Percaya atau tidak, berbagi merupakan suatu konsep yang dirasa asing bagi kebanyakan balita. Inilah sebabnya Mama perlu segera mencari tahu cara mengajarkan anak untuk berbagi.
Coba Mama bayangkan bagaimana si kecil saat tumbuh dewasa nanti, bilamana pola pikir ‘milikku’ masih merajai dirinya. Melansir laman Today’s Parent, anak berumur 2 tahun memiliki konsep pemikiran “berbagi = mengambil barang milik orang lain” yang kuat. Jika pada usia 4 tahun — masa bertumbuhnya rasa empati — mereka belum memahami hakikat berbagi, ada kemungkinan mereka tumbuh menjadi pribadi yang egois.
Maka itu, Mam, gunakanlah masa kecil sang buah hati sebaik mungkin. Kenali situasi dan tempatkan harapan sesuai kondisi si kecil. Teruslah mengajarkan si kecil cara berbagi dengan orang lain, sampai mengakar kuat menjadi karakter dan nilai hidup mereka, bukan sekadar melakukannya karena takut mendapatkan teguran dari Papa Mama.
Berikut beberapa cara mengajarkan anak untuk berbagai yang bisa Mama lakukan di rumah. Simak baik-baik, ya!
1. Ajarkan Konsep Egois Terlebih Dahulu Sebelum Memutuskan untuk Mengajarinya Tentang Berbagi
“Lho, kok mengajarkan konsep keegoisan terlebih dahulu?” Mungkin beberapa di antara Mama ada yang bertanya-tanya. Heran dan takut bercampur satu sekaligus.
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan mendidik anak untuk menjadi pribadi yang egois dulu, lho, Mam. Justru ini langkah yang bagus. Karena, pada kenyataannya kata pertama yang dikeluarkan oleh si kecil adalah “milikku”.
Anak yang sedang dalam masa pertumbuhannya mengembangkan keterikatan emosional pada benda dan orang-orang. Pembentukan keterikatan ini sangatlah penting untuk menjadikan si kecil sebagai orang yang sehat secara emosional.
Selain itu, kepemilikan atas mainan juga menjadi identitas mereka. Dengan mengetahui seberapa pentingnya mainan bagi anak, mereka akan tahu kapan bisa meminjamkannya kepada anak lain. Mama pun bisa lebih efektif dalam meyakinkan mereka untuk berbagi mainannya.
2. Tidak Menghukumnya Ketika Memutuskan Tidak Berbagi adalah Cara Efektif dalam Mengajarkan Anak untuk Berbagi?
Mungkin memalukan melihat anak Mama merebut boneka teddy bear miliknya dari temannya, bahkan memutuskan tidak meminjamkan mainan itu lagi ke temannya. Nah, saat seperti ini, sebaiknya Mama tidak melabeli dirinya sebagai anak egois, karena bisa saja dia menangkap pesan berbagi sebagai sesuatu yang buruk.
Alih-alih menyadari perbuatannya, mereka malah merasa malu dan defensif. Ini pun membuat dirinya kesulitan atau takut mempelajari hal-hal baru. Jadi, cobalah untuk memberi anak Mama kelonggaran, dan akui kalau dia mungkin tidak bermaksud jahat atau kasar dengan menolak untuk berbagi.
Perlu Mama ingat bahwa wajar jika anak Mama ingin menyimpan beberapa barang untuk dirinya sendiri, itu artinya ia sedang mengembangkan pemahaman tentang rasa memiliki sesuatu. Yakinlah bahwa saat dia dewasa, dia akan belajar betapa menyenangkannya berbagi ketimbang bermain sendiri.
3. Tekankan kepada si kecil Kalau Berbagi Bukan Sekadar Memberi Hadiah
Berbagi bukan hanya tentang memberi hadiah, entah meminjamkan ataupun menghadiahkan boneka untuk teman. Mama juga perlu menekankan kepada si kecil kalau menggunakan jatah giliran secara adil tergolong sebagai perbuatan berbagi.
Berilah contoh dan dorong si kecil untuk melakukan semua perbuatan berbagi. Baik itu membuat sup untuk diberikan ke tetangga yang sedang sakit ataupun mengantre di toko kelontong. Yang jelas, biarkan si kecil melihat bagaimana Mama melakukan perbuatan berbagi sambil menyebutkan kata “berbagi” kepadanya.
4. Cara Mengajarkan Anak untuk Berbagi Lainnya? Menggunakan Timer!
Gunakan metode waktu pemakaian apabila terjadi pertengkaran antara si kecil dengan temannya dalam memperebutkan hak mainannya. Biarkan anak-anak mengambil nomor undian untuk mendapatkan jatah giliran memainkan mainannya. Kemudian atur waktu dua menit pada timer. Ketika berbunyi, maka mainan itu pergi ke anak kedua. Dan begitu seterusnya.
Jika metode ini tidak berhasil, batasilah hak mainan si kecil. Letakkan mainan di atas rak dan jelaskan bahwa mainan itu tetap di sana sampai mereka belajar membagikannya. Ia mungkin merajuk untuk sementara waktu karena mainannya tidak digunakan, tetapi cepat atau lambat kesadarannya muncul bahwa lebih baik berbagi daripada kehilangan mainan sepenuhnya.
5. Mengajarkan Konsep Keterbatasan dalam Memiliki Sesuatu
Jika anak Mama kesulitan membagikan mainannya dengan teman-temannya, cobalah rutin mendatangkan mainan sewaan pada si kecil. Tentu si kecil tidak akan menolak mainan yang baru bagi mereka.
Berbagai mainan di Mamasewa bisa jadi pilihan terbaik Mama. Ada sepeda motor, pistol mainan, keyboard, dan wahana lainnya yang bisa Mama pilihkan pada si kecil. Selain menumbuhkan rasa empati mereka, Mama pun bisa tetap cerdas dalam mengelola keuangan keluarga.
Dengan menyewa mainan, anak Mama akan menyadari betapa terbatas haknya dalam memiliki sesuatu. Apalagi jika Mama menekankan larangan merusak atau mengotori mainan sewaan, barang tentu si kecil akan memahami konsep berbagi “barang bagus” dengan pihak penyewa. Jelas si kecil akan tumbuh menjadi pribadi yang jujur, tidak egois, dan mengedepankan keadilan.
Itulah beberapa cara mengajarkan anak untuk berbagi. Masa kanak-kanak merupakan masa terbaik dalam menumbuhkembangkan rasa empati si kecil. Demikianlah Mama perlu mengajarkannya cara berbagi agar ia tumbuh menjadi individu yang ramah bersahabat terhadap orang lain.