Banyak orang tua tanpa sadar melakukan overparenting karena ingin memberikan yang terbaik untuk anak. Namun, gaya pengasuhan ini justru menghambat banyak keterampilan hidup yang mestinya dikuasai oleh anak-anak. Akibatnya, anak tidak terbiasa menghadapi tantangan dan menjadi kurang mandiri. Oleh sebab itu, artikel ini akan membahas dampak overparenting terhadap perkembangan anak serta cara menghindarinya.

Apa Itu Overparenting?

Dampak Overparenting

Overparenting adalah pola asuh yang terlalu protektif dan cenderung mengontrol setiap aspek kehidupan anak sehingga menghambat kemandirian mereka.

Istilah ini mulai dikenal luas dalam dunia psikologi perkembangan dan pendidikan, sejak psikolog Jim Fay dan Foster Cline mengenalkan teori helicopter parenting untuk menggambarkan orang tua yang terus “melayang” di sekitar anaknya dan mengawasi segala hal.

Orang tua yang melakukan overparenting biasanya tidak menyadari bahwa tindakan mereka dapat berdampak negatif bagi anak. Mereka sering merasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah bentuk kasih sayang yang benar. Padahal, pola asuh seperti ini justru dapat membuat anak kesulitan mengembangkan keterampilan penting, seperti pemecahan masalah, tanggung jawab, dan kemandirian.

Beberapa ciri utama overparenting, yaitu:

  • Terlalu protektif dan tidak membiarkan anak menghadapi risiko atau kesulitan.
  • Terlalu sering membantu anak bahkan untuk tugas-tugas yang sebenarnya bisa diselesaikan sendiri.
  • Sering mengambil keputusan untuk anak dan tidak memberikan kesempatan pada anak untuk memilih atau berpikir sendiri.
  • Mengontrol semua aspek kehidupan anak, baik dalam hal pergaulan, kegiatan sekolah, hingga hobi yang boleh mereka jalani.
  • Memanjakan anak secara berlebihan dan tidak membiarkan anak menghadapi konsekuensi dari perbuatannya.
  • Menuntut kesempurnaan dan tidak memberi ruang bagi anak untuk gagal dan belajar dari kesalahannya.

Baca Juga: 10 Dampak Helicopter Parenting pada Anak, Awas Ganggu Perkembangannya!

Dampak Overparenting yang Harus Diwaspadai

Setulus apa pun niatnya, segala sesuatu yang berlebihan hasilnya tidak akan pernah baik. Termasuk dalam mencurahkan kasih sayang pada anak. Berikut ini adalah dampak overparenting yang harus diwaspadai.

1. Anak Menjadi Kurang Kreatif

Overparenting dapat membatasi kesempatan anak untuk berpikir out-of-the-box karena orang tua cenderung mengarahkan dan mengontrol setiap aktivitasnya. Akibatnya, anak tidak terbiasa menemukan solusi kreatif atau mengeksplorasi ide-ide baru secara mandiri.

2. Kesulitan dalam Mengambil Keputusan

Anak yang selalu diarahkan oleh orang tua dalam setiap keputusan kecil sekalipun mungkin akan kesulitan membuat keputusan sendiri di masa depan. Mereka cenderung ragu dan takut membuat pilihan tanpa bimbingan orang tua.

3. Menghambat Anak Menguasai Keterampilan Hidup

Orang tua yang selalu campur tangan membuat anak tidak memiliki kesempatan untuk belajar keterampilan hidup dasar, seperti mengelola waktu, mengatur keuangan, mengatasi stres, atau menyelesaikan konflik. Hal ini dapat menghambat kemandirian mereka saat dewasa.

4. Meningkatnya Ketergantungan pada Orang Tua

Dampak Overparenting

Overparenting membuat anak terlalu bergantung pada orang tua untuk segala hal, mulai dari tugas sekolah hingga masalah sosial. Ketergantungan ini dapat berlanjut hingga dewasa, membuat mereka sulit berfungsi secara mandiri.

Baca Juga: 10 Practical Life Skills yang Harus Dikuasai Anak

5. Resiko Mengembangkan Perilaku Narsistik

Anak yang selalu diprioritaskan dan dilindungi secara berlebihan mungkin tumbuh dengan perasaan bahwa mereka lebih penting daripada orang lain. Tak menutup kemungkinan bahwa ini bisa mengembangkan perilaku narsistik.

6. Menghambat Keterampilan Sosial

Anak yang dibesarkan dengan overparenting juga berisiko kesulitan membangun hubungan yang sehat dengan teman sebayanya. Mereka mungkin menjadi terlalu kritis, kurang empati, bahkan tidak toleran terhadap perbedaan..

7. Membuat Anak Sulit Menghadapi Kegagalan

Karena selalu dilindungi dari situasi sulit atau kegagalan, anak tidak belajar bagaimana cara menghadapi dan bangkit dari kegagalan. Ini dapat menyebabkan mereka mudah menyerah atau mengalami kesulitan emosional saat menghadapi tantangan.  Membuat anak tidak resilien.

Baca Juga: Pentingnya Mengenalkan Kerja Keras pada Anak dan Bagaimana Caranya

Cara Menghindari Overparenting

Dengan memahami dampaknya, Anda bisa menghindari overparenting dan menjadi orang tua yang lebih “seimbang” dengan menerapkan cara-cara berikut ini. 

1. Berikan Anak Kesempatan untuk Mengambil Keputusan

Izinkan anak membuat pilihan sesuai usianya, seperti memilih baju sendiri atau menentukan aktivitas akhir pekan. Ini membantu mereka belajar berpikir mandiri dan memahami konsekuensi dari keputusan mereka.

2. Biarkan Anak Menghadapi Tantangan dan Kegagalan

Dampak Overparenting

Jangan langsung turun tangan setiap kali anak mengalami kesulitan. Biarkan mereka mencoba menyelesaikan masalah sendiri terlebih dahulu. Jika mereka gagal, ajak diskusi untuk mencari solusi, bukan langsung menyelesaikan masalahnya.

Baca Juga: Snowplow Parenting: Ciri-ciri, Dampak, dan Cara Menghindarinya

3. Fokus pada Proses Bukan Hanya Hasil

Daripada hanya menghargai pencapaian atau prestasi anak, berikan apresiasi atas usaha yang mereka lakukan. Hal ini membantu mereka memahami bahwa kerja keras dan ketekunan lebih penting daripada hasil instan.

4. Jadilah Pendukung, Bukan Pengontrol

Dampak Overparenting

Dukung anak dalam mengeksplorasi minat dan bakatnya tanpa terlalu mengatur. Berikan bimbingan saat dibutuhkan tetapi tetap biarkan mereka belajar dari pengalaman dan mengambil tanggung jawab atas pilihannya sendiri.

5. Bangun Kemandirian Secara Bertahap

Ajarkan anak keterampilan hidup sesuai usia, seperti merapikan tempat tidur, membantu memasak, atau mengatur jadwal sendiri. Dengan begitu, mereka terbiasa mengurus diri sendiri dan tidak selalu bergantung pada orang tua.

Baca Juga: 13 Manfaat Tugas Rumah untuk Anak, Jangan Abaikan!

Sekian informasi mengenai dampak overparenting serta cara menghindarinya. Untuk membiasakan anak mandiri dan berpikir kreatif, Mama juga bisa menstimulasinya dengan beragam mainan yang bisa Mama temukan di Mamasewa. Tentu saja ini perlu didukung dengan gaya parenting yang positif dan seimbang ya, Mam! 

Tinggalkan Balasan