Awal bulan ini Oxford University Press mengumumkan bahwa brain rot menjadi OXford Word of the Year tahun ini. Istilah ini banyak dipakai dalam 12 bulan terakhir—terutama di media sosial TikTok oleh Gen Z dan Gen Alpha.
Namun, brain rot kemudian digunakan lebih luas untuk menyatakan kekhawatiran akan dampak mengonsumsi konten-konten daring secara berlebihan. Lantas apa itu brain rot dan kenapa Mama perlu mewaspadai ini pada anak-anak? Simak, ulasan selengkapnya di sini!
Apa Itu Brain Rot?

Brain rot atau pembusukan otak adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kemerosotan kondisi mental dan intelektual seseorang akibat terlalu sering mengonsumsi konten-konten yang tidak berkualitas—bahkan tidak memberikan nilai sama sekali—dari media sosial.
Ini memang bukan istilah medis formal, tapi agaknya sudah cukup untuk menunjukkan betapa mengkhawatirkannya dampak negatif konten-konten ini dalam memengaruhi stagnasi mental, penurunan kognitif, hingga kurangnya pemikiran kritis dan kreativitas anak.
BACA JUGA: SAMBUT GENERASI BETA DI 2025, BAGAIMANA KARAKTERISTIK DAN CARA MENDIDIKNYA?
Bahaya Brain Rot untuk Perkembangan Anak
Bahaya brain rot sering kali dikaitkan dengan masalah kesehatan mental, perkembangan kognitif, dan efek stimulasi berlebihan atau kurangnya pemanfaatan otak. Istilah ini pun kerap digunakan secara sarkastik untuk menggambarkan ironi di balik konsumsi konten-konten “sampah” yang bisa memengaruhi pola pikir kita—terutama pada anak-anak dan remaja. Itu kenapa Mama perlu mewaspadai ini.
1. Menurunkan Rentang Perhatian Anak
Rentang perhatian (attention span) mengacu pada berapa lama anak mampu untuk fokus pada tugas atau aktivitas tertentu tanpa terdistraksi.
Sayangnya banyak aplikasi, gim, dan media sosial (seperti TikTok, Instastory, dan YouTube Shorts) didesain untuk memberikan informasi dalam waktu singkat.
Ini bisa merangsang otak secara berlebihan dan mengondisikannya untuk mengharapkan kepuasan instan sehingga anak sulit sekali bertahan dalam waktu lama untuk fokus pada satu aktivitas. Belum lagi jika notifikasi terus muncul secara bergantian.
2. Mengganggu Perkembangan Kognitif
Anak-anak sedang dalam masa kritis untuk mengembangkan keterampilan berpikir, berkonsentrasi, dan memecahkan masalah.
Namun, paparan berlebihan terhadap media yang tidak mendidik, seperti TikTok atau gim yang bersifat adiktif, dapat memperlambat perkembangan keterampilan ini.
Akibatnya, anak-anak mungkin kesulitan dalam berpikir kritis dan melakukan aktivitas yang lambat, kompleks, dan membutuhkan fokus lama, seperti membaca, belajar, atau menyelesaikan tugas sekolah.
BACA JUGA: 7 REKOMENDASI KARTUN ANAK ISLAMI DI YOUTUBE, NONTON SAMBIL BELAJAR AGAMA
3. Membuat Anak Kesulitan dalam Hal Akademik
Anak-anak yang terbiasa menyerap informasi dengan cepat tanpa fokus yang mendalam bisa membuat mereka kesulitan untuk mengingat dan memahami materi pelajaran yang diberikan di sekolah.
Tentu saja ini berdampak pada hasil belajarnya. Terlebih pada aktivitas belajar yang membutuhkan perhatian berkelanjutan, seperti membaca, menulis, atau memecahkan soal matematika.
Ini bisa menjadi tantangan besar dan membuat anak gagal menyelesaikan tugasnya, gelisah, bahkan frustrasi.
4. Membunuh Kreativitas dan Imajinasi
Anak-anak yang terlalu banyak terpapar konten hiburan pasif, seperti menonton video tanpa interaksi atau mengikuti alur game yang repetitif, cenderung kehilangan kesempatan untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya.
Akibatnya, mereka jadi lebih terbiasa dengan segala sesuatu yang instan dan melewatkan kesempatan untuk menciptakan atau mengeksplorasi ide-ide baru.
5. Menurunkan Keterampilan Sosial
Interaksi sosial yang sehat sangat penting untuk mendukung perkembangan anak. Namun, terlalu sering menghabiskan waktu di dunia maya atau bermain gim sendirian, hanya akan membuat mereka kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan teman-temannya secara langsung.
Ini mengganggu perkembangan keterampilan sosial mereka. Padahal keterampilan untuk berkomunikasi, berempati, dan bekerja sama adalah hal-hal yang perlu mereka pelajari.
BACA JUGA: 10 MANFAAT BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI, WAJIB TAHU!
6. Mengganggu Kesehatan Mental
Terbiasa mengonsumsi konten-konten yang tidak bermutu bisa memengaruhi kesehatan mental anak dalam banyak hal, seperti:
- Rentang perhatian yang pendek cenderung membuat anak sulit mengelola rasa bosan dan kesulitan sehingga menyebabkan ledakan emosi dan kemampuan regulasi diri yang buruk.
- Media sosial sering mempromosikan standar kecantikan, gaya hidup, dan perilaku yang tidak realistis. Ini bisa memengaruhi anak, terutama jika mereka mulai membandingkan dirinya—bahkan dengan orang-orang yang sama sekali tidak mereka kenal.
- Mengonsumsi konten digital secara berlebihan juga berisiko membuat anak mengalami kecemasan, depresi, atau tekanan untuk mengikuti tren yang tidak sehat.
7. Menimbulkan Masalah Kesehatan Fisik
Selain brain rot, kecanduan gadget membuat anak kurang gerak. Mereka menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar. Dalam jangka lama, ini bisa menyebabkan obesitas, postur tubuh yang buruk, dan gangguan tidur.
Semuanya memengaruhi fungsi kognitif anak! Maka, jangan heran jika anak kemudian mengalami gangguan perhatian, konsentrasi, dan belajar.
Cara Menghindari Brain Rot
Untuk mencegah brain rot pada anak, Mama bisa melakukan beberapa cara berikut ini.
1. Batasi Waktu Layar
Seperti yang Mama tahu, terlalu lama main HP ternyata menimbulkan lebih banyak bahaya ketimbang manfaat. Maka dari itu, terapkan dan sepakati aturan screen time dengan anak.
2. Pilih Konten Berkualitas
Anak-anak yang menghabiskan waktu terlalu banyak di depan layar, terutama untuk mengakses konten tidak bermutu, berisiko tinggi mengalami brain rot. Maka, terus dorong anak untuk mengonsumsi konten-konten edukatif dan bermanfaat.
BACA JUGA: 10 ALASAN KENAPA ORANGTUA PERLU FITUR PARENTAL CONTROL
3. Dorong Aktivitas Fisik dan Sosial
Dorong anak untuk terlibat dalam aktivitas yang membutuhkan perhatian, seperti membaca, menggambar, bermain puzzle, atau main teka-teki silang. Ini baik untuk meningkatkan kemampuan konsentrasi dan rentang perhatiannya.
Selain itu, dorong juga untuk terlibat dalam kegiatan yang melibatkan gerak aktif dan interaksi sosial untuk mengembangkan keterampilan komunikasi dan empatinya.
4. Ciptakan Rutinitas yang Sehat
Supaya anak tidak terus terpaku pada gadget, pastikan anak memiliki rutinitas yang baik. Buat jadwal kapan mereka perlu belajar, bermain, dan boleh mengakses dunia digital. Nah, supaya tidak bosan dan mendapat banyak pengalaman, Mama bisa menyewa berbagai mainan yang tersedia di Mamasewa
5. Berikan Contoh yang Baik
Sebagai orang tua, memberi contoh yang baik dalam hal penggunaan media digital sangat penting. Tunjukkan bagaimana cara menggunakan teknologi secara bijak dan seimbang.
Mam, itulah brain rot dan alasan kenapa Mama perlu mewaspadainya. Yuk, lebih mindful dan hadir dalam membersamai anak. Jangan sampai, Mama menyuruh anak untuk berhenti main gadget, tapi Mama sendiri terus menatap layar HP, ya!
-
Informa Meja Anak Round – HijauRp7.666 / Hari
-
Kolam Bola Ball Pit Large – Cream (Include Bola)Rp4.464 / Hari
-
Leap Frog Scoop & Learn Ice Cream Cart Diskon KondisiRp8.035 / Hari
-
ELC Keyboard Key-Boom-Board – Red Diskon KondisiRp5.500 / Hari
-
Happy Play Bus Slide Swing 3in1 – GreenRp20.222 / Hari
-
Fisher Price Pull & Play Learning WagonRp3.928 / Hari
-
Playgro Music And Light Pop Up Jungle PalsRp2.678 / Hari
-
Fisher Price Infant A to Z OtterRp3.928 / Hari
-
Fisher Price Linkimals Infant Smooth Moves SlothRp3.928 / Har1
-
Leapfrog Learn And Groove Musical TableRp4.500 / Hari
-
Skip Hop Zoo Indoor Ride-On Scooter Toy – DogRp7.143 / Hari
-
Labeille Dream Playhouse & Slide Luxury Complete Set – Atap UnguRp16.607 / Hari