Kasus cuci darah pada orang dewasa karena gagal ginjal memang bukan hal baru, tetapi bagaimana dengan kasus anak yang cuci darah? Secara mengejutkan, jumlahnya pun tak kalah banyak bahkan terus meningkat.

Dalam sebuah podcast, dr. Tirta Mandira Hudhi atau yang lebih dikenal dengan Dokter Tirta mengatakan bahwa banyak anak muda yang terserang diabetes, bahkan berujung pada gagal ginjal.

Sementara itu, beredar viral di media sosial X sebuah unggahan yang menunjukkan bahwa banyak anak kecil melakukan cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Lantas, apakah benar kasus anak cuci darah sudah semakin banyak terjadi? Apa penyebabnya dan apakah ini bisa dicegah? Temukan informasi selengkapnya, di sini!

Kasus Anak Cuci Darah di Indonesia

cuci darah anak

Jumlah kasus anak cuci darah yang semakin meningkat ternyata bukan kabar hoaks, Mam.

dr. Piprim Basarah Yanuarso, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menyebut bahwa setidaknya 1 dari 5 anak berusia 12-18 di Indonesia tahun berpotensi mengalami kerusakan ginjal.

Survei IDAI menemukan, saat ini semakin banyak jumlah anak dengan kondisi hematuria dan proteinuria. Hematuria adalah ditemukannya darah pada urin, sementara protenuria adalah ditemukannya kandungan protein dalam urin.

Menurut dr. Piprim, itu adalah salah satu indikator awal kerusakan ginjal. 

Hal serupa pun disampaikan oleh dr. Reza Fahlevi, seorang dokter spesialis anak di RSCM. Berdasarkan data yang dimilikinya, sedikitnya ada 60 pasien anak menjalani terapi cuci darah di sana.

Dari jumlah tersebut, sekitar 30 anak menjalani Hemodialisa (HD) dan 30 lainnya menggunakan teknik Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD).

Hemodialisa adalah proses saat darah pasien disaring melalui mesin untuk menghilangkan racun dan kelebihan cairan. Sementara CAPD adalah metode memasukkan cairan ke dalam rongga perut untuk menghilangkan limbah dari darah.

Keduanya adalah terapi untuk gagal ginjal, yang seharusnya bisa dihindari melalui pencegahan dan pengobatan awal.

BACA JUGA: WASPADA LEPTOSPIROSIS, KENALI PENYEBAB HINGGA CARA MENCEGAHNYA!

Penyebab Semakin Banyak Anak Cuci Darah

cuci darah anak

Kalau menurut dr. Piprim, meningkatnya kasus anak cuci darah disebabkan oleh gaya hidup anak-anak yang mulai memprihatinkan. Mulai dari pola makan yang tidak sehat, kebiasaan begadang, hingga tidak aktif bergerak karena kecanduan main gadget.

Khusus untuk pola makan, dr. Piprim menyebut bahwa anak-anak sekarang lebih suka makan Ultra Processed Food (UPF) atau mengonsumi minuman tinggi gula. Padahal, ini adalah faktor utama penyebab diabetes, yang menjadi pangkal mula dari segala penyakit, termasuk gagal ginjal.

Dalam kesempatan lainnya, dr. Reza menjelaskan bahwa masalah ini tidak disebabkan oleh faktor gaya hidup, tetapi juga bisa karena kondisi medis yang diderita sejak lahir atau berkembang di usia dini.

Kalau di RSCM, kebanyakan kasus gagal ginjal disebabkan oleh sindrom nefrotik dan penyakit ginjal bawaan, yang keduanya sama-sama dipengaruhi oleh faktor genetik.

Menambahkan penjelasan dr. Piprim dan dr. Reza, berikut ini adalah beberapa faktor yang berkontribusi terhadap meningkatnya kasus cuci darah pada anak:

  • Kelainan bawaan, bisa berupa bentuk ginjal yang tidak normal, kista ginjal, atau gangguan perkembangan ginjal lainnya.
  • Infeksi, seperti infeksi saluran kemih (ISK) yang tidak tertangani dengan baik sehingga bisa menyebabkan kerusakan ginjal pada anak.
  • Penyakit kronis, seperti diabetes melitus dan hipertensi yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal secara bertahap.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka waktu panjang atau dalam dosis yang tidak tepat.
  • Faktor lingkungan, seperti terpapar zat-zat kimia berbahaya, polusi udara, dan faktor lingkungan lainnya yang dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal pada anak.

Bagaimana Cara Mencegahnya?

Untuk mencegah agar anak tidak terkena gagal ginjal dan harus cuci darah, berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan:

  • Deteksi dini dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mendeteksi dini adanya kelainan ginjal pada anak.
  • Pengobatan infeksi dengan segera untuk mencegah kerusakan ginjal yang lebih serius.
  • Pengendalian penyakit kronis, seperti diabetes melitus atau hipertensi, dengan cara kontrol secara teratur dan jalankan pengobatan sesuai anjuran dokter.
  • Gaya hidup sehat, seperti menjaga pola makan yang sehat, rutin berolahraga, dan menghindari kebiasaan buruk seperti berlebihan makan dan minum yang manis-manis.
  • Konsultasi dengan dokter jika anak mengalami gejala-gejala gangguan ginjal, seperti sering buang air kecil, bagian tubuh bengkak dengan tidak wajar, atau perubahan warna urine.

Selain itu, dr. Piprim juga menyarankan orangtua untuk mendorong anak-anak memelihara pola makan yang sehat serta lebih aktif bergerak.

Untuk hal ini, banyak cara yang bisa Anda lakukan, seperti mengajak anak olahraga bersama, bermain di playground, atau menyewa mainan-mainan di Mamasewa yang bisa membuatnya banyak bergerak. Contohnya activity toys, trampoline, balance bike, brakiasi, slides & swings, playhouse, dan banyak lainnya.

Sekian penjelasan mengenai kasus anak cuci darah yang jumlahnya semakin meningkat di Indonesia. Semoga si kecil tetap sehat dan mari berikhtiar untuk menjaga kesehatannya ya, Mam!

Tinggalkan Balasan