melemah dan penyakit yang seharusnya sudah terkendali bisa kembali mewabah. Lalu membahayakan kelompok rentan yang tidak bisa mendapatkan vaksin, seperti bayi baru lahir, anak dengan kondisi medis tertentu (kanker, autoimun, dsb), dan lansia.

Baca Juga: 7 Mitos yang Menyusahkan Ibu, Pernah Terjebak, Mam?

3. Tidak Semua Sumber di Internet Dapat Dipercaya

Banyak artikel, video, atau postingan di media sosial yang menyebarkan berita tidak benar tanpa dasar ilmiah. Bahkan banyak di antaranya dibuat oleh orang yang tidak memiliki latar belakang medis sama sekali. Sebagai orang tua, penting untuk selalu mencari informasi dari sumber yang kredibel seperti IDAI, WHO, CDC, atau dokter anak yang terpercaya.

Sampai sini Mama tahu jika mitos dan fakta imunisasi bisa jadi sangat tipis. Namun, sekarang Mama paham bahwa imunisasi adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi anak dari berbagai penyakit berbahaya bukan? Maka dari itu, pastikan si kecil mendapatkan imunisasi sesuai jadwal agar tumbuh sehat, kuat, dan terlindungi dari penyakit yang bisa dicegah.

Selain itu, supaya rumah tetap bersih dan udaranya sehat, Mama bisa menyewa air purifier yang ada di Mamasewa. Mama juga bisa mendapatkan perlatan kesehatan lain yang mungkin Mama butuhkan. Cek koleksi selengkapnya yuk, Mam!

Tinggalkan Balasan