Sejak beberapa waktu lalu, pemerintah menghimbau masyarakat untuk waspada terhadap megathrust. Oleh karena itu, ada baiknya kalau Mama mulai ajarkan anak hadapi bencana. Mengingat selama ini kebanyakan korban meninggal dari bencana alam adalah anak-anak. 

Apa Itu Megathrust? 

Kalau Mama masih belum familiar dengan isu ini, megathrust adalah gempa bumi berkekuatan dahsyat akibat lempeng tektonik yang saling bertabrakan. 

Megathrust pun berpotensi menyebabkan ancaman sekunder yang tak kalah mengerikan. Sebut saja tsunami, longsor, kebakaran, hingga likuifaksi. 

Nah, mengingat Indonesia berada di jalur cincin api dengan aktivitas seismik yang tinggi, peringatan ini sebaiknya tak diabaikan. Caranya dengan melakukan persiapan seperti yang akan dijelaskan dalam artikel ini.

7 Cara Ajarkan Anak Hadapi Bencana

Musibah, hari sial, dan bencana alam adalah sesuatu yang terjadi di luar kontrol kita sebagai manusia. Namun, sebagai orangtua, Mama perlu tahu cara ajarkan anak hadapi bencana supaya mereka lebih well prepared ketika mengalami musibah maupun kejadian mengerikan dan traumatis, seperti megathrust. Berikut tipsnya.

1. Kenalkan Anak tentang Tanda Bahaya

Ajarkan Anak Hadapi Bencana

Hal pertama yang perlu Mama lakukan adalah mengenalkan tanda bahaya dan rambu-rambu bencana.

Contoh tanda bahaya misalnya adalah detektor asap yang menyala, suara sirine, atau guncangan akibat gempa.

Sementara contoh rambu-rambu bencana biasanya berupa ilustrasi gambar, seperti kawasan rawan longsor, kawasan rawan banjir, atau titik kumpul.

2. Beritahu Apa yang Harus Dilakukan

Nah, selain mengenalkan tanda bahaya dan rambu-rambu bencana, pastikan Mama juga memberi tahu apa yang harus mereka lakukan saat berada di situasi itu. Misalnya:

  • Saat berada di dalam ruangan. Tidak langsung berlari ke luar dan segera berlindung di bawah meja tau tempat yang aman saat terjadi gempa. Setelah aman baru mereka bisa segera keluar.
  • Saat berada di luar ruangan. Berlari ke area yang lapang untuk menghindari tiang listrik, pohon atau bangunan yang berisiko runtuh. Perhatikan pula potensi retakan tanag.
  • Saat berada dalam kendaraan. Segera keluar kendaraan dan menjauh.
  • Jika berada di daerah pantai. Secepatnya pergi meninggalkan lokasi dan bergerak ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari bahaya tsunami.
  • Jika berada di daerah pegunungan. Hindari tebing atau lereng yang berpotensi longsor.

3. Kenali Risiko di Daerah Anda

Nah, terkait dengan megathrust, hal lain yang perlu Mama lakukan adalah mengenali risiko daerah tempat Anda berada.

Apakah daerah tersebut termasuk daerah rawan gempa dan tsunami. Kalau iya, pastikan Mama dan keluarga tahu dimana lokasi titik kumpul dan jalur evakuasi terdekat.

4. Lakukan Persiapan

Sebelum hal buruk terjadi, Mama bisa membuat persiapan untuk memitigasi risiko bencana. Caranya dengan menyiapkan tas khusus berisi barang-barang penting secukupnya.

Misalnya pakaian, makanan, obat-obatan, uang tunai, atau surat berharga. Tempatkan tas ini di dekat jalur keluar sehingga bisa dibawa lari sewaktu-waktu.

5. Bicara Jujur Tentang Apa yang Terjadi

Ajarkan Anak Hadapi Bencana

Kemudian, bagaimana kalau bencana ini benar-benar menimpa keluarga Mama? 

Para ahli sepakat bahwa orang dewasa harus jujur soal kondisi yang sedang terjadi pada anak-anak. Bagaimana pun anak-anak perlu diberi pengertian dan informasi lain yang mereka butuhkan.

Menyembunyikan situasi hanya akan membuat anak merasa semakin cemas dan clueless. Sementara, mereka pasti menyadari bahwa kondisi di sekitarnya sedang tidak baik-baik saja.

6. Ajarkan Anak Hadapi Bencana dengan Tetap Tenang

Meskipun situasinya cukup mencekam, dorong anak untuk tetap tenang. Dan cara terbaiknya adalah dengan memberikan contoh.

Memang ini tak mudah, tapi coba Mama bayangkan. Bagaimana anak-anak bisa tenang kalau orangtuanya histeris dan berteriak.

Maka dari itu, hal pertama yang perlu Mama lakukan adalah menenangkan dan menguasai diri sendiri. Lalu sampaikan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

7. Dorong Anak untuk Mencari Bantuan

Ketika bencana tiba, kita tidak pernah tahu apakah seluruh anggota keluarga bisa selamat. Maka dari itu, sampaikan pada anak untuk mencari bantuan kalau saja hal buruk menimpa keluarganya.

Mungkin ini terlalu menakutkan untuk dibayangkan, tapi mereka yang selamat harus diupayakan untuk tetap hidup. Itu sebabnya, Mama perlu memberi tahu anak bagaimana, ke mana, dan kapan harus meminta bantuan.

Minimal minat anak mengingat nomor telepon Mama dan Papa atau nomor telepon darurat seperti 911.

Situasi ini bisa jadi sangat mengerikan. Namun, Mama dan keluarga bisa mengatasinya dengan memiliki persiapan yang matang. Tak perlu menunda lagi, siapkan diri dan keluarga sedini mungkin.

Kita upayakan agar anak-anak tanggap terhadap tanda bahaya. Harapannya supaya mereka dan kita semua bisa selamat. Nah, supaya cara ajarkan anak hadapi bencana tidak terlalu menakutkan, Mama bisa menyelipkannya dalam sesi bermain pretend play bersama anak.

Pantau terus laman Mamasewa dan dapatkan informasi terbaru seputar dunia parenting sekaligus promo menariknya ya, Mam!

Tinggalkan Balasan