Mengasuh anak adalah pekerjaan besar dan setiap orangtua memiliki pendekatan yang berbeda untuk melakukannya. Seperti free range parents yang memberi otonomi penuh pada anak untuk mengambil keputusan. Meski tujuannya mulia, tetap saja gaya pengasuhan ini menuai kritik pedas. Namun, sebelum memutuskan, mari pelajari dulu apa itu free range parenting, ciri, kekurangan dan kelebihan, serta tips menerapkannya!

Apa Itu Free Range Parenting?

free range parenting

Free range parenting adalah gaya pengasuhan yang menekankan pada otonomi dan kemandirian anak. Pendekatan ini mendorong anak untuk bereksplorasi dan belajar secara mandiri.

Metode ini memberi lebih banyak kebebasan pada anak untuk membuat keputusan, menjelajahi lingkungannya, mengambil risiko, serta memahami konsekuensi tindakannya.

Istilah free range parenting sendiri diperkenalkan oleh Lenore Skenanzy pada 2008 dalam artikel berjudul “Why I Let My 9-Year-Old Ride the Subway Alone.”

Kisah itu kemudian mendapat perhatian media. Banyak yang salut dengan keberanian Skenanzy membiarkan putranya bepergian seorang diri, tapi tak sedikit juga yang mengkritisinya.

Namun, Skenanzy menjelaskan bahwa sebelum “melepaskan” putranya, dia memastikan putranya bisa membaca peta kereta bawah tanah dan memberikan uang yang diperlukan. Skenanzy justru mendorong para orangtua untuk berhenti menjadi helicopter parents.

Ciri-ciri Free Range Parents

Meski kesannya sembrono, free range parents sebenarnya tetap memberikan pengawasan yang diperlukan sebagaimana yang dijelaskan dalam laman Very Well Family. Berikut ini adalah ciri-ciri free range parents lainnya:

  1. Memberikan keleluasaan bagi anak untuk beraktivitas tanpa ada jadwal yang mengikatnya.
  2. Mendorong anak untuk banyak beraktivitas dan bermain dengan di luar rumah.
  3. Memberikan anak kebebasan untuk memilih sehingga mereka bisa mencoba hal-hal baru dan mengatasi kesulitannya sendiri.
  4. Pola asuh ini tidak untuk overparents yang selalu mengkhawatirkan atau mencemaskan keselamatan anaknya.

Baca Juga: Snowplow Parenting: Ciri-ciri, Dampak, dan Cara Menghindarinya

Pro dan Kontra Free Range Parenting

Sejak pertama kali mendapat sorotan media sampai hari ini, free range parenting masih menuai perdebatan.

Mereka yang pro setuju bahwa anak perlu diberi kebebasan untuk menentukan hidupnya. Sementara yang kontra melihatnya sebagai tindakan gegabah karena bisa mengancam keselamatan anak. Berikut uraian selengkapnya.

Kenapa Mendukung Free Range Parents?

  1. Karena peluang untuk belajar dan bereksplorasi secara mandiri bisa menciptakan kepercayaan diri dan kemandirian.
  2. Mendorong anak punya banyak akal dan mampu mengurus diri serta masalahnya sendiri.
  3. Mendorong keingintahuan dan kecintaan untuk belajar karena anak diberi kesempatan untuk belajar hal-hal baru.
  4. Membangun ketahanan mental (resiliensi) dan mengembangkan keterampilan mengatasi masalah dengan baik.
  5. Meningkatkan keterampilan sosial secara alami karena mereka paham tidak bisa selalu mengandalkan orangtuanya setiap waktu.

Kenapa Menolak Free Range Parenting?

  1. Kekhawatiran terhadap risiko kecelakaan dan kejahatan anak yang bisa membahayakan keamanan dan keselamatan anak.
  2. Berhadapan dengan intervensi hukum dengan dugaan pengabaian karena membiarkan anak-anak “berkeliaran” tanpa pengawasan di tempat umum.
  3. Membuat anak kurang mendapatkan arahan atau bantuan ketika mereka membutuhkannya.

Tips Menerapkan Free Range Parenting

free range parenting

Setelah mengetahui dampaknya, Mama mungkin tertarik mengadopsi pola pengasuhan ini. Namun, karena risikonya tak bisa diabaikan, masih ada rasa was-was dalam hati. Maka, beberapa tips ini bisa Mama terapkan kalau ingin menerapkannya.

  1. Mengajari anak cara menilai dan mengelola risiko serta memberi mereka alat dan sumber daya yang diperlukan agar tetap aman.
  2. Tetapkan aturan dasar supaya anak tetap mengerti batasan dari tindakan yang mereka lakukan dan tidak sampai merugikan atau membahayakan dirinya dan orang lain.
  3. Persiapkan anak untuk tantangan dan bahaya yang mungkin akan mereka hadapi, termasuk aturan mengenai stranger danger dan family safety code.
  4. Biasakan anak memecahkan masalah dan menyelesaikan tugas sampai tuntas.
  5. Atasi rasa cemas dan mulai biasakan diri dengan mengatasi pertanyaan “bagaimana kalau?” yang muncul di pikiran.

Pola asuh free range parenting memang tidak nol risiko sehingga keputusan untuk menerapkannya atau tidak memang sangat subjektif. Tergantung pada nilai, keyakinan, dan kondisi masing-masing keluarga.

Namun, kalau Mamasewa disebut sebagai solusi cerdas untuk ibu pintar, pasti semua auto setuju kan? Selain banyak pilihan produk berkualitas, harga sewanya ramah banget di kantong. Tak cuma itu, kebersihannya pun terjamin sehingga Mama tak perlu khawatir lagi. Yuk, buruan cek koleksi selengkapnya di www.mamasewa.com

Tinggalkan Balasan