Kalau Mama berpikir si kecil sering berkata “terserah” itu karena mereka patuh dan menurut, barangkali Mama justru perlu berhati-hati. Bisa jadi ini tanda-tanda lazy mind. Mau tahu apa itu dan apa bahaya lazy mind pada anak? Yuk, simak ulasan selengkapnya di sini!
Apa Itu Lazy Mind?
Lazy mind atau thinking shock adalah sebuah kondisi di mana seseorang tidak memiliki rasa ingin tahu maupun motivasi untuk mempelajari hal-hal baru. Ini membuat mereka tidak suka deep thinking alias berpikir dalam karena bagi mereka itu semua membutuhkan usaha ekstra.
Singkat cerita, lazy mind adalah kondisi yang membuat seseorang malas berpikir. Mereka cenderung menerima apa pun yang dikatakan orang lain dengan begitu saja, tanpa mempertanyakan pendapatnya sendiri.
Kalau dibiarkan, hal ini tentu bisa memberikan dampak negatif terhadap perkembangan emosi, kognitif, dan sosial anak.
Bahaya Lazy Mind pada Anak
Seperti yang disebutkan, bahaya lazy mind pada anak tak boleh diabaikan. Oleh karena itu, Mama perlu mengetahui apa saja dampaknya supaya bisa mengambil langkah yang tepat. Berikut uraiannya.
1. Terbiasa Melarikan Diri dari Masalah
Anak yang sering mengatakan “terserah”, ketika dewasa mereka akan tumbuh sebagai orang yang terbiasa melarikan diri dari masalah dan tidak mau repot mikir.
Itu karena otaknya memang tidak dibiasakan untuk berpikir kreatif, menyampaikan pendapat, dan diajak berdiskusi. Akibatnya, ketika mendapat masalah anak kesulitan mencari solusi dan lebih memilih kabur dibanding menghadapi masalahnya.
2. Membunuh Kreativitas Anak
Mungkin kata “terserah” ini terdengar sepele. Mama pun sering menganggapnya sebagai “jalan tol” karena si kecil tak banyak protes dan mengeluh.
Padahal kalau dibiarkan, dampaknya cukup berbahaya. Si kecil akan tumbuh sebagai orang yang anti ribet dan tidak terbiasa menggunakan otaknya untuk menemukan solusi-solusi kreatif. Dengan kata lain, terbunuhnya kreativitas anak adalah bahaya lazy mind pada anak yang perlu Mama waspadai.
3. Menciptakan Perilaku Pasif-Agresif
Sebagaimana yang dikutip dari laman Healthline, kata “terserah” ini sebenarnya justru mewakili apa yang disebut sebagai pasif-agresif.
Artinya, sebenarnya anak tidak ingin berperilaku demikian. Namun, mereka terlalu malas untuk mengungkapkan pendapatnya.
Maka, ketika anak sering berkata “terserah”, itu tidak selalu berarti karena mereka pasrah dan menurut. Namun, bisa jadi mereka sedang mengungkapkan ketidaksukaannya.
Baca Juga: 10 Cara Melatih Kemampuan Berpikir Kritis Anak Usia Dini
4. Membuat Anak Merasa Tidak Berharga
Kalau benar ternyata anak sebenarnya sedang mengungkapkan ketidaksukaannya — tapi sinyal ini tidak dimengerti, anak bisa berpikir bahwa dirinya tidak berharga dan tidak dicintai.
Mereka mengira bahwa menyampaikan pendapat adalah sesuatu yang sia-sia karena orangtuanya akan mengabaikannya.
5. Menghambat Perkembangan Sosial Anak
Lazy mind pada anak seringkali dimulai karena orangtua jarang mengajak anaknya ngobrol. Akibatnya, anak tidak bisa mengembangkan keterampilan komunikasinya secara optimal. Ini meliputi kemampuan bicara, mengungkapkan pendapat dan perasaannya, serta mendengarkan orang lain.
Pada gilirannya, ini bisa membuat si kecil mengalami kesulitan dalam berinteraksi, bekerja sama, atau bersosialisasi dengan orang di sekitarnya. Ini semua menghambat perkembangan sosial anak.
6. Tumbuh sebagai Orang yang Apatis
Bahaya lazy mind pada anak yang selanjutnya adalah membuat mereka tumbuh sebagai orang yang nirempati, pasif, apatis, dan tidak memiliki dorongan untuk berbuat lebih.
Termasuk dalam kemampuannya menyerap materi pelajaran. Mereka tidak akan mencari tahu lebih dan cenderung menelan informasi mentah-mentah. Akibatnya, perkembangan kognitif anak pun terhambat.
7. Menimbulkan Masalah Mental Serius
Kondisi ini pun rupanya bisa membuat anak merasa kesepian, tidak berharga, bosan, dan tidak bahagia.
Hal ini bisa memicu gangguan mental pada anak. Mulai dari stres, depresi, hingga muncul keinginan untuk bunuh diri. Itu terjadi karena mereka tidak bisa memikirkan solusi lain atas permasalahan yang mereka hadapi.
Cara Mencegah Bahaya Lazy Mind pada Anak
Melihat betapa ngerinya bahaya lazy mind pada anak, Mama bisa mencegahnya dengan banyak-banyak ngobrol dua arah dengan anak. Kalau Mama bingung bagaimana caranya, berikut adalah beberapa tips yang bisa Mama gunakan:
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas obrolan dengan anak. Pilih waktu, tempat, dan topik yang sesuai.
- Membahas topik-topik yang menarik bagi anak, seperti pengalamannya di sekolah, kegiatan bermainnya, serta harapan atau cita-citanya.
- Mengobrol dengan cara yang menyenangkan, seperti saling bertukar cerita, bercanda, dan menanyakan pendapatnya, serta menghindari pola komunikasi yang sifatnya menggurui, menginterogasi, atau memerintah.
- Mendengarkan anak dengan seksama dan memberikan respons atau pertanyaan untuk menggali obrolan yang lebih dalam.
- Menghargai pendapat anak dengan tidak meremehkan, mengkritik, atau menyalahkannya.
Nah, itulah informasi seputar bahaya lazy mind pada anak dan bagaimana cara mencegahnya. Supaya ngobrol bareng si kecil semakin menyenangkan, Mama bisa melakukannya sembari bermain. Untung aja di Mamasewa Anda bisa menemukan berbagai mainan yang cocok untuk setiap tahap usia anak, mulai dari bayi baru lahir sampai usia sekolah. Yuk, cek koleksi selengkapnya di sini!