Seperti namanya, elephant parenting terinspirasi dari pola asuh induk gajah dalam mengasuh dan menjaga anaknya. Ciri khas gaya parenting yang satu ini adalah mengutamakan kondisi emosional anak dibanding prestasi lainnya. Mau tahu informasi selengkapnya? Yuk, simak artikel ini sampai tuntas!

Apa Itu Elephant Parenting?

elephant parenting
Sumber: Pexels

Istilah elephant parenting pertama kali diperkenalkan oleh blogger asal Amerika Serikat bernama Priyanka Sharma-Sindhar pada tahun 2014. Ia terinspirasi dari induk gajah yang penyayang dan protektif. Itu kenapa teknik parenting ini banyak menitikberatkan pada pendekatan yang lembut dan penuh kasih sayang.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, berbagai penelitian tentang elephant parenting banyak dilakukan. Hasilnya, anak-anak yang diasuh dengan gaya parenting ini memiliki kecerdasan emosional dan kesehatan mental yang lebih baik.

Elephant parenting juga memiliki penekanan signifikan pada pemberian ruang bagi anak-anak untuk mengekspresikan perasaan dan kebutuhan mereka — daripada mencapai keberhasilan akademis. Dampaknya, anak merasa aman dan lebih yakin dengan dirinya.

Gaya pengasuhan ini sangat cocok bagi orangtua yang ingin membangun hubungan emosional yang kuat dengan anak-anaknya, juga keluarga dengan anak-anak neurodivergent — mereka yang memiliki cara kerja otak yang berbeda dari orang pada umumnya.

Kelebihan Elephant Parenting

Sumber: Pexels

Gaya pengasuhan yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan emosional ini memiliki kelebihan dibanding gaya pengasuhan lainnya. Berikut adalah beberapa di antaranya.

1. Kematangan Emosional

Anak-anak yang kebutuhan emosionalnya terpenuhi cenderung memiliki kematangan emosional yang baik. Pada gilirannya, mereka mampu mengembangkan hubungan yang sehat ketika dewasa juga.

2. Perilaku Prososial

Anak-anak yang diasuh dengan penuh kasih sayang di awal kehidupannya terbukti memiliki kecenderungan untuk prososial. Mereka banyak melakukan perbuatan baik dan memiliki empati pada sesama. Hal ini pun dikonfirmasi oleh sebuah penelitian dari Cambridge University yang menemukan bahwa anak yang dibesarkan oleh nilai-nilai kebaikan akan tumbuh sebagai pribadi yang suka menolong, murah hati, dan dermawan.

3. Peningkatan Kesehatan Mental

Masih dari penelitian yang sama, anak-anak yang tumbuh dengan koneksi emosi yang hangat dan penuh kasih sayang dari orangtuanya cenderung memiliki risiko kesehatan mental yang lebih rendah.

4. Resilien

Kehidupan rumah tangga yang suportif, stabil, dan penuh kasih sayang membantu anak tumbuh sebagai pribadi yang tangguh dan resilien. Mereka mampu mengatasi stres dan kesulitan dengan cara-cara yang sehat, ditambah dengan dukungan emosional yang diberikan orangtuanya.

5. Bangga Menjadi Diri Sendiri

Anak-anak yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan tumbuh sebagai anak yang nyaman menjadi dirinya sendiri. Mereka tidak akan merasa insecure karena kekurangan yang dimiliki. Sebaliknya, mereka mampu mengandalkan kelebihannya untuk mengatasi segala tantangan.

BACA JUGA: JELLYFISH PARENTING: KEKURANGAN, KELEBIHAN, DAN CARA MENERAPKANNYA

Kesalahan yang Harus Dihindari dalam Elephant Parenting

Sumber: Pexels

Setelah membaca ulasan di atas, Mama mungkin berpikir bahwa elephant parenting adalah gaya pengasuhan terbaik. Namun, Mama tetap perlu berhati-hati karena ada beberapa “jebakan” yang harus Mama hindari. Berikut penjelasannya.

1. Haus Validasi  

Elephant parents cenderung memvalidasi setiap emosi anak. Namun, kalau tidak dikelola dengan baik mereka bisa tumbuh sebagai pribadi yang haus validasi. Haus validasi sendiri adalah kondisi dimana seseorang selalu membutuhkan pengakuan atau pujian dari orang lain demi mendapatkan kepuasan diri. 

2. Terlalu Bergantung pada Orangtuanya

Dalam beberapa kasus, elephant parenting membuat para orangtua terlalu melindungi anak-anaknya. Ketergantungan ini bisa membuat anak kesulitan menangani masalah, mengembangkan identitas, dan membuat keputusan sendiri.

3. Potensi Helicopter Parenting

Batas antara terlibat dan terlalu terlibat sangatlah tipis. Kalau Anda tidak berhati-hati dalam mengadopsi pola asuh ini, Anda berpotensi mengembangkan pola asuh helikopter alias helicopter parenting.

4. Membatasi Kemandirian Anak

Selain melindungi anak dari potensi bahaya, pola asuh gajah ternyata juga berpotensi membuat Mama terlalu membatasi kemandirian anak. Padahal orangtua tidak hanya perlu membuat anak aman secara emosional, tapi mereka juga harus berdaya. Oleh karena itu, imbangilah pola asuh ini dengan mengajarkan bounce back ability.

5. Melindungi Anak dari Emosi yang Sulit

Membantu anak mengidentifikasi dan mengutarakan emosi mereka adalah nilai utama dalam elephant parenting. Namun, jangan lupa bahwa anak-anak meniru perilaku yang mereka lihat dari orang dewasa di sekitar mereka. Maka dari itu, Mama perlu mengungkapkan perasaan dengan tepat sehingga anak bisa mengenal bahwa sejatinya emosi negatif itu ada — dan itu normal.

Mam, itulah informasi seputar elephant parenting. Terus pantau blog Mamasewa dan dapatkan informasi terkini seputar dunia parenting. Tak cuma itu, Mama uga bisa menemukan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan si kecil di setiap tahapan usianya. Cek di sini untuk melihat koleksi selengkapnya!

Tinggalkan Balasan