Banyak orang berpikir bahwa mengasuh anak bukan perkara besar. Padahal nyatanya, mengasuh anak butuh banyak kesabaran dan pengetahuan. Tanpa itu, Anda bisa terjebak dalam parental burnout. Apa itu parental burnout dan bagaimana menyikapinya? Temukan informasi selengkapnya di sini!
Apa Itu Parental Burnout?
Istilah burnout mulanya disandingkan dengan job burnout, yakni kondisi dimana seorang pekerja merasa lelah berlebihan, baik secara fisik maupun batin terhadap pekerjaannya. Lalu kemudian, seorang profesor dari Université Catholique de Louvain, Moira Mikolajczak, menjelaskan jika fenomena ini juga bisa terjadi pada orangtua yang mengasuh anak-anaknya.
Maka lahirlah istilah parental burnout untuk menggambarkan sebuah kondisi yang timbul karena perasaan tertekan, stres, dan kelelahan yang teramat sangat sehingga orangtua merasa berat saat mengasuh anak—bahkan ingin menjauhinya.
Mengutip dari American Psychological Association (APA), ada empat tahapan dalam parental burnout, yiatu:
- Merasa lelah menjadi orangtua
- Merasa bahwa mengasuh anak sudah tidak menyenangkan
- Menjaga jarak emosional dengan anak
- Menganggap dirinya tidak pantas menjadi orangtua
Penyebab Parental Burnout
Selain rasa lelah yang berlebihan, kondisi ini sering kali disebabkan karena sebagai orangtua, Anda tidak menyadari bahwa selama ini ada banyak sekali emosi yang terpaksa ditekan karena Anda merasa masih banyak “tuntutan” lain yang harus segera diselesaikan.
Selain itu ada faktor-faktor lain yang bisa mendorongnya, seperti:
- Sikap perfeksionis dan harapan yang tidak realistis
- Pengelolaan emosi yang kurang baik
- Minimnya pengetahuan tentang pengasuhan anak
- Kurangnya dukungan keluarga dan orang-orang sekitar
- Menanggung beban pekerjaan lain selain mengasuh anak
Dampak Parental Burnout
Sebuah studi menunjukkan bahwa parental burnout memiliki konsekuensi yang lebih buruk dibanding dengan job burnout. Itu karena selamanya Anda tidak pernah bisa mengajukan resign atas peran sebagai orangtua.
Sayangnya, banyak orangtua merasa malu dan merasa bersalah jika ingin “mengeluhkan” kondisinya. Padahal jika tidak ditangani dengan baik, dampak parental burnout tak main-main. Berikut di antaranya:
- Merasa lelah sepanjang waktu
- Merasa kosong, bingung, dan sulit konsentrasi alias brain fog
- Mengalami gangguan tidur dan sering lupa
- Emosi tidak stabil, mudah stres, dan cepat marah
- Merasa terisolasi, tidak berdaya, dan meragukan diri sendiri
- Menurunkan kualitas hubungan dengan pasangan
- Sering mengeluhkan sakit kepala, nyeri leher, atau nyeri otot
Cara Mengatasi Parental Burnout
Mama yang pernah berada di kondisi ini pasti paham bahwa membesarkan dan mengasuh anak adalah dua hal yang berbeda. Kadang memang ini terasa melelahkan dan nyaris membuat kita ingin menyerah.
Namun, sebelum itu, coba yuk lakukan beberapa tips berikut untuk mengatasi parental burnout.
1. Komunikasikan Apa yang Dirasakan
Ketika Mama merasa sedang tidak baik-baik saja, maka sama sekali tidak ada salahnya kalau Mama jujur dan menerima perasaan ini. Namun, yang tak kalah penting adalah mengomunikasikannya pada pasangan.
Sampaikan bahwa Mama membutuhkan dukungan lebih untuk melewati ini. Mama pun tak perlu merasa “buruk” karena memerlukan bantuan pengasuh anak atau orang lain.
2. Luangkan Waktu untuk Istirahat
Salah satu cara paling mudah tapi efektif untuk membunuh rasa lelah adalah dengan beristirahat. Maka dari itu, penting bagi Mama untuk meluangkan waktu untuk istirahat tanpa memikirkan urusan lainnya.
Selagi beristirahat, Mama bisa meminta bantuan keluarga lain untuk mengasuh si kecil.
3. Mempraktikkan Self-care
Self-care sama sekali berbeda dengan sikap egois. Meskipun sudah berpredikat sebagai orangtua, Mama tetap boleh kok merasa lelah, butuh istirahat, melakukan aktivitas yang disenangi, minum kopi atau makan selagi hangat.
4. Mengatur Ekspektasi terhadap Diri Sendiri
Banyak orangtua baru merasa bersalah karena membutuhkan me time atau we time bersama pasangan. Maka, sebelum Anda mulai menyalahkan diri sendiri, ketahuilah bahwa itu tidak akan menjadikan Anda sebagai orangtua yang buruk. Sebaliknya, Mama akan merasa lebih baik dan siap untuk kembali menjalani peran sebagai orangtua.
5. Bersikap Realistis
Derasnya informasi parenting sering bikin orangtua merasa overwhelmed dan overthinking di saat yang bersamaan. Bahkan tak sedikit yang mempertanyakan apakah pola pengasuhannya sudah “sesuai standard”.
Maka, hal yang bisa Anda lakukan adalah bersikap realistis dan menerima fakta bahwa tidak ada manusia yang sempurna sehingga Anda tidak perlu menuntut diri untuk bisa mengadopsi gaya pengasuhan orang lain. Sebaliknya, Mama bisa menyesuaikannya dengan karakter anak.
Itulah, informasi seputar parental burnout yang semoga bisa membantu Mama melalui ini. Selagi memberi sedikit jeda, Mama bisa membiarkan anak bermain dengan aneka mainan yang bisa Anda temukan di Mamasewa. Yuk, cek koleksinya di www.mamasewa.com!
-
Baby Einstein Around We Grow 4in1 Baby Walker & Activity TableRp11.667 / Hari
-
Bright Starts Finding Nemo Sea Activity JumperRp8.055 / hari
-
Baby Einstein Neighborhood Symphony Activity JumperooRp8.055 / Hari
-
Bright Starts Jumperoo Minnie Mouse Peekaboo Activity JumperRp7.500 / Hari
-
Babyelle Jungle Baby Jumperoo – OrangeRp5.555 / Hari
-
Fisher-Price Deluxe Kick & Play Piano GymRp5.416 / Hari
-
Parklon Big Castle 3in1 Fun Slide & Swing – ToscaRp11.428 / Hari
-
Hobby Tree Kids Slide Pirate ShipRp13.809 / Hari
-
Parklon Elephant Fun SlideRp7.857 / Hari
-
Bright Starts Hide n Spin MonkeyRp3.666 / Hari
-
Labeille Luxury London Bus Slide and Swing – RedRp9.285 / Hari
-
Fisher Price Musical – Zebra WalkerRp2.833 / Hari