Saat Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti dilantik pada Oktober 2024 lalu, salah satu isu yang santer jadi sorotan adalah perihal perubahan kurikulum. Terlepas dari kekurangan kurikulum yang berlaku saat ini, perubahan kurikulum tentu mengharuskan anak kembali adaptasi.

Terlebih lagi mulai bermunculan rumor yang menyebutkan jika Ujian Nasional (UN) akan kembali diselenggarakan sebagai syarat kelulusan. Padahal, sejak tahun 2020 lalu, UN sudah ditiadakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) sebelumnya, Nadiem Makarim.

Lantas bagiamana kebenaran berita ini? Jika memang kurikulum pendidikan kembali berubah, apa sih yang harus dilakukan oleh orangtua untuk membantu anak-anaknya? Yuk, baca artikel ini sampai selesai, Mam!

BACA JUGA: 5 Manfaat Belajar Coding pada Anak, Bikin Anak Pintar Matematika?

Kebenaran Rumor Kurikulum Baru dan UN

adaptasi kurikulum baru

Mengenai Kurikulum Merdeka yang sekarang digunakan dan disebut-sebut akan diganti, Abdul Mu’ti sebenarnya belum memberikan komentar dan kepastian. Ia justru membahas pendekatan belajar baru yang ia sebut sebagai deep learning.

Sesuai dengan namanya, deep learning atau pembelajaran mendalam adalah metode yang lebih menekankan pada eksplorasi pemahaman terhadap ilmu yang dipelajari secara lebih mendalam.

Namun, Mu’ti menjelaskan bahwa deep learning bukan kurikulum.

Lalu, mengenai UN juga belum ada kepastian dari Mendikdasmen. Sementara ini, pihaknya mengatakan masih mendengarkan pendapat dari banyak kalangan, mulai dari ahli, pengamat pendidikan, hingga guru dan pengajar.

Cara Orangtua Bantu Adaptasi Anak Jika Berlaku Kurikulum Baru

adaptasi kurikulum baru

Jika nantinya Kemendikdasmen memutuskan untuk merubah kurikulum, artinya guru, siswa, dan wali murid harus mematuhi ini. Konsekuensi lainnya, ini tentu memerlukan waktu untu adaptasi.

Lantas, dukungan seperti apa yang bisa kita berikan sebagai orangtua sehingga anak-anak mampu menghadapi masa transisi dari kurikulum lama ke kurikulum baru? Berikut uraiannya!

1. Biarkan Anak Merasa Stres

Perubahan memang bisa membuat anak merasa stres. Ketika kurikulum yang digunakan berubah, artinya cara belajar anak di sekolah juga akan berubah. Bagi mereka yang sudah cukup umur untuk memahami, ini mungkin membuat mereka stres.

Maka, sebagai orangtua, Mama bisa mengizinkan anak untuk merasakan emosinya. Jangan larang mereka untuk merasa stres, cemas, atau kesal.

Alih-alih begitu, Mama bisa coba menerapkan metode RULER yang digagas oleh Marc Brackett, profesor di  Yale Center for Emotional Intelligence, yang disebut bisa meningkatkan “kekebalan akademis”, sekaligus mebangun persepsi positif pada sekolah dan prestasi akademik anak. Metodologi RULER yang dimaksud adalah:

  • R (Recognizing) – Mengenali emosi dalam diri sendiri dan orang lain
  • U (Understanding) – Memahami penyebab dan akibat emosi
  • L (Labelling) – Memberi label emosi dengan kosakata yang berbeda
  • E (Expressing) – Mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat
  • R (Regulating) – Mengatur emosi dengan strategi yang bermanfaat

2. Bangun Komunikasi Terbuka antara Anak, Guru, dan Sesama Orangtua

adaptasi kurikulum baru

Komunikasi adalah kunci dalam banyak hal dalam hidup, termasuk saat anak menjalani adaptasi dengan kurikulum baru di sekolah.

Sesama orangtua, Mama pasti merasakan hal yang sama dengan Mama launnya. Jadi, jangan takut untuk saling berbagi cerita dan tips.

Lalu, lakukan juga komunikasi terbuka dengan para guru karena mereka adalah orang yang menghabiskan hari bersama anak di sekolah. Mereka pasti melihat apa yang mungkin tidak Mama lihat saat anak di rumah.

Menjaga komunikasi terbuka dengan anak juga sangat penting di masa penyesuaian ini. Bicaralah dengannya tentang cara belajar baru di sekolahnya dan tanyakan dukungan apa yang mungkin diperlukan sehingga anak bisa menjalani masa adaptasi kurikulum baru ini dengan baik.

BACA JUGA: Biaya Pendidikan Negeri dan Swasta Digratiskan? Cek, Dulu Ketentuannya!

3. Persiapkan Transisi Pembelajaran 

Perubahan kurikulum berarti perubahan cara belajar, cara penilaian yang diberikan, standar yang digunakan, dan berapa banyak anak menerima pekerjaan rumah sepulang sekolah.

Cobalah untuk memahami sebanyak mungkin perubahan yang dialami anak di sekolah agar Mama bisa memahami saat anak membutuhkan bantuan atau mengalami kesulitan selama belajar.

Itulah beberapa hal yang bisa Mama lakukan untuk membantu anak menjalani adaptasi jika nanti memang akan diberlakukan kurikulum baru. Meski mungkin agak mendebarkan, tetapi percayalah bahwa semuanya pasti akan bisa dilewati dengan baik jika Mama bisa bekerja sama dengan anak, guru di sekolah, dan orangtua murid lainnya.

Jangan lupa juga ajak anak untuk bersantai di rumah dan biarkan mereka bermain bersama teman-temannya untuk melepaskan beban sekolahnya.

Sewakan mainan seru untuk anak-anak di Mamasewa yang bisa dimainkan bersama, misalnya mainan pura-pura seperti kompor-komporan atau jualan-jualanan dan motor-motoran dan mobil-mobilan. Ada juga mainan musik dan berbagai jenis activity toys.

Jangan biarkan kurikulum baru nantinya membuat anak kesulitan melakukan adaptasi dengan sekolahnya ya, Mam!

Tinggalkan Balasan